SIB
BEOGRAD MENJADI PUSAT PJJ DI EROPA
Oleh
Zeynita Gibbons
London, 27/11 (Antara) - Keinginan Duta Besar Indonesia
untuk Serbia, Samuel Samson menjadikan Sekolah Indonesia Serbia (SIB)
menjadi pusat Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di kawasan Eropa bukanlah
hal yang tidak mungkin karena sudah terwujud.
Buktinya sekolah yang dipimpin Kepala Sekolah, Busjra
Sampono terus berkembang dan muridnya pun tersebar di berbagai
wilayah di Eropa mulai dari Sofia, Bukarest, Wina, Bratislava,
Sarajevo, Praha, Frankfurt, Roma, dan Stockholm, hingga di London,
kata Dubes Samuel Samson kepada Antara di Serbia baru-baru ini.
Bahkan kepala sekolah dan guru SIB mendapat bimbingan
teknis yang diberikan organisasi Seamolec, yang bertanggung jawab
mengembangkan Pendidikan Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh di Asia
Tenggara.
Seamolec merupakan institusi yang bernaung dibawah
Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) atau
Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se Asia Tenggara.
Bimbingan diberikan Deputi Director for Administration
Seamolec Indonesia Dr Ing Agus Maryono dan PR and Marketing Officer
Seamolec, Abba Supardi selama satu bulan yang khusus datang ke
Beograd.
"Kami ingin menjadikan Sekolah Indonesia Serbia
(SIB) menjadi Pusat Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di kawasan Eropa,"
ujar Dubes Semuel Samson kepada Antara London.
Tim ahli dari Seamolec membantu SIB khususnya dalam
peningkatan perangkat lunak dan jaringan PJJ yang selama ini
mengunakan fasilitas skype.
"Sister
school"
Selain
ingin menjadikan SIB sebagai pusat Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), maka
Dubes Semuel Samson juga mengharapkan SIB dalam waktu tidak terlalu
lama bisa melakukan kerja sama "sister school" dengan
sekolah-sekolah di Beograd.
Busjra Sampono mengatakan SIB memiliki 42 siswa dari
berbagai negara.
"Ada tambahan siswa baru pada awal Novemeber 2013,
sebanyak tiga siswa dari Beograd dan dua siswa dari Swiss,"
ujarnya.
Menurut Busjrah, SIB selain melakukan pelayanan PJJ,
juga melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan sistem PTM, layaknya
di sekolah di Tanah Air yaitu Pendidikan Tatap Muka (PTM).
Dikatakannya, kegiatan belajar-mengajar pada semester
ganjil untuk tahun ajaran 2013/2014 dirasakan murid dan guru SIB
semakin efisien dan mengasyikkan dengan menggunakan media internet
Skype dan mengunakan aplikasi Big Blue Botton (BBB).
Dengan metode yang bervariasi, maka 32 siswa PJJ yang
berdomisili di berbagai kota di Eropa seperti London, Stockholm,
Frankfurt, Swiss, Roma, Praha, Wina, Bukcharest dan Sarajevo dan
10 siswa PTM yang berdomisili di Beograd, pendidikan SIB semakin
menyenangkan dan bisa dipahami.
"Anak-anak biasanya sudah siap di depan komputer
sebelum waktu pelajaran dimulai," ujar Busjra lagi.
Umumnya pada pagi hari, siswa SIB dari berbagai negara
mengikuti pelajaran di sekolah di tempat mereka berdomisili mengikuti
kedua orang tua mereka yang bertugas sebagai diplomat.
Dengan mengikuti SJJ, maka saat mereka kembali ke Tanah
Air, dengan mudah bisa langsung melanjutkan pendidikan sesuai dengan
tingkatannya karena mengikuti kurikulum yang berlaku di Indonesia.
Di sekolah SIB yang memberikan pendidikan mulai dari SD
hingga SMA umumnya siswa belajar Bahasa Indonesia, Agama, baik Islam
maupun Kristen dan Katolik, sejarah Indonesia, serta pelajaran
lainnya seperti matematika, IPA dan Fisika, Kimia, dan Biologi.
Kepuasan
sendiri
Sementara itu, Alex Diponegoro (75) salah satu guru
yang telah mengajar sejak awal SIB dibentuk mengatakan merupakan
suatu kepuasan tersendiri bisa memberikan pendidikan kepada
anak-anak yang harus mengikuti kedua orang tua bertugas di luar
negeri.
Menurut Alex Diponegoro, memang benar, dalam pelaksanaan
pendidikan jarak jauh terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi,
namun hal-hal tersebut dapat ditanggulangi dengan berbagai cara.
Ia
yang mengajar Bahasa Indonesia dan Agama mengakui kadangkala
kosakata atau perbendaharaan kata serta istilah dan ungkapan yang
tertera dalam buku pegangan murid, masih belum dikuasai para murid
sekolah dasar.
Selain itu, di antara mereka terdapat murid-murid dari
keluarga Indonesia yang mengikuti sekolah lokal atau sekolah
internasional karena tidak adanya sekolah Indonesia di negara-negara
mereka berada, tetapi belum pernah mengikuti pendidikan sekolah dasar
Indonesia.
Kesulitan lain yang dihadapi dalam sistem pendidikan
jarak jauh khususnya anak didik tingkat sekolah dasar,adalah
dibutuhkannya bantuan orang tua atau saudaranya yang lebih senior
dalam penggunaan fasilitas internet dan teknologi komputer,
khususnya program-program aplikasi canggih yang terus berkembang
dalam sistem pendidikan.
Menurut Busjra,faktor pendukung berkembangnya SIB dengan
adanya kebijakan dari Kemdikbud yang memberikan perhatian dan
dukungan serta bantuan kepada SIB yang antara lain mengundang SIB
dalam setiap kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
SIB juga mendapat bantuan dari Kemdikbud berupa tambahan
buku-buku mata pelajaran berupa Modul SMP terbuka, sehingga sarana
dan prasarana SIB serta Proses Belajar Mengajar (PBM) semakin baik.
Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) atau distance
learning yang dicanangkan sejak tahun 2007, dan baru terlaksana
Januari 2011 diresmikan Dubes Samuel Samson, yang sangat antusias
memajukan pendidikan nasional dan pengembangan SIB sebagai sekolah
Indonesia Luar negeri pertama dan menjadi perintis pelaksananaan PJJ
dengan jumlah murid terus bertambah.
Sebenarnya SIB sudah berdiri sejak bulan Februari 1967
sebagai hasil keputusan rapat Masindo (Masyarakat Indonesia) Beograd
untuk menampung dan mendidik anak-anak anggota Masindo yang berumur
usia sekolah.
SIB memang berbeda dengan sekolah Indonesia di luar
negeri lainnya seperti Sekolah Indonesia Moskow dan Sekolah Indonesia
di Belanda, SIB menerapkan sistem PJJ dan muridnya tersebar di
berbagai negara.
***4***
(ZG/b/a011)
arnaz
(T.H-ZG/B/A.F.
Firman/A.F. Firman) 27-11-2013 06:55:10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar