Senin, 02 Desember 2013

SIB SERBIA

SIB BEOGRAD MENJADI PUSAT PJJ DI EROPA

Oleh Zeynita Gibbons
London, 27/11 (Antara) - Keinginan Duta Besar Indonesia untuk Serbia, Samuel Samson menjadikan Sekolah Indonesia Serbia (SIB) menjadi pusat Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di kawasan Eropa bukanlah hal yang tidak mungkin karena sudah terwujud.

Buktinya sekolah yang dipimpin Kepala Sekolah, Busjra Sampono terus berkembang dan muridnya pun tersebar di berbagai wilayah di Eropa mulai dari Sofia, Bukarest, Wina, Bratislava, Sarajevo, Praha, Frankfurt, Roma, dan Stockholm, hingga di London, kata Dubes Samuel Samson kepada Antara di Serbia baru-baru ini.

Bahkan kepala sekolah dan guru SIB mendapat bimbingan teknis yang diberikan organisasi Seamolec, yang bertanggung jawab mengembangkan Pendidikan Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh di Asia Tenggara.

Seamolec merupakan institusi yang bernaung dibawah Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) atau Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se Asia Tenggara.

Bimbingan diberikan Deputi Director for Administration Seamolec Indonesia Dr Ing Agus Maryono dan PR and Marketing Officer Seamolec, Abba Supardi selama satu bulan yang khusus datang ke Beograd.

"Kami ingin menjadikan Sekolah Indonesia Serbia (SIB) menjadi Pusat Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) di kawasan Eropa," ujar Dubes Semuel Samson kepada Antara London.

Tim ahli dari Seamolec membantu SIB khususnya dalam peningkatan perangkat lunak dan jaringan PJJ yang selama ini mengunakan fasilitas skype.

"Sister school"
Selain ingin menjadikan SIB sebagai pusat Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), maka Dubes Semuel Samson juga mengharapkan SIB dalam waktu tidak terlalu lama bisa melakukan kerja sama "sister school" dengan sekolah-sekolah di Beograd.

Busjra Sampono mengatakan SIB memiliki 42 siswa dari berbagai negara.

"Ada tambahan siswa baru pada awal Novemeber 2013, sebanyak tiga siswa dari Beograd dan dua siswa dari Swiss," ujarnya.

Menurut Busjrah, SIB selain melakukan pelayanan PJJ, juga melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan sistem PTM, layaknya di sekolah di Tanah Air yaitu Pendidikan Tatap Muka (PTM).

Dikatakannya, kegiatan belajar-mengajar pada semester ganjil untuk tahun ajaran 2013/2014 dirasakan murid dan guru SIB semakin efisien dan mengasyikkan dengan menggunakan media internet Skype dan mengunakan aplikasi Big Blue Botton (BBB).

Dengan metode yang bervariasi, maka 32 siswa PJJ yang berdomisili di berbagai kota di Eropa seperti London, Stockholm, Frankfurt, Swiss, Roma, Praha, Wina, Bukcharest dan Sarajevo dan 10 siswa PTM yang berdomisili di Beograd, pendidikan SIB semakin menyenangkan dan bisa dipahami.

"Anak-anak biasanya sudah siap di depan komputer sebelum waktu pelajaran dimulai," ujar Busjra lagi.

Umumnya pada pagi hari, siswa SIB dari berbagai negara mengikuti pelajaran di sekolah di tempat mereka berdomisili mengikuti kedua orang tua mereka yang bertugas sebagai diplomat.

Dengan mengikuti SJJ, maka saat mereka kembali ke Tanah Air, dengan mudah bisa langsung melanjutkan pendidikan sesuai dengan tingkatannya karena mengikuti kurikulum yang berlaku di Indonesia.

Di sekolah SIB yang memberikan pendidikan mulai dari SD hingga SMA umumnya siswa belajar Bahasa Indonesia, Agama, baik Islam maupun Kristen dan Katolik, sejarah Indonesia, serta pelajaran lainnya seperti matematika, IPA dan Fisika, Kimia, dan Biologi.

Kepuasan sendiri

Sementara itu, Alex Diponegoro (75) salah satu guru yang telah mengajar sejak awal SIB dibentuk mengatakan merupakan suatu kepuasan tersendiri bisa memberikan pendidikan kepada anak-anak yang harus mengikuti kedua orang tua bertugas di luar negeri.

Menurut Alex Diponegoro, memang benar, dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi, namun hal-hal tersebut dapat ditanggulangi dengan berbagai cara.

Ia yang mengajar Bahasa Indonesia dan Agama mengakui kadangkala kosakata atau perbendaharaan kata serta istilah dan ungkapan yang tertera dalam buku pegangan murid, masih belum dikuasai para murid sekolah dasar.

Selain itu, di antara mereka terdapat murid-murid dari keluarga Indonesia yang mengikuti sekolah lokal atau sekolah internasional karena tidak adanya sekolah Indonesia di negara-negara mereka berada, tetapi belum pernah mengikuti pendidikan sekolah dasar Indonesia.

Kesulitan lain yang dihadapi dalam sistem pendidikan jarak jauh khususnya anak didik tingkat sekolah dasar,adalah dibutuhkannya bantuan orang tua atau saudaranya yang lebih senior dalam penggunaan fasilitas internet dan teknologi komputer, khususnya program-program aplikasi canggih yang terus berkembang dalam sistem pendidikan.

Menurut Busjra,faktor pendukung berkembangnya SIB dengan adanya kebijakan dari Kemdikbud yang memberikan perhatian dan dukungan serta bantuan kepada SIB yang antara lain mengundang SIB dalam setiap kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

SIB juga mendapat bantuan dari Kemdikbud berupa tambahan buku-buku mata pelajaran berupa Modul SMP terbuka, sehingga sarana dan prasarana SIB serta Proses Belajar Mengajar (PBM) semakin baik.

Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) atau distance learning yang dicanangkan sejak tahun 2007, dan baru terlaksana Januari 2011 diresmikan Dubes Samuel Samson, yang sangat antusias memajukan pendidikan nasional dan pengembangan SIB sebagai sekolah Indonesia Luar negeri pertama dan menjadi perintis pelaksananaan PJJ dengan jumlah murid terus bertambah.

Sebenarnya SIB sudah berdiri sejak bulan Februari 1967 sebagai hasil keputusan rapat Masindo (Masyarakat Indonesia) Beograd untuk menampung dan mendidik anak-anak anggota Masindo yang berumur usia sekolah.

SIB memang berbeda dengan sekolah Indonesia di luar negeri lainnya seperti Sekolah Indonesia Moskow dan Sekolah Indonesia di Belanda, SIB menerapkan sistem PJJ dan muridnya tersebar di berbagai negara.

***4***
(ZG/b/a011)
arnaz
(T.H-ZG/B/A.F. Firman/A.F. Firman) 27-11-2013 06:55:10

Tidak ada komentar: