Selasa, 21 April 2009

MENHAN TINGKATKAN KEMAPANAN

MENHAN AJAK PELAJAR DI INGGRIS TINGKATKAN KEMAPANAN

London, 21/4 (ANTARA) - Menteri Pertahanan RI, Prof. Juwono Sudarsono mengajak pelajar dan warga di Inggris untuk memanfaatkan privilege (hak istimewa) yang dimiliki untuk meningkatkan kemapanan negara menjelang integrasi ASEAN.


Pada saat yang sama mantan Dubes RI untuk Kerajaan Inggris minta agar pelajar yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) UK mengurangi ketimpangan individu antar warga bangsa, demikian Adiwan Fahlan, Sekjen PPI UK kepada koresponden Antara London, Selasa.


Dalam diskusi dengan pelajar Indonesia di ruang pertemuan KBRI London, bertema "Memperkuat Peran Daya Saing Indonesia 2015", Menhan didampingi staf ahli bidang ekonomi dan perbankan, kerjasama potensi pertahanan dan ristek dalam nilai-nilai pertahanan (defence value) dan staf bidang pertahanan trade dan investasi.


Menurut Adiwan Fahlan, kandidat doktoral bidang ekonomi wilayah dan perdangangan internasional pada University College London (UCL), Inggris, diskusi diikuti lebih dari 70 warga dan pelajar, kerjasama KBRI London dengan PPIUK, PPI Manchester, dan PPI London.


Diskusi diawali dengan ceramah Menhan yang menyebutkan bahwa Indonesia akan memasuki era "perang otak" yang akan dimulai tahun 2015, yakni ditandai dengan dibukanya integrasi negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) secara keseluruhan.


Pada kesempatan ini, Menhan juga memberikan angka-angka statistik yang sangat penting untuk diperhatikan dalam mempersiapkan persaingan di masa mendatang.


Menurut doktor alumnus London School of Economics (LSE) ini, pada tahun 2015 Indonesia akan dipadati 215 juta penduduk dan hingga saat ini, dari 230 juta orang, 34 juta penduduk yang hidup dibawah 2 dolar AS per hari.


Lebih rinci, Menhan juga menjelaskan, tahun 2015 menjadi tahun penting bagi pemuda karena hingga tahun ini, 76 persen pengangguran terbuka berusia dibawah 30 tahun.


Dengan memperhatikan fakta-fakta tersebut, menhan menekankan agar pelajar di UK mampu memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baik itu hard science (teknologi, teknik) maupun soft science (sosiologi, budaya) untuk mempersiapkan diri menghadapi dimulainya era globalisasi tingkat ASEAN dan dunia.


Selain itu, tiga power perlu pula dikembangkan yakni hardpower, softpower dan smartpower untuk berkompetisi. Menhan mencontohkan negara RRC yang telah meresmikan 50 universitas teknik kelas internasional untuk meningkatkan daya saing dan untuk mencapai ambisi negara tersebut untuk menjadi pemain penting dalam finansial dunia.


Lebih lanjut, Menhan mengatakan, dulu yang diutamakan adalah semangat kempemilikan (ownership) namun sekarang adalah semangat kendali (control).


Sebagai contoh, saat ini Singapura dan Malaysia melalui perusahaan-perusahaannya telah menjadi pemilik perusahaan telekomonukasi, minyak, dan keuangan lainnya di Indonesia.


Dengan demikian, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar penduduk Indonesia memiliki skill yang kompetitif sehingga dapat berada pada posisi managerial dan menjadi pengambil keputusan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia?

Menhan menyatakan, fokus utama Departemen Pertahanan adalah daya saing non-militer dan diharapkan pada periode 2009-2014 tahap pemantapan lanjut dapat dijalankan.


Pada periode ini pula ditargetkan akan terjadi kenaikan PDB sebanyak 4 kali, peningkatan jumlah orang yang tercukupi meningkat dari 25 juta (dari total 230 juta) menjadi 60 juta (dari total 245 juta), jelas pria yang pernah menjadi panitia pemilu luar negeri (PPLN) semasa menjalankan studi di Inggris ini.


Pada sesi tanya jawab, Menhan menjelaskan, Dephan melalui pusat studi kesehatan di Zeni telah mengkaji studi-studi kesehatan yang terkait dengan isu pertahanan, seperti bio-terorism.


Pada saat yang sama, ia juga menyatakan hingga saat ini dualime kewarganegaraan belum dapat dilaksanakan di Indonesia, namun hal ini harus ditinjau kembali menjelang 2015 untuk meningkatkan daya saing warga Indonesia dalam era integrasi ASEAN.


Untuk itu, Menhan mengajak pelajar dan warga di Inggris memanfaatkan privilege yang dimiliki untuk meningkatkan kemapanan negara menjelang integrasi ASEAN dan pada saat yang sama mengurangi ketimpangan individu antar warga bangsa.


Ia juga mengingatkan, dalam interaksi, perlu rasionalisasi yakni "tangible science" seperti ekonomi politik dan perdagangan, tapi juga naluri cita yakni perasaan hati dan kultur, dengan dua hal ini diharapkan Indonesia dapat menjadi negara maju yang tetap memperhatikan nilai-nilai sosial.


Di akhir ceramahnya, Menhan mengutip ucapan Bung Karno bahwa kebangsaan kita hidup dalam internasionalisasi dan Gandhi yang mengungkapkan biarkan angin-angin datang ke India, tapi pijakan kakinya tetap di India. (U-ZG) ***3***

(T.H-ZG/B/M012/M012) 22-04-2009 00:33:21

Tidak ada komentar: