Rabu, 03 Juni 2009

INDONESIA DI KANCAH INTERNASIONAL

INDONESIA BISA LEBIH BERPERAN DI KANCAH INTERNASIONAL

London, 1/6 (ANTARA) - Indonesia bisa lebih berperan dalam kancah internasional dan rasa "minder" (rendah diri) yang diwariskan penjajah sudah waktunya dihapus.

Demikian kesimpulan umum temu masyarakat Indonesia di KBRI Moskow, Minggu (waktu setempat) sehari menjelang dilaksanakan interfaith dialogue bersama Prof Dr Azzumardi Azra, Romo Magnis Suseno dan Pendeta Nathan Setiabudi.

Dialog juga menyimpulkan bahwa kemampuan yang ada dan keharmonisan kehidupan antara umat tidak bisa dinafikan bagi pembangunan nasional.

Ketua Panitia Interfaith Dialogue, Berlian Napitupulu, kepada koresponden ANTARA London, Senin mengatakan pertemuan yang dimoderatori Dubes RI Hamid Awaludin dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia berkomunikasi dengan pakar di kota ujung dunia bagian utara tersebut.

Azzumardi Azra, mengatakan dengan SDM yang semakin berkembang serta potensi kekayaan budaya, pengalaman serta ekonomi yang sangat besar, maka Indonesia sudah waktunya untuk lebih mendongakkan kepala.

Sebagai bangsa yang memiliki Umat Islam terbesar di seluruh dunia, sudah selayaknya Indonesia memainkan peranan penting dalam mempertemukan antara dunia Islam dan dunia Barat yang sering dipersepsikan akan terjadinya clash of civilization.

"Kita jelas harus berperan dan punya kewajiban menjembatani antara umat Islam dimanapun dengan masyarakat Kristiani di Barat," katanya.

Hal senada diungkapkan Romo Magnis Suseno yang menggarisbawahi bahwa Umat Islam di Indonesia merupakan umat yang sangat terbuka atas modernitas, toleran dan demokratis.

Karena itu, kesulitan apapun yang menimpa bangsa ini maka pasti akan ditemukan jalan keluar, ujarnya.

Kerjasama antara Umat Islam dan Kristiani saat ini sangat berkembang sebagai turunan dari makin tingginnya komunikasi antara pemimpin kedua kelompok. "Jujur saja, tokoh seperti Nurkholis Madjid, Gus Dur dan Amien Rais besar jasanya," kata Romo.

Kedekatan antara kedua kelompok kepercayaan ini, menurut Magnis Suseno, akan mengantarkan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan besar.

Selain semakin intensnya komunikasi antara keduanya, kerjasama riil di lapangan juga berkembang pesat.

Ditegaskan, meski semua komponen masyarakat memiliki peranan tetapi sumbangan terbesar akan muncul manakala Umat Islam dan Kristen dapat bahu-membahu dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendeta yang mantan Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Nathan Setiabudi menyatakan, keharmonisan Umat Islam dan Kristiani ini yang dapat ditawarkan kepada dunia internasional, termasuk kepada Rusia.

Perseteruan antara Kristen dan Islam dalam tataran duniapun akhirnya hanya menyengsarakan semua pihak. "Potensi keharmonisan ada di Indonesia," tandasnya.

Pendeta Nathan berpesan, jangan sampai ada pertikaian dan terus memelihara komunikasi.

Ia memberikan contoh adanya suami-istri yang bertengkar setiap hari. Pada suatu saat, sang suami tertimpa musibah jatuh dari atap dan meninggal. Sang istri tak kuasa menahan sedih dan mendekapnya, menangis sambil berkata: "Jangan kau tinggalkan aku. Sebab bila engkau pergi dengan siapa lagi aku harus bedebat".

"Meskipun mereka sering tidak sepaham namun tetap dalam jalinan keluarga. Buktinya anaknya banyak. Kita bisa saja tidak satu kata, tapi jangan sampai bercerai," katanya yang disambut tepuk tangan para hadirin. (U-ZG) ***1***

(T.H-ZG/B/S023/S023) 01-06-2009 14:08:33

Tidak ada komentar: