Kamis, 17 Mei 2018

PPI JERMAN

PPI JERMAN DAN ECADIN BAHAS KEMANDIRIAN ENERGIZeynita Gibbons

    London,8/5 (Antara) - Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Aachen, Jerman dan Energy Academy Indonesia (Ecadin) mengelar acara talkshow bertema Dinamika Sektor Energi yang  berlangsung di gedung Universitas RWTH Aachen, Jerman, pada akhir pekan.
         Infomrasi diterima Antara, Selasa, talkshow bertajuk "Merawat Optimisme Menuju Kemandirian Energi" menampilkan lima narasumber, yaitu Nurhan Rizqy Averous (Chief Engineer-E-ON Energy Research Center, Universitas RWTH Aachen, Jerman), Lukman Sutrisno (peneliti doktoral di bidang panas bumi, Universitas Utrecht, Belanda).
         Selain itu Fajar Budi Prasetyo (praktisi bidang minyak dan gas di Schlumberger, Belanda) dan Rafiandy Dwi Putra (mahasiswa master di bidang energi berkelanjutan (Sustainable Energy) sekaligus praktisi di industri nasional bidang energi terbarukan).   
    Abdurrahman Ali El Yumin peneliti doktoral di bidang ilmu material, Universitas Groningen, Belanda kepada Antara London,  mengatakan diskusi bertujuan  memupuk optimisme pelajar dan diaspora Indonesia khususnya yang berada di luar negeri  berkontribusi dalam menyelesaikan tantangan  pengembangan sektor energi di tanah air.
           Cuaca panas 28°C di musim semi kota Aachen tidak menyurutkan antusiasme pelajar dan diaspora Indonesia  hadir dan berdiskusi  dalam  acara dipandu  Syarif Riyadi Ph.D, praktisi industri nanomaterial sekaligus pencetus berdirinya perkumpulan nirlaba bernama Ecadin .  
     Diskusi diikuti sekitar 40 peserta disiarkan  melalui Youtube Channel Energy Academy Indonesia berlangsung  dengan antusias hadirin banyaknya pertanyaan.
          Beberapa poin penting yang menjadi pokok bahasan  antara lain potensi energi di Indonesia baik energi konvesional maupun energi baru terbarukan, perkembangan riset dan teknologi di sektor energi, peran sektor swasta hingga regulasi yang diperlukan dalam mewujudkan kemandirian energi.    
     Talkshow ini juga mengangkat fakta bahwa Indonesia  memasuki era bonus demografi,  ditandai dengan dominasi jumlah penduduk usia produktif (15- 64 tahun) atas jumlah penduduk usia tidak produktif.
          Indonesia memiliki banyak ragam potensi energi yang dapat dikembangkan selain bahan bakar fosil, seperti panas bumi, tenaga angin, dan tenaga surya dan biogas.
          Indonesia memiliki portfolio lengkap di bidang energi, ujar Lukman Sutrisno, peneliti doktoral di bidang panas bumi. Namun ujarnya , pemanfaatan energi ini masih belum optimal sehingga banyak potensi yang belum dijangkau di beberapa daerah di Indonesia bagian timur.
         Dikatakannya investasi dari pihak swasta dalam eksplorasi energi, khususnya panas bumi, masih sangat diperlukan mengingat besarnya investasi di bidang ini.
         Selain itu, pengkajian dalam menentukan besar potensi energi di Indonesia masih diperlukan secara mendalam mengingat angka yang menjadi acuan masih berdasarkan perhitungan kasar.
         Hal senada  diutarakan Rafiandy Dwi Putra, mahasiswa master yang pengembang turbin angin skala 1 kWh  menuturkan pasar energi konvensional  dimiliki Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih belum menjangkau daerah pelosok.
         Sehingga pasar industri energi terbarukan skala kecil menengah masih terbuka. Menurutnya, untuk mewujudkan hal diperlukan koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan, yaitu masyarakat, pemerintah (daerah & pusat) serta pihak swasta.
         Adanya tenaga terampil dari sekolah-sekolah vokasional dapat mengakselerasi kemajuan industri di Indonesia. Menurutnya, hal ini sudah dilakukan negara maju seperti Jerman dimana tenaga vokasional dapat  berkontribusi di industri mutakhir dan bekerja sama dengan lulusan tingkat strata.
         Untuk itu, diperlukan kerjasama antara universitas dan industri agar dapat mengetahui profil tenaga kerja terampil yang dibutuhkan.
         Di bidang riset dan pengembangan, adanya potensi bonus demografi di tanah air dan banyaknya diaspora Indonesia serta pelajar dan peneliti Indonesia di luar negeri menjadi aset besar di bidang ini.      
    Menurut Abdurrahman Ali El Yumin, yang biasa disapa singkat Ali, peneliti doktoral di bidang ilmu material, dalam memulai dan mengembangkan riset diperlukan transfer teknologi dan networking. Banyak keahlian-keahlian teknis yang dipelajari di luar negeri dapat diaplikasikan di Indonesia.
         Di samping, diperlukan keterbukaan dalam melakukan riset sehingga tumbuh kerjasama di antara banyak disiplin ilmu dan pada akhirnya akan ada lebih banyak solusi dan inovasi yang dihasilkan.
         Ia juga menyampaikan, sebagai pelajar Indonesia yang sedang merantau, kita diharapkan terus mencari dan menambah keterampilan yang dapat dibawa ke Indonesia di kemudian hari. Energi tidak hanya dalam hal bagaimana memperolehnya saja.
         Ali menambahkan, ¿Kita juga perlu memikirkan konservasi energi dan konsumsi energi dengan menggunakan alat-alat eletronik pintar (smart appliances), misal, dan ini membutuhkan kontribusi dari banyak disiplin ilmu.
         Kemandirian energi bukan berarti menutup kolaborasi-kolaborasi dari pihak asing. Fajar Budi Prasetyo, praktisi di bidang minyak dan gas, melontarkan contoh terkait yang terjadi di beberapa negara di Eropa.

    ***1***
(T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 08-05-2018 17:08:13

Tidak ada komentar: