Kisah kasih Basuki Abdullah di Den Haag
News ID: 411624
London (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja menghadiri Pembukaan Pameran Indonesian Art Sale 2019 yang diadakan di Galeri dan sekaligus rumah lelang Venduhuis di Den Haag.
Pameran dibuka Direktur Venduhuis, Peter Meefout, pakar Seni Rupa, Cris Vellinga, dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, demikian Counsellor Fungsi Pensosbud Den Haag, Fery Iswandy kepada Antara, Minggu.
Direktur Venduhuis mengatakan sangat bangga dapat mengadakan Pameran Indonesian Art Sale selama tiga tahun berturut-turut. Pembukaan Pameran pada tanggal pada hari ini merupakan momentum tepat, karena Belanda memperingati korban-korban Perang yang tewas di Hindia Belanda.
Pameran dibuka dengan menampilkan mahakarya maestro seniman Indonesia, Basuki Abdullah, terutama semasa hidupnya di Den Haag, sedangkan warna hijau yang mendominasi ruang pameran adalah sebagai lambang Indonesia negara katulistiwa.
Chris Veelinga, pakar seni Hindia Belanda, selain memberikan apresiasi kehadiran mempresentasikan beberapa lukisan maha karya Basuki Abdullah (1915 – 1993) yang dipamerkan selama dua minggu di Venduhuis, antara lain: “The wedding couple, Basuki Abdullah dan istrinya Maya”, “Colour and Music, Mr. and Mrs. Basuki Abdullah”, “Potret Raden Basuki Abdullah”, “The Holly Family”, dan “The Virgin Mary of Java”.
Berbeda dengan rekannya sesama seniman seperti Trubus Sudarsono yang lebih menggambarkan Indonesia dengan sudut pandang sensitif, kelam, dan menyoroti kemiskinan, Basuki Abdullah menghidangkan keindahan Indonesia bagi para penikmat karya seninya.
Dubes mendapatkan kehormatan membuka secara resmi acara mengekspresikan rasa kebanggaan dan rasa terima kasihnya karena telah diundang kembali dalam Pameran Indonesian Art Sale 2019. Kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi tinggi atas karya-karya besar seorang Maestro di bidang seni lukis.
Pameran yang luar biasa bagi seorang Maestro kelas dunia Indonesia. Melihat kehadiran dan antusiasme masyarakat Belanda pada pameran hari ini menunjukkan bahwa mahakarya seni Basuki Abdullah masih terus dikagumi dan diburu para pencintanya.
Lukisan-lukisan karya Basuki Abdullah yang dipamerkan di Venduhuis sebelumnya merupakan koleksi pribadi milik Maya Basuki Abdullah-Michel, mantan istri mendiang Basuki Abdullah berkebangsaan Belanda.
Lukisan Basuki mengenai dirinya dan Maya begitu menggambarkan secara nyata nyala api cinta mereka berdua. Hal yang menyatukan Basuki dan Maria Johana Michel (1926 – 2019), atau lebih dikenal dengan nama Maya adalah ketertarikan mereka di bidang seni.
Maya merupakan penyanyi Mezzo-Sopran terkenal bertaraf internasional. Mereka berdua menikah pada bulan Maret tahun 1948 di Den Haag. Semasa hidup di Belanda bersama Maya, Basuki menghasilkan berbagai karya besar.
Pada tahun 1949, Basuki memenangkan Internasional Contest for the Best Royal Portrait of the Young Queen Juliana dan berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa.
Juru bicara Venduhuis, mengatakan selama dua minggu ke depan dari tanggal 16 hingga 26!Agustus menampilkan berbagai macam karya seni Indonesia bukan hanya dari Basuki Abdullah, namun juga dari seniman Belanda dan Indonesia. Karya seni yang ditampilkan antara lain: lukisan, kain, meubel, kerajinan perak, ukiran kayu, foto-foto, serta korespondesi Proklamator Indonesia untuk temannya.
Menurut rencana pada tanggal 28 Agustus mendatang Venduhuis akan melakukan pelelangan benda-benda bernilai seni tersebut. Lelang akan dilanjutkan secara online di website resmi mereka.
Keikutsertaan KBRI Den Haag dalam pembukaan Pameran Lukisan Basuki Abdullah di Den Haag menunjukkan eratnya hubungan antara KBRI dengan Pemerhati Seni di kota Den Haag. Pemilihan lukisan karya Basuki Abdullah, sebagai karya seni utama yang dipamerkan dipandang sebagai bukti bahwa lukisan Maestro Seni Lukis Indonesia yang beraliran mooie Indië tersebut masih tetap digemari dan dikagumi publik Belanda hingga saat ini.(ZG)
Pameran dibuka Direktur Venduhuis, Peter Meefout, pakar Seni Rupa, Cris Vellinga, dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, demikian Counsellor Fungsi Pensosbud Den Haag, Fery Iswandy kepada Antara, Minggu.
Direktur Venduhuis mengatakan sangat bangga dapat mengadakan Pameran Indonesian Art Sale selama tiga tahun berturut-turut. Pembukaan Pameran pada tanggal pada hari ini merupakan momentum tepat, karena Belanda memperingati korban-korban Perang yang tewas di Hindia Belanda.
Pameran dibuka dengan menampilkan mahakarya maestro seniman Indonesia, Basuki Abdullah, terutama semasa hidupnya di Den Haag, sedangkan warna hijau yang mendominasi ruang pameran adalah sebagai lambang Indonesia negara katulistiwa.
Chris Veelinga, pakar seni Hindia Belanda, selain memberikan apresiasi kehadiran mempresentasikan beberapa lukisan maha karya Basuki Abdullah (1915 – 1993) yang dipamerkan selama dua minggu di Venduhuis, antara lain: “The wedding couple, Basuki Abdullah dan istrinya Maya”, “Colour and Music, Mr. and Mrs. Basuki Abdullah”, “Potret Raden Basuki Abdullah”, “The Holly Family”, dan “The Virgin Mary of Java”.
Berbeda dengan rekannya sesama seniman seperti Trubus Sudarsono yang lebih menggambarkan Indonesia dengan sudut pandang sensitif, kelam, dan menyoroti kemiskinan, Basuki Abdullah menghidangkan keindahan Indonesia bagi para penikmat karya seninya.
Dubes mendapatkan kehormatan membuka secara resmi acara mengekspresikan rasa kebanggaan dan rasa terima kasihnya karena telah diundang kembali dalam Pameran Indonesian Art Sale 2019. Kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi tinggi atas karya-karya besar seorang Maestro di bidang seni lukis.
Pameran yang luar biasa bagi seorang Maestro kelas dunia Indonesia. Melihat kehadiran dan antusiasme masyarakat Belanda pada pameran hari ini menunjukkan bahwa mahakarya seni Basuki Abdullah masih terus dikagumi dan diburu para pencintanya.
Lukisan-lukisan karya Basuki Abdullah yang dipamerkan di Venduhuis sebelumnya merupakan koleksi pribadi milik Maya Basuki Abdullah-Michel, mantan istri mendiang Basuki Abdullah berkebangsaan Belanda.
Lukisan Basuki mengenai dirinya dan Maya begitu menggambarkan secara nyata nyala api cinta mereka berdua. Hal yang menyatukan Basuki dan Maria Johana Michel (1926 – 2019), atau lebih dikenal dengan nama Maya adalah ketertarikan mereka di bidang seni.
Maya merupakan penyanyi Mezzo-Sopran terkenal bertaraf internasional. Mereka berdua menikah pada bulan Maret tahun 1948 di Den Haag. Semasa hidup di Belanda bersama Maya, Basuki menghasilkan berbagai karya besar.
Pada tahun 1949, Basuki memenangkan Internasional Contest for the Best Royal Portrait of the Young Queen Juliana dan berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa.
Juru bicara Venduhuis, mengatakan selama dua minggu ke depan dari tanggal 16 hingga 26!Agustus menampilkan berbagai macam karya seni Indonesia bukan hanya dari Basuki Abdullah, namun juga dari seniman Belanda dan Indonesia. Karya seni yang ditampilkan antara lain: lukisan, kain, meubel, kerajinan perak, ukiran kayu, foto-foto, serta korespondesi Proklamator Indonesia untuk temannya.
Menurut rencana pada tanggal 28 Agustus mendatang Venduhuis akan melakukan pelelangan benda-benda bernilai seni tersebut. Lelang akan dilanjutkan secara online di website resmi mereka.
Keikutsertaan KBRI Den Haag dalam pembukaan Pameran Lukisan Basuki Abdullah di Den Haag menunjukkan eratnya hubungan antara KBRI dengan Pemerhati Seni di kota Den Haag. Pemilihan lukisan karya Basuki Abdullah, sebagai karya seni utama yang dipamerkan dipandang sebagai bukti bahwa lukisan Maestro Seni Lukis Indonesia yang beraliran mooie Indië tersebut masih tetap digemari dan dikagumi publik Belanda hingga saat ini.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar