KBRI London gelar buka puasa bersama
Minggu, 20 Mei 2018 17:42 WIB
(5/2018) waktu setempat. (ANTARA News/Zeynitta Gibbons)
London (ANTARA News) - Sekira 200-an umat Islam Indonesia di Inggris mengikuti acara buka puasa bersama yang diawali ceramah disampaikan Direktur Jenderal Islamic Cultural Centre/Central Mosque (ICCUK) Ahmad Al Dubayyan dan diikuti sholat Magrib bersama yang digelar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London, Kerajaan Inggris, Sabtu malam (19/5) waktu setempat.
Koordinator Pengajian Masyarakat Indonesia London dan sekitarnya, Thomas Siregar, kepada ANTARA mengemukakan bahwa selain mengadakan acara buka puasa pada akhir pekan, juga digelar program Ramadhan 2018 untuk anak-anak dan remaja berusia 6 sampai 15 tahun.
Menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan di Inggris tahun ini sangat berbeda dengan di Tanah Air karena di negeri Ratu Elizabeth II itu memiliki empat musim dan kali ini Ramadhan jatuh pada musim panas, sehingga waktu Maghrib hampir mendekati pukul 21.00 dan Imsak pukul 03.00. Dengan kata lain, berpuasa di Inggris hampir selama 19 jam di tengah suhu udara sekira 28 derajat Celcius.
Ahmad Al Dubayyan dalam ceramahnya menyampaikan makna Ramadhan merupakan bulan yang istimewa di mana diturunkannya Al Quran.
Ulama yang pernah mengajar selama 3,5 tahun di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta itu juga mengakui bahwa puasa di Inggris yang sangat panjang waktunya itu cukup berat dan penuh dengan tantangan, namun semua itu dapat dilakukan Muslim di Inggris semata-mata karena Allah SWT.
Acara buka puasa itu juga dihadiri Dubes RI di London Rizal Sukma bersama istri dan wakil Kepala Perwakilan KBRI London Adam M. Tugio dan istri, serta staff KBRI London, para pelajar maupun diaspora Indonesia yang tinggal di London dan sekitarnya.
Dian Pangestuti Neilson, warga Indonesia yang hadir di acara itu, mengatakan bahwa Ramadhan baginya yang bekerja dan memiliki anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita) tidaklah bermasalah untuk menahan lapar dan haus.
Namun, ia mengemukakan, rasa mengantuk dan lelahnya tubuh bisa jadi sebagai tantangan berpuasa karena jarak waktu usai Shalat Tarawih dan bangun untuk sahur sangat dekat, hanya dua jam setengah saja.
Untuk anak-anak yang berpuasa 18 jam dan bersekolah, menurut dia, kali ini terasa lebih baik karena ketika memasuki minggu ketiga Ramadhan sekolah libur seminggu, dan kembali sekitar dua minggu sampai usai Idul Fitri 1439 Hijriyah.
Dikatakannya, sang putra yang sekolah di ST. Johns COF Primary School, Ewan, hanya berpuasa setengah hari. Adapun kedua kakaknya, Cullen (13) dan Shaun (17) tahun bersekolah di Enfield Grammar School mampu berpuasa sepenuhnya.
"Mungkin sedikit ada tantangan berpuasa kali ini, karena awal dan pertengahan Juni akan menghadapi ujian untuk mendapatkan grade agar dapat diterima ke universitas yang diinginkan," ujar Dian, terkait kegiatan sekolah Shaun.
Rindu kampung halaman juga terlihat bagi tamu acara buka puasa bersama KBRI London, dan hal itu terlihat saat menikmati takjil dengan jajanan khas Indonesia.
Editor: Priyambodo RH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar