Sumbangsi Ilmuwan Indonesia berkiprah di Inggris
News ID: 418200
London (ANTARA) - Banyak ilmuwan Indonesia yang berkiprah di Kerajaan Inggris baik sebagai dosen di berbagai Universitas ternama maupun bekerja di berbagai perusahaan terkemuka dan bahkan menjadi praktisi insinyur professional teknik sipil di Inggris.
Pada peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 74
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti)mengundang sebanyak 57 ilmuwan Indonesia dari seluruh dunia berpartisipasi di acara Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) berlangsung di Jakarta, dari tanggal 19 hingga 25 Agustus mendatang.
Para ilmuwan diajak
mendiskusikan banyak gagasan bagi bangsa dari 57 ilmuwan Indonesia yang berkiprah di berbagai negara dunia sebanyak 10 ilmuwan diantaranya mereka yang berkiprah di Inggris Raya.
“Saya sangat mengapresiasi dobrakan yang dilakukan oleh Ristekdikti selama tiga tahun terakhir memfasilitasi ilmuwan diaspora dengan para akademisi di tanah air mendiskusikan berbagai bidang keilmuwan,” ujar Iswandaru Widyatmoko kepada Antara London.
Iswandaru Widyatmoko, yang berkiprah di perusahaan konsultan sipil Inggris multinational, Scott Wilson, yang akrab disapa mas Daru mengakui saat ini ia dipercaya memimpin tim Penelitian dan Pengembangan di bidang teknologi bahan untuk konstruksi infrastuktur dan transportasi.
Dikatakan sudah lebih dari 20 tahun ia bekerja sebagai praktisi insinyur professional teknik sipil di Inggris. Sesuai dengan kebutuhan Litbang, 10 dari staff Tim saya memiliki kualifikasi S3 dan sekitar 15 selebihnya punya S2 di bidang teknik sipil dan bahan.
Sebagian besar penelitian bersifat applied research (penelitian terapan) untuk mendukung inovasi terbaru bagi klien kami (otoritas jalan, otoritas bandara, militer ataupun kontraktor sipil) untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan otomatisasi.
Juga karena cakupan penelitian ini, saya sering terlibat kerjasama dengan pihak akademis, terutama penelitian yang bersifat fundamental ataupun blue-sky.
“Saya juga aktif terlibat di kelompok kerja komite British Standard Institution, penulisan dan pembaharuan standar dan spesifikasi UK dan Eropa. Sejauh ini belum banyak kontribusi balik yang bisa saya sumbangkan bagi negara, ujar suami Bety Navitasari yang menetap sejak lama di kota Nottingham, Inggris.
Menurut ayah dua putra dan satu putri yang berangkat dewasa, dalam beberapa tahun terakhir ini ia mulai menjalin kerjasama dengan masyakarat akademis di tanah air.
“Sering disela-sela liburan mudik ke tanah air, saya ikutan memberikan kuliah umum, diskusi keilmuan dan bimbingan mahasiswa di beberapa universitas di Jawa Barat, DKI, Jateng, DIY dan Jatim,” ujar mas Daru yang juga diundang oleh Ristekdikti untuk ikutan berpartisipasi di acara SCKD – simposium cendekiawan kelas dunia, tahun 2017.
“Saya yakin inisiatif ini sangat membantu percepatan teknologi transfer dari luar negeri ke tanah air. Nampaknya gayung pun bersambut, sudah banyak publikasi, laporan penelitian dan bimbingan mahasiswa yang dihasilkan dari inisiatif ini, ujar mas Daru menambahkan sejak dua tahun lalu ia pun ikut membantu membimbing mahasiswa S3 di ITS, di tahun terakhir dan dalam taraf penyelesaian thesis doctoral nya.
Dalam acara SCKD yang dibuka Wakil Presiden Yusuf Kalla, sebanyak 10 diaspora Indonesia yang menjadi dosen universitas papan atas di UK, bahkan aktif membantu kerjasama antar universitas UK dan Indonesia, dengan Ristekdikti dan lembaga penelitian di tanah air.
Beberapa tahun ke depan, saya yakin maraknya kolaborasi seperti akan membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar lebih memiliki bargaining power di era global yang sangat kompetitif ini, demikian Iswandaru Widyatmoko.
Sudah banyak orang Indonesia yang berhasil menjadi tokoh ataupun acuan kompetensi di luar negeri, baik sebagai diaspora maupun tenaga ahli yang berbasis di tanah air. Namun jumlah ini masih kurang besar untuk bisa memberikan impak ke masyakarat keilmuan international untuk mengenal baik kemampuan para ilmuwan Indonesia.
Untuk ini kita perlu lebih banyak lagi para ilmuwan dan teknokrat yang berwawasan international, yang bisa membawa Indonesia setara atau lebih baik dari mereka yang ada di negara maju. Tentu saja hal mesti diimbangi dengan Pengembangan invosasi terapan yang sesuai dengan budaya dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Think globally, act locally.
Pada acara SCKD yang diikuti ilmuwan dari berbagai negara juga dilibatkan ilmuwan yang pernah berkiprah diluar negeri sudah kembali ke tanah air melakukan pengabdian salah satunya Rektor Institut Tazkia yang menghadiri Pembukaan Simposium Cendekiawan Kelas Dunia
Simposium Cendekiawan Kelas Dunia (SCKD) yang dibuka secara resmi pada Senin (19/8) oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden di Jl. Veteran, Jakarta juga dihadiri
Murniati Mukhlisin, yang kini menjabat sebagai Rektor Institut, sebelumnya dosen di Essex University.
Pihak Humas Institut Tazkia mengatakan Murniati Mukhlisin,
mengikuti acara ini dikarenakan pernah masuk database sebagai Cendekiawan Kelas Dunia semasa berkiprah di Inggris.
Murniati pernah menjadi dosen dan peneliti di University of Essex, Colchester, UK tahun 2015-2017. Saat itu mengembangkan modul akuntansi dan keuangan syariah yang banyak diminati oleh mahasiswa dari berbagai negara. Dia juga menjadi pembimbing dan penguji mahasiswa baik S2 maupun S3 dalam bidang akuntansi dan keuangan syariah di Inggris dan Australia.
Murniati memutuskan untuk pulang ke tanah air pada 2017 untuk kembali mengembangkan Kampus Tazkia yang memang sudah diasuhnya sejak awak pendirian kampus tersebut. Dia bersama pakar keuangan dan bisnis syariah lainnya yaitu Muhammad Syafii Antonio, Ade Ruhyana, Agus Haryadi, Mukhamad Yasid dan Mirna Rafki membesarkan kampus yang tadinya berawal dengan 25 mahasiswa sekarang telah meluluskan 2259 orang dan memiliki 2003 mahasiswa aktif di bidang ekonomi, bisnis, hukum dan pendidikan syariah.
Murniati menyampaikan bahwa dia banyak belajar dari kampus University of Glasgow dimana dia menyelesaikan S3 di bidang Akuntansi Syariah bagaimana tentang proses pembelajaran yang sangat sistematis.
Dan juga di University of Essex dimana dia sempat menjadi dosen dan peneliti tentang pengembangan kurikulum, kedisiplinan dalam mengajar, menjalankan riset dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
Pengalaman itulah kemudian dia bagi di Kampus Tazkia dan di berbagai kesempatan di kampus lain. Murniati mengikuti program 5000 Doktor yang dikelola oleh Pendidikan Tinggi Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia dan berhasil lulus S3 kurang dari tiga tahun. Dia berharap makin banyak dosen - dosen muda disekolahkan ke luar negeri dan menimba pengalaman riset di sana yang kemudian dibawa ke tanah air untuk membantu memperbaiki sistem pendidikan di tanah air.
Pada peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 74
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti)mengundang sebanyak 57 ilmuwan Indonesia dari seluruh dunia berpartisipasi di acara Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) berlangsung di Jakarta, dari tanggal 19 hingga 25 Agustus mendatang.
Para ilmuwan diajak
mendiskusikan banyak gagasan bagi bangsa dari 57 ilmuwan Indonesia yang berkiprah di berbagai negara dunia sebanyak 10 ilmuwan diantaranya mereka yang berkiprah di Inggris Raya.
“Saya sangat mengapresiasi dobrakan yang dilakukan oleh Ristekdikti selama tiga tahun terakhir memfasilitasi ilmuwan diaspora dengan para akademisi di tanah air mendiskusikan berbagai bidang keilmuwan,” ujar Iswandaru Widyatmoko kepada Antara London.
Iswandaru Widyatmoko, yang berkiprah di perusahaan konsultan sipil Inggris multinational, Scott Wilson, yang akrab disapa mas Daru mengakui saat ini ia dipercaya memimpin tim Penelitian dan Pengembangan di bidang teknologi bahan untuk konstruksi infrastuktur dan transportasi.
Dikatakan sudah lebih dari 20 tahun ia bekerja sebagai praktisi insinyur professional teknik sipil di Inggris. Sesuai dengan kebutuhan Litbang, 10 dari staff Tim saya memiliki kualifikasi S3 dan sekitar 15 selebihnya punya S2 di bidang teknik sipil dan bahan.
Sebagian besar penelitian bersifat applied research (penelitian terapan) untuk mendukung inovasi terbaru bagi klien kami (otoritas jalan, otoritas bandara, militer ataupun kontraktor sipil) untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan otomatisasi.
Juga karena cakupan penelitian ini, saya sering terlibat kerjasama dengan pihak akademis, terutama penelitian yang bersifat fundamental ataupun blue-sky.
“Saya juga aktif terlibat di kelompok kerja komite British Standard Institution, penulisan dan pembaharuan standar dan spesifikasi UK dan Eropa. Sejauh ini belum banyak kontribusi balik yang bisa saya sumbangkan bagi negara, ujar suami Bety Navitasari yang menetap sejak lama di kota Nottingham, Inggris.
Menurut ayah dua putra dan satu putri yang berangkat dewasa, dalam beberapa tahun terakhir ini ia mulai menjalin kerjasama dengan masyakarat akademis di tanah air.
“Sering disela-sela liburan mudik ke tanah air, saya ikutan memberikan kuliah umum, diskusi keilmuan dan bimbingan mahasiswa di beberapa universitas di Jawa Barat, DKI, Jateng, DIY dan Jatim,” ujar mas Daru yang juga diundang oleh Ristekdikti untuk ikutan berpartisipasi di acara SCKD – simposium cendekiawan kelas dunia, tahun 2017.
“Saya yakin inisiatif ini sangat membantu percepatan teknologi transfer dari luar negeri ke tanah air. Nampaknya gayung pun bersambut, sudah banyak publikasi, laporan penelitian dan bimbingan mahasiswa yang dihasilkan dari inisiatif ini, ujar mas Daru menambahkan sejak dua tahun lalu ia pun ikut membantu membimbing mahasiswa S3 di ITS, di tahun terakhir dan dalam taraf penyelesaian thesis doctoral nya.
Dalam acara SCKD yang dibuka Wakil Presiden Yusuf Kalla, sebanyak 10 diaspora Indonesia yang menjadi dosen universitas papan atas di UK, bahkan aktif membantu kerjasama antar universitas UK dan Indonesia, dengan Ristekdikti dan lembaga penelitian di tanah air.
Beberapa tahun ke depan, saya yakin maraknya kolaborasi seperti akan membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar lebih memiliki bargaining power di era global yang sangat kompetitif ini, demikian Iswandaru Widyatmoko.
Sudah banyak orang Indonesia yang berhasil menjadi tokoh ataupun acuan kompetensi di luar negeri, baik sebagai diaspora maupun tenaga ahli yang berbasis di tanah air. Namun jumlah ini masih kurang besar untuk bisa memberikan impak ke masyakarat keilmuan international untuk mengenal baik kemampuan para ilmuwan Indonesia.
Untuk ini kita perlu lebih banyak lagi para ilmuwan dan teknokrat yang berwawasan international, yang bisa membawa Indonesia setara atau lebih baik dari mereka yang ada di negara maju. Tentu saja hal mesti diimbangi dengan Pengembangan invosasi terapan yang sesuai dengan budaya dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Think globally, act locally.
Pada acara SCKD yang diikuti ilmuwan dari berbagai negara juga dilibatkan ilmuwan yang pernah berkiprah diluar negeri sudah kembali ke tanah air melakukan pengabdian salah satunya Rektor Institut Tazkia yang menghadiri Pembukaan Simposium Cendekiawan Kelas Dunia
Simposium Cendekiawan Kelas Dunia (SCKD) yang dibuka secara resmi pada Senin (19/8) oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden di Jl. Veteran, Jakarta juga dihadiri
Murniati Mukhlisin, yang kini menjabat sebagai Rektor Institut, sebelumnya dosen di Essex University.
Pihak Humas Institut Tazkia mengatakan Murniati Mukhlisin,
mengikuti acara ini dikarenakan pernah masuk database sebagai Cendekiawan Kelas Dunia semasa berkiprah di Inggris.
Murniati pernah menjadi dosen dan peneliti di University of Essex, Colchester, UK tahun 2015-2017. Saat itu mengembangkan modul akuntansi dan keuangan syariah yang banyak diminati oleh mahasiswa dari berbagai negara. Dia juga menjadi pembimbing dan penguji mahasiswa baik S2 maupun S3 dalam bidang akuntansi dan keuangan syariah di Inggris dan Australia.
Murniati memutuskan untuk pulang ke tanah air pada 2017 untuk kembali mengembangkan Kampus Tazkia yang memang sudah diasuhnya sejak awak pendirian kampus tersebut. Dia bersama pakar keuangan dan bisnis syariah lainnya yaitu Muhammad Syafii Antonio, Ade Ruhyana, Agus Haryadi, Mukhamad Yasid dan Mirna Rafki membesarkan kampus yang tadinya berawal dengan 25 mahasiswa sekarang telah meluluskan 2259 orang dan memiliki 2003 mahasiswa aktif di bidang ekonomi, bisnis, hukum dan pendidikan syariah.
Murniati menyampaikan bahwa dia banyak belajar dari kampus University of Glasgow dimana dia menyelesaikan S3 di bidang Akuntansi Syariah bagaimana tentang proses pembelajaran yang sangat sistematis.
Dan juga di University of Essex dimana dia sempat menjadi dosen dan peneliti tentang pengembangan kurikulum, kedisiplinan dalam mengajar, menjalankan riset dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
Pengalaman itulah kemudian dia bagi di Kampus Tazkia dan di berbagai kesempatan di kampus lain. Murniati mengikuti program 5000 Doktor yang dikelola oleh Pendidikan Tinggi Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia dan berhasil lulus S3 kurang dari tiga tahun. Dia berharap makin banyak dosen - dosen muda disekolahkan ke luar negeri dan menimba pengalaman riset di sana yang kemudian dibawa ke tanah air untuk membantu memperbaiki sistem pendidikan di tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar