MENDIDIK ANAK SECARA ISLAMI DI INGGRIS BERAT |
Zeynita Gibbons
London, 19/6 (Antara) - Menanamkan pendidikan yang islami pada anak-anak Indonesia yang ada di Inggris tidak mudah karena pengaruh lingkungan dan sekolah tempat anak-anak itu lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah.
Hal itu terungkap pada diskusi yang digelar Komunitas Muslim Indonesia di Colchester, Inggris atay United Kingdom/UK, usai berbuka puasa bersama, akhir pekan ini.
Pada acara diskusi yang dipandu Murniati Mukhlisin, dosen Essex Univetsity, topik yang dibahas mengenai tantangan yang dihadapi keluarga Indonesia di Inggris dalam upaya meningkatkan keislaman anak-anak dan remaja, terutama saat bulan Ramadhan.
Dosen Universitas di Riau, Ahmad Jamaan, ayah tiga anak usia sekolah yang baru setahun di Inggris mengadakan penelitihan dan menyatakan bahwa dampak lingkungan di negara tersebut ada pada tiga kelompok. Pertama bagi keluarga yang anaknya lahir dan besar di Inggris, kedua keluarga yang membawa anaknya ke United Kingdom/UK itu pada usia kanak-kanak, dan keluarga yang membawa anaknya ke negara tersebut ketika sudah remaja.
Dalam risetnya, Ahmad Jamaan melihat setiap kelompok usia itu mempunyai karakteristik yang hampir sama, yakni pengaruh lingkungan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak sangat besar.
Murniati Mukhlisin yang sudah lima tahun tinggal di UK, menganggap bahwa dari ketiga kelompok ini dampak yang sangat terlihat adalah kelompok dua, yakni kanak - kanak cenderung meniru lingkungan sekitarnya, baik maupun buruk. Maka dari itu orangtua perlu memberikan pendidikan Islam yang sangat kuat di rumah. Walaupun mengalami banyak tantangan.
Sementara itu Yuslenita Muda, mahasiswi PhD University of Essex mengalami perubahan drastis pada anak-anaknya ketika memakai istilah bahasa Inggris dengan saudara dan temannya seperti "shut up", "idiot", "stupid", "it's not fair" yang menurutnya kurang sopan. Mungkin bagi anak-anak Inggris istilah tersebut dianggap biasa.
Beda lagi yang dihadapi Sri Utami Zuliana, mahasiswi PhD di University of Essex juga mengalami masalah dalam menanamkan pendidikan islami kepada anak-anaknya karena sikap anak-anak yang kritis. Apapun yang disuruh anak-anaknya selalu manjawab "why" dan tidak langsung menurut. Bahkan kadang anak lupa kalau menyebut orang tua dengan kata kamu yang dalam bahasa Inggris biasa menyebut dengan sebutan you. "Saya sering terperangah anak menyebut kamu," menyebut orang tuanya.
Pada diskusi itu anak-anak pun ikut menyampaikan pandangannya. Layyina Tamanni (16) dan Rayyan Tamanni (12) menganggap pendidikan umum di UK jauh lebih baik dibandingkan di Indonesia tetapi pendidikan islami lebih baik di Indonesia. Walaupun mereka punya komunitas islami seperti kegiatan tahunan KIBAR Gathering dan pengajian bulanan lokaliti namun dirasa tidak cukup untuk meningkatkan semangat menghafal Al Quran dan belajar keislaman setiap hari.
Sementara itu Nurisma Fira, ibu empat anak yang masih balita mengakui bahwa masalah yang dihadapinya tidak jauh beda dengan anak-anak yang sudah berangkat remaja. Mungkin anak-anak masih kecil jadi masih bisa dikasih tahu, "paling kami keluarkan sapu, anak-anak sudah pada takut," ujarnya. ***4***
(T.H-ZG/B/T. Susilo/T. Susilo) 19-06-2016 08:47:52
|
Blog ini berisi liputan dan berita serta artikel sekitar kejadian yang ada hubungannya diplomasi Indonesia di luar negeri khususnya wilayah Eropa yang saya kirim dan dimuat di LKBN Antara. Terima kasih untuk seluruh nara sumber diplomat yang memberikan kontribusi kepada saya sebagai koresponden LKBN Antara di Kerajaan Inggris dan juga mencakup wilayah Eropa
Minggu, 19 Juni 2016
COLCHESTER
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar