Selasa, 07 April 2009

PARLEMEN SKOTLANDIA

MAHASISWA INDONESIA TAMPIL DI PARLEMEN SKOTLANDIA

Oleh Zeynita Gibbons

London, 7/4 (ANTARA) - Ibnu Najib, satu-satunya warga Indonesia yang diundang Parlemen Skotlandia. Najib yang kebetulan tengah menuntut ilmu di Edinburgh University, berkesempatan tampil berbicara di depan sidang Parlemen Skotlandia pekan silam.

Tampilnya pria kelahiran Sleman tahun 1981 di gedung The Holyrood bukan sekedar kebetulan karena ia bersekolah di Universitas Edinburgh, melainkan usaha dan jejaring yang lama dirajut oleh pria lajang ini.

Gedung baru Parlemen Skotlandia 'The Scottish Parliament', berada di wilayah terkemuka di kota wisata Edinburgh yang dikenal dengan Royal Mile yang menghadap taman Holyrood Park dan Salisbury Crags.

Konstruksi bangunan dengan arsitektur unik ini terbuat dari campuran steel, kayu oak, dan batu granite, merupakan komplek dengan desain yang sangat inovative di Britania saat ini.

Di gedung yang dikeliling dengan taman dan dilukis dengan gambar bunga rose yang dikenal oleh seniman asal Skotlandia Charles Rennie Mackintosh, Najib yang aktif di jejaring muda Climate Cool, berkesempatan menyampaikan pidatonya.

Jejaringan Climate Cool menjadi penghubung generasi muda di Asia Timur guna mencari sinergi terbaik dalam menjawab tantangan perubahan iklim.

Menurut Pelajar pada MSc in Carbon Management, Edinburgh, jejaring muda ini mempunyai anggota yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, sosial, bisnis, media, sains dan pemerintah.

Tujuan utama jejaring ini memberdayakan potensi generasi muda dalam melakukan aksi nyata menjawab tantangan perubahan iklim.

Climate cool merupakan inisiatif dari the British Council, dengan dukungan dari berbagai pihak, di antaranya WWF, Centre for International Forestry Research dan Meneg Lingkungan Hidup.

Sebelum tampil, Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Negara BUMN, pun meminta dukungan dari rekan-rekannya dan dikirimin bahan bahan, bahkan Najib juga minta saran dari Atase Pendidikan KBRI London Riza Sihbudi.

Tampilnya Najib di Parlemen Skotlandia, bermula pada Januari lalu, British Council di Skotlandia diminta oleh Transport, Infrastructure and Climate Change Committee di Parlemen Skotlandia sarannya siapa yang patut diundang dan bicara mengenai adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, khususnya di negara berkembang.

Menurut Najib, setelah dikomunikasikan dengan British Council, salah satu pihak yang diusulkan Christopher Palmer dari British Council Indonesia akhirnya dirinya selain Prof Emil Salim, Daniel Murdyarso yang direkomendasikan.

"Kebetulan juga saya sedang menempuh studi di Edinburgh University sehingga tidak memerlukan emisi lebih melalui penerbangan," ujar Najib yang merasa mendapat keberuntungan .

Saat menceritakan pengalamannya mengikuti sidang di Parlemen Skotlandia, Najib mengatakan ada beberapa hal yang berhasil dicatatnya yaitu pertama bagaimana parlemen disini berinteraksi dengan masyarakat.

Kedua keterlibatan generasi muda di parlemen dan ketiga sekilas topik dan opini yang disampaikan pada saat ia tampil berbicara di depan anggota Dewan.
Menurut Najib, interaksi Parlemen UK/Scotland dengan Publik dengan tema 'Ayo berkunjung' menjadi salah satu hal yang menarik perhatiannya. Banyaknya akses yang diberikan kepada publik untuk terlibat dengan kegiatan parlemen.

Untuk itu Najib mengajak rekan-rekan yang sedang berada di UK dan belum pernah ke gedung parlemen UK atau Skotlandia, dapat merencanakan dan sebelumnya mencari info di website Westminster atau di Holyrood.


Laris Manis

"Memasuki gedungnya parlemen yang indah itu memang 'worth a visit' kita akan dapat menyaksikan langsung wakil rakyat kerajaan Inggris bekerja dan berdebat," ujar lulusan Fakultas Ekonomi UI (2004-2006).

Menurut Najib, sesi pertanyaan kepada menteri adalah sesi 'free pass'nya selalu laris manis karena masyarakat dapat langsung melihat pertanggungjawaban menteri di depan parlemen atas isu-isu yang sedang hangat dibicarakan.

Secara rinci Najib mengatakan bahwa di Skotlandia, pertanyaan yang diajukan ke menteri diadakan setiap Kamis pukul 12.00 dan semua kunjungan gratis dan full inspirasi.

Najib memang tidak bisa membandingkan anggota Dewan di Indonesia bersidang di Senayan dengan anggota dewan di Parlemen Skotlandia.

"Mungkin saya kurang informasi, namun sepertinya Senayan belum begitu banyak memberikan informasi dan akses yang mudah terhadap kunjungan ke sesi-sesi debat yang ada," ujar Najib yang ikut dalam Asian Young Leaders Climate Forum.

Bertepatan dengan digelarnya pesta demokrasi pemilu, Najib mengajak masyarakat untuk menanyakan hal ini pada caleg yang dikenal. "Kalau sudah ada mari kita sebarkan informasinya dan kalau memang belum, mari kita minta," ajak Najib

Parlemen Remaja

Menurut Najib, keterlibatan Generasi Muda di Parlemen sedari dini, murid-murid sekololah dasar di Scotland sudah diajak untuk berkunjung ke gedung parlemen.

Untuk lebih mendekatkan pelajar dengan parlemen, masyarakat juga memberikan dukungan dengan didirikannya Parlemen Remaja (UK, Scotland) dan Parlemen anak-anak, yang misinya membantu generasi muda memahami dan mencoba sendiri mekanisme pengambilan keputusan di parlemen.

Isu yang dibahas di youth atau children parliament disesuaikan dengan ketertarikan mereka, dan sesekali mereka menyampaikan pendapatnya ke parlemen.

Kemampuan berpikir kritis dan menyampaikan pendapat adalah manfaat yang datang bersama aktifitas pemuda di youth dan children parliament.

Selain itu keterlibatan Pemuda dan Parlemen yang memberikan akses publik terhadap hampir semua pembahasan UU dan masalah, parlemen Skotlandia juga memberikan dukungan terbentuknya parlemen remaja dan parlemen anak-anak.

"Saya tertarik sekali untuk belajar dari mereka bagaimana cara terbaik mendorong kedekatan pemuda dengan pengambilan kebijakan di DPR di Indonesia," ujarnya.

Menurut Najib, merupakan pengalaman yang unik untuk mendapatkan kesempatan didengar secara langsung oleh parlemen Skotlandia tapi belum pernah berbicara di depan DPR sendiri.

Najib mengakui bahwa ia dan rekan-rekan mahasiswa di Indonesia mempunyai kegiatan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis pelajar melalui debat parlementer berbahasa inggris.

Walaupun konsep parlemen remaja dan anak-anak belum menjadi wacana yang diperhatikan secara berkelanjutan, saat ini sudah ada banyak rekan-rekan di Indonesia yang membawa debat parlementer berbahasa inggris ke SMU dan SMP.

Rekan-rekan yang belajar di dan atau tertarik dengan pendidikan politik dan kemapuan berpikir kritis untuk remaja Najib mengajak untuk bergabung di milis atau bergabung dengan organisasi terdekat di wilayah.



Paling menderita

Menurut Najib di Parlemen Skotlandia itu, ia mendapatkan sekali kesempatan berpidato dan dua kali kesempatan mengajukan opini dalam debat.

Dalam pidatonya di depan anggota Parlemen Skotlandia Najib menyampaikan Perubahan iklim sebagai ancaman.

"Dampak perubahan iklim terjadi sekarang di seluruh dunia, dan negara yang bertanggung jawab terhadap polusi dari masa revolusi industri, termasuk Skotlandia dan Inggris, yang tidak begitu merasakan dampak negatif perubahan iklim," ujarnya.

Di sisi lain, negara yang belum begitu berdosa mengotori bumi, yakni negara berkembang seperti Indonesia dan Bangladesh, adalah korban yang paling menderita.

RUU yang akan disahkan di Skotlandia ini tidak memiliki target pengurangan emisi wajib hingga tahun 2020, sama dengan meminta generasi masa depan untuk menyelesaikan masalah yang kita ciptakan.

Hutan membawa manfaat bagi seluruh dunia dan merupakan tanggung jawab masyarakat global untuk menjaganya.

Najib juga menyampaikan bahwa ia senang dengan mulai dilakukannya diskusi mengenai cara-cara membuat hutan dan pohon lebih berharga hidup daripada sebagai gelondongan.

Namun ia juga menyampaikan kekhawatirannya karena kebanyakan mekanisme untuk 'Reducing Emission from Deforestation and Degaradtion/ REDD' berdiri diatas fondasi solusi pasar yang menggunakan banyak instrumen keuangan.

Hal ini tidak beda dengan mengantarkan dunia ke krisis keuangan sekarang ini dimana perdagangan kredit emisi dengan sekuritisasi .

Najib juga menyampaikan suara masyarakat adat dan masyarakat yang bergantung di hutan harus diperhatikan dan solusi non pasar seperti yang diajukan Brazil (negara maju mengalokasikan dana global perlindungan hutan global) harus diberikan lebih banyak perhatian.

Kerjasama internasional yang berkeadilan adalah elemen pokok yang harus ada apapun solusi yang akan diambil nanti di Copenhagen.

Dikatakannya Skotlandia, bisa memberikan kontribusi yang lebih dalam hal promosi energi terbarukan, terutama karena kekuatan mereka di energi ombak dan angin.

Terkait dengan diskusi mengenai kemungkinan dilakukannya carbon rationing dan pembatasan emisi individual, Najib menyampaikan bahwa pembatasan harus dilakukan di sisi supply (khususnya produsen BBM) dan bukan di sisi konsumsi.

Bercerita mengenai kesan kesannya mengikuti debat di parlemen Skotlandia, Najib mengatakan bahwa dari even yang diikutinya ada tiga hal yang membuat dirinya merasa kagum dengan kedekatan parlemen Skotlandia dan masyarakatnya termasuk pemuda.

Untuk itu Najib merasa terdorong untuk lebih mengkomunikasikan hal-hal yang sudah dipelajari mengenai Carbon Management dan tentang kebersamaan dalam perubahan iklim.

Diakuinya dengan pengalamannya itu ia juga ingin melihat kembali bagaimana kegiatan yang sudah ada sekarang dapat dihubungkan secara langsung dengan Parlemen kita.

Dari debat yang berlangsung dan komentar yang diberikan Menteri Perubahan iklim Skotlandia, ia mendapatkan kesan bahwa pengambil kebijakan maupun masyarakat luas masih tertinggal beberapa langkah di belakang perkembangan terakhir yang ada seputar perubahan iklim.

Untuk itu ia bersama rekannya dalam satu program mencari cara komunikasi yang efektif agar kompleksitas perubahan iklim tidak mencegah masyarakat untuk mengambil tidakan nyata dan mengajak pemerintah menetapkan target penguranagan emisi yang kuat sekarang dan bukan nanti.

Dikatakannya dari diskusi yang ada, Najib menemukan banyak kelompok masyarakat yang tengah berjuang untuk mengurangi emisi di wilayahnya masing-masing.

Kelompok masyarakat itu bekerjasama mewujudkan proyek-proyek mandiri yang bertujuan memperbaiki lingkungannya.

"Saya melihat bahwa solusi seperti inilah, yang mengembalikan kendali pembangunan ke masyarakat dan bukan bisnis, yang akan menyelamatkan Bumi," demikian Ibnu Najib menutup perbincangannya. (U-ZG)
(T.H-ZG/B/J006/B/J006) 07-04-2009 19:39:29

Tidak ada komentar: