KBRI Den Haag Dorong Kewirausahaan Diaspora
News ID: 196563
London (ANTARA) -
Dubes RI untuk Belanda, I Gusti A. Wesaka Puja mengatakan kesuksesan tidak kenal gender, latar belakang etnis dan agama, karena itu kaum perempuan telah terbukti memiliki peran penting di dunia bisnis serta terus berkembang dan sukses.
Hal itu disampaikan Dubes pada pembukaan diskusi dengan tema “Women in Business: Simply Remarkable”, yang berlangsung di Kastil Wittenburg, Belanda, demikian Minister Counsellor Fungsi Ekonomi KBRI
Den Haag, Noorman Effendi dalam keterangan yang diterima Antara London, Jumat.
Memperingati Hari Kartini April dan juga International Women’s Day Maret lalu, KBRI Den Haag menghadirkan enam narasumber inspiratif perempuan di Belanda, termasuk diaspora perempuan Indonesia yang sukses berbisnis di Belanda untuk berbagi berbagai pengalaman, ilmu dan juga tips untuk mengembangkan bisnis di Belanda di hadapan sekitar 70 peserta yang mayoritas adalah kaum perempuan, yang mewakili komunitas dan asosiasi wanita, bisnis dan kewirausahaan berbagai negara yang berada di Belanda dan juga sejumlah diplomat asing.
Narasumber berasal dari berbagai lini usaha yang cukup sukses, seperti kuliner yang diwakili Dewi Paramawati ten Cate dari restoran Indonesia Indrapura di Amsterdam; perhiasan yang diwakili oleh Ferline Yoswara, pendiri FY Fine Jewelry yang kreasi perhiasannya mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan, termasuk walikota Rotterdam dan keluarga Raja Belanda; serta fesyen yang diwakili oleh Myrthe dan Romée dari Guave, lini usaha fesyen on-line di Belanda yang menggabungkan budaya (batik), sustainability dan pengembangan komunitas pengrajin batik di Indonesia.
Ketiga wirausaha tersebut menekankan pentingnya keberanian, kreativitas dan juga otentisitas usaha sebagai bagian dari kiat mengembangkan bisnis di Belanda. Untuk mampu bersaing di tengah kuatnya kompetisi di Belanda, pendekatan-pendekatan yang inovatif juga menjadi hal yang penting. Ferline Yoswara, WNI pertama yang memperoleh start up visa ke Belanda karena ide inovatif usaha perhiasannya mencontohkan kreasi smart jewelry yang memadukan kreasi seni gelang dengan teknologi, sehingga gelang kreasinya dapat berfungsi untuk membuka pintu otomatis.
Sementara narasumber dari Women in Business Initiative (WBI) Sinead Hewson menekankan pentingnya perencanaan dan tujuan yang jelas untuk memulai bisnis. Namun, Sinead juga menyampaikan bahwa perencanaan dan tujuan bisa disesuaikan dengan perkembangan pasar dan juga dinamika komunitas sasaran bisnis yang dituju. Hal senada juga disampaikan oleh wakil BNI di Belanda, Dessy Irawati yang menyampaikan bahwa perencanaan yang jelas juga menjadi kunci untuk kesuksesan memperoleh sumber pendanaan.
Narasumber juga berbagi tips-tips lain, seperti pentingnya pemahaman kultur usaha, khususnya di Belanda, termasuk pentingnya untuk mengetahui seluk beluk dan tren di masyarakat lokal. Karena itu, kemampuan Bahasa Belanda juga menjadi penting, karena hal ini juga akan membantu memperkuat jejaring dengan berbagai mitra di Belanda.
Belanda merupakan salah satu negara dengan jumlah diaspora Indonesia terbesar, termasuk diaspora wanita. Sebagai aset bangsa, kewirausahaan diaspora Indonesia kiranya perlu terus di dorong untuk dapat semakin berkontribusi di komunitas masing-masing dan juga pada upaya peningkatan kerja sama Indonesia-Belanda secara umum.(ZG)
Dubes RI untuk Belanda, I Gusti A. Wesaka Puja mengatakan kesuksesan tidak kenal gender, latar belakang etnis dan agama, karena itu kaum perempuan telah terbukti memiliki peran penting di dunia bisnis serta terus berkembang dan sukses.
Hal itu disampaikan Dubes pada pembukaan diskusi dengan tema “Women in Business: Simply Remarkable”, yang berlangsung di Kastil Wittenburg, Belanda, demikian Minister Counsellor Fungsi Ekonomi KBRI
Den Haag, Noorman Effendi dalam keterangan yang diterima Antara London, Jumat.
Memperingati Hari Kartini April dan juga International Women’s Day Maret lalu, KBRI Den Haag menghadirkan enam narasumber inspiratif perempuan di Belanda, termasuk diaspora perempuan Indonesia yang sukses berbisnis di Belanda untuk berbagi berbagai pengalaman, ilmu dan juga tips untuk mengembangkan bisnis di Belanda di hadapan sekitar 70 peserta yang mayoritas adalah kaum perempuan, yang mewakili komunitas dan asosiasi wanita, bisnis dan kewirausahaan berbagai negara yang berada di Belanda dan juga sejumlah diplomat asing.
Narasumber berasal dari berbagai lini usaha yang cukup sukses, seperti kuliner yang diwakili Dewi Paramawati ten Cate dari restoran Indonesia Indrapura di Amsterdam; perhiasan yang diwakili oleh Ferline Yoswara, pendiri FY Fine Jewelry yang kreasi perhiasannya mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan, termasuk walikota Rotterdam dan keluarga Raja Belanda; serta fesyen yang diwakili oleh Myrthe dan Romée dari Guave, lini usaha fesyen on-line di Belanda yang menggabungkan budaya (batik), sustainability dan pengembangan komunitas pengrajin batik di Indonesia.
Ketiga wirausaha tersebut menekankan pentingnya keberanian, kreativitas dan juga otentisitas usaha sebagai bagian dari kiat mengembangkan bisnis di Belanda. Untuk mampu bersaing di tengah kuatnya kompetisi di Belanda, pendekatan-pendekatan yang inovatif juga menjadi hal yang penting. Ferline Yoswara, WNI pertama yang memperoleh start up visa ke Belanda karena ide inovatif usaha perhiasannya mencontohkan kreasi smart jewelry yang memadukan kreasi seni gelang dengan teknologi, sehingga gelang kreasinya dapat berfungsi untuk membuka pintu otomatis.
Sementara narasumber dari Women in Business Initiative (WBI) Sinead Hewson menekankan pentingnya perencanaan dan tujuan yang jelas untuk memulai bisnis. Namun, Sinead juga menyampaikan bahwa perencanaan dan tujuan bisa disesuaikan dengan perkembangan pasar dan juga dinamika komunitas sasaran bisnis yang dituju. Hal senada juga disampaikan oleh wakil BNI di Belanda, Dessy Irawati yang menyampaikan bahwa perencanaan yang jelas juga menjadi kunci untuk kesuksesan memperoleh sumber pendanaan.
Narasumber juga berbagi tips-tips lain, seperti pentingnya pemahaman kultur usaha, khususnya di Belanda, termasuk pentingnya untuk mengetahui seluk beluk dan tren di masyarakat lokal. Karena itu, kemampuan Bahasa Belanda juga menjadi penting, karena hal ini juga akan membantu memperkuat jejaring dengan berbagai mitra di Belanda.
Belanda merupakan salah satu negara dengan jumlah diaspora Indonesia terbesar, termasuk diaspora wanita. Sebagai aset bangsa, kewirausahaan diaspora Indonesia kiranya perlu terus di dorong untuk dapat semakin berkontribusi di komunitas masing-masing dan juga pada upaya peningkatan kerja sama Indonesia-Belanda secara umum.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar