STRATEGI "TOTAL FOOTBALL" NON-BLOK S STOP LAJU SBY
London, 18/4 (ANTARA) - Pengamat strategi Dr Subchan mengatakan hasil pemilu legislatif telah menunjukkan Partai Demokrat merupakan kekuatan baru di perpolitikan Indonesia.
Namun demikian, dengan strategi "total football" non blok S, diduga akan dapat menyetop lajunya pencalonan kembali Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden mendatang.
Direktur Insitute Science and Technology for Studies (ISTECS)-Europe Dr Subchan kepada koresponden ANTARA London, Sabtu mengingatkan bahwa poros tengah 1998 atau Partai Demokrat di tahun 2004, berhasil memdudukan calonnya menjadi presiden.
"Mungkinkah koalisi non-blok-S akan terbentuk dan nantinya berhasil mengalahkan SBY dalam Pilpres. Semuanya mungkin terjadi dan itulah politik," ujar Subchan yang bekerja di Cranfield Defence and Security, Defence Academy of UK.
Dikatakannya, dari hasil pemilu legislatif telah menunjukkan partai demokrat merupakan kekuatan baru di perpolitikan Indonesia.
SBY bersama Partai Demokrat-nya yang masih mengatur strategi untuk pilihan presiden tentunya juga melihat bagaimana partai-partai lawan bermain, ujarnya.
Menurut Direktur STECS Europe, salah satu strategi terbaik untuk mengalahkan SBY dalam pilpres adalah menyatukan PDIP, dan partai tengah yang meliputi PKS, PAN, PPP, Gerindra dan Hanura.
Dikatakannya, karena PKB sudah gabung dengan PD maka bisa dilupakan untuk sementara, apalagi kalau Gusdur juga bisa diajak masuk ke koalisi non-blok-S. Jadi hanya ada dua calon untuk pilpres Juli.
Dr Subchan mempertanyakan siapakah Capres dan Wapresnya?. Walaupun survey beberapa media menempatkan Megawati dalam urutan no dua untuk capres, tetapi kemungkinan pencapresan Megawati untuk mengalahkan SBY sangat kecil.
Megawati sebaiknya mundur dengan jiwa besar untuk memberikan kesempatan kepada yang lain. Apabila ini yang terjadi, maka Mega akan menorehkan nama besarnya di perpolitikan Indonesia, daripada hanya menjadi pecundang di Pilpres, tegasnya.
Koalisi non-blok-S ini akan sangat kuat apabila kelompok yang berseberangan dengan JK juga bergabung. Kunci dari non-blok-S adalah jiwa besar Megawati untuk mundur dari capres PDIP dan bersatunya partai tengah bersama PDIP.
Capres dan Wapres non-blok-S, menurut Subchan sangat sulit diprediksi dan memerlukan pembahasan sangat alot. "Saya kira keputusan bisa diambil oleh PDIP sebagai partai terbesar dalam koalisi ini," ujarnya.
Stok calon capres dan wapres masih sangat cair, mulai Hidayat Nur Wahid, Sultan, Probowo dan Akbar Tanjung, Rizal Ramli.
Kombinasi dari mereka akan menjadi sangat kuat apabila seluruh partai koalisi non-blok-S mendukung dan bermain secara penuh dengan strategi "advanced total football" perubahan. Mungkinkah non-blok-S ini terjadi, demikian Dr Subchan. (U-ZG)***1***
(T.H-ZG/B/P004/P004) 18-04-2009 07:37:10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar