Permohonan Visa Schengen di Indonesia MeningkatV
News ID: 184232
London (ANTARA) -
Komisi Eropa (European Commission) kembali merilis statistik penerbitan visa Schengen sepanjang tahun 2018 yang secara keseluruhan, sebanyak 16.007.785 permohonan visa Schengen diajukan. Angka tersebut mengalami kenaikan sebanyak kurang lebih 1,4 juta dibandingkan dengan tahun 2017.
Salah seorang penggerak Gerakan Bebas Visa, Ivan Ronaldo kepada Antara London, Sabtu, permohonan visa Schengen yang diajukan di Indonesia pada tahun 2018 tercatat sebanyak 210.468 (untuk visa Schengen tipe A dan C) dan 3.688 di antaranya ditolak (1.8%). Tahun 2017, ada 199.353 permohonan visa Schengen diajukan di Indonesia dengan tingkat penolakan sebesar 1.4%.
''Kalau kita perhatikan secara sekilas, memang betul ada kenaikan tingkat penolakan visa Schengen yang diajukan di Indonesia pada tahun 2018. Tapi kalau kita lihat lebih jauh, ada kenaikan permohonan visa Schengen di Indonesia sebesar kurang lebih 10.000 pada tahun lalu. Jadi, tidak bisa langsung disimpulkan kalau Indonesia mengalami kemunduran persoalan penerbitan visa Schengen'', ujar Ivan Ronaldo.
Meskipun ada kenaikan tingkat penolakan, tapi saya dan rekan-rekan berharap hal tersebut tidak berimbas negatif kepada negosiasi bebas visa Schengen oleh Kementerian Luar Negeri RI yang sekiranya masih berjalan di lapangan. Kami berharap sekali suatu saat akan ada fasilitas bebas visa Schengen, sehingga WNI tidak perlu lagi mengurus visa sebelum keberangkatan,” ujarnya.
Dikatakannya wacana bebas visa Schengen bagi WNI sudah berkali-kali diangkat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sejak tahun 2015 saat mengadakan pertemuan dengan berbagai perwakilan dari blok yang berisikan 26 Negara di benua Eropa tersebut. Sayangnya, sampai hari ini kelihatannya belum ada tindak lanjut dari pihak Eropa terkait hal tersebut, ujarnya.
Dikatakannya, visa Schengen yang diolah oleh statistik tersebut adalah `uniform visa`, yakni visa tipe A dan C. Visa Schengen tipe A adalah untuk keperluan transit, sedangkan tipe C adalah visa yang sehari-hari digunakan untuk kunjungan singkat, seperti wisata dan kunjungan keluarga.
Menurut Ivan Ronaldo, satu hal yang perlu dipahami, bahwa jumlah permohonan visa tersebut adalah jumlah keseluruhan yang diajukan di Indonesia, jadi WNA yang memohon visa Schengen di Indonesia ikut masuk dalam perhitungan. "Jadi, tingkat penolakan tersebut tidak melekat pada WNI saja, WNA yang memohon visa Schengen di Indonesia pun ikut masuk (dalam hitungan). Demikian pula sebaliknya, WNI yang memohon visa Schengen di suatu negara maka hitungannya akan masuk dalam statistik negara tersebut, ujarnya.
Dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia termasuk yang paling rendah tingkat penolakannya.Thailand berada pada level penolakan 3,3 persen, dan Filipina 8.2 persen. Kedua negara tersebut juga mengalami kenaikan tingkat penolakan visa Schengen di negaranya dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Rusia tercatat sebagai Negara penyumbang permohonan visa Schengen terbesar di dunia, disusul Tiongkok. Rusia mencatat tingkat penolakan visa Schengen di negaranya sebesar 1.6% dan Tiongkok sebesar 3.7%.
Selain visa Schengen, Komisi Eropa juga menerbitkan statistik permohonan visa Bulgaria, Kroasia, dan Romania. Ketiga Negara tersebut saat ini bukan lah bagian dari Negara Zona Schengen. Di Indonesia, tingkat penolakan untuk visa Bulgaria adalah 3.4%. Untuk Kroasia 0.8% dan Romania 7.6%.(ZG)
Komisi Eropa (European Commission) kembali merilis statistik penerbitan visa Schengen sepanjang tahun 2018 yang secara keseluruhan, sebanyak 16.007.785 permohonan visa Schengen diajukan. Angka tersebut mengalami kenaikan sebanyak kurang lebih 1,4 juta dibandingkan dengan tahun 2017.
Salah seorang penggerak Gerakan Bebas Visa, Ivan Ronaldo kepada Antara London, Sabtu, permohonan visa Schengen yang diajukan di Indonesia pada tahun 2018 tercatat sebanyak 210.468 (untuk visa Schengen tipe A dan C) dan 3.688 di antaranya ditolak (1.8%). Tahun 2017, ada 199.353 permohonan visa Schengen diajukan di Indonesia dengan tingkat penolakan sebesar 1.4%.
''Kalau kita perhatikan secara sekilas, memang betul ada kenaikan tingkat penolakan visa Schengen yang diajukan di Indonesia pada tahun 2018. Tapi kalau kita lihat lebih jauh, ada kenaikan permohonan visa Schengen di Indonesia sebesar kurang lebih 10.000 pada tahun lalu. Jadi, tidak bisa langsung disimpulkan kalau Indonesia mengalami kemunduran persoalan penerbitan visa Schengen'', ujar Ivan Ronaldo.
Meskipun ada kenaikan tingkat penolakan, tapi saya dan rekan-rekan berharap hal tersebut tidak berimbas negatif kepada negosiasi bebas visa Schengen oleh Kementerian Luar Negeri RI yang sekiranya masih berjalan di lapangan. Kami berharap sekali suatu saat akan ada fasilitas bebas visa Schengen, sehingga WNI tidak perlu lagi mengurus visa sebelum keberangkatan,” ujarnya.
Dikatakannya wacana bebas visa Schengen bagi WNI sudah berkali-kali diangkat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sejak tahun 2015 saat mengadakan pertemuan dengan berbagai perwakilan dari blok yang berisikan 26 Negara di benua Eropa tersebut. Sayangnya, sampai hari ini kelihatannya belum ada tindak lanjut dari pihak Eropa terkait hal tersebut, ujarnya.
Dikatakannya, visa Schengen yang diolah oleh statistik tersebut adalah `uniform visa`, yakni visa tipe A dan C. Visa Schengen tipe A adalah untuk keperluan transit, sedangkan tipe C adalah visa yang sehari-hari digunakan untuk kunjungan singkat, seperti wisata dan kunjungan keluarga.
Menurut Ivan Ronaldo, satu hal yang perlu dipahami, bahwa jumlah permohonan visa tersebut adalah jumlah keseluruhan yang diajukan di Indonesia, jadi WNA yang memohon visa Schengen di Indonesia ikut masuk dalam perhitungan. "Jadi, tingkat penolakan tersebut tidak melekat pada WNI saja, WNA yang memohon visa Schengen di Indonesia pun ikut masuk (dalam hitungan). Demikian pula sebaliknya, WNI yang memohon visa Schengen di suatu negara maka hitungannya akan masuk dalam statistik negara tersebut, ujarnya.
Dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia termasuk yang paling rendah tingkat penolakannya.Thailand berada pada level penolakan 3,3 persen, dan Filipina 8.2 persen. Kedua negara tersebut juga mengalami kenaikan tingkat penolakan visa Schengen di negaranya dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Rusia tercatat sebagai Negara penyumbang permohonan visa Schengen terbesar di dunia, disusul Tiongkok. Rusia mencatat tingkat penolakan visa Schengen di negaranya sebesar 1.6% dan Tiongkok sebesar 3.7%.
Selain visa Schengen, Komisi Eropa juga menerbitkan statistik permohonan visa Bulgaria, Kroasia, dan Romania. Ketiga Negara tersebut saat ini bukan lah bagian dari Negara Zona Schengen. Di Indonesia, tingkat penolakan untuk visa Bulgaria adalah 3.4%. Untuk Kroasia 0.8% dan Romania 7.6%.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar