Jumat, 26 Juni 2009

INDONESIA KERJA SAMA SELATAN-SELATAN

INDONESIA TEGASKAN PENTINGNYA KERJA SAMA SELATAN-SELATAN

London, 25/6 (ANTARA) - Indonesia menegaskan tentang pentingnya kerja sama Selatan-Selatan sebagai mekanisme mitigasi bencana.

Hal itu disampaikan Wakil Tetap Republik Indonesia, Dubes Triansyah Djani dalam sambutannya pada pembukaan sidang Global Platform on Diaster Risk Reduction di Jenewa, demikian Dinar Sinurat, Counsellor PTRI Jenewa kepada koresponden Antara London, Rabu.

Sidang yang digelar Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR) South-South Cooperation Program World Bank, hadir Direktur Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syah Kuala, Dr Ir M Dirhamsyah.

Dubes Triansyah Djani menekankan pentingnya kerja sama Selatan-Selatan dalam upaya mengurangi dampak bencana alam mengingat negara berkembang memiliki kemampuan yang berbeda-beda yang dapat menjadi keuntungan komparatif bila dimanfaatkan melalui skema kerja sama Selatan-Selatan.

Dalam pertemuan yang mengambil topik South-South Cooperation: Making it a Winning Combination, Dubes Triansyah Djani mengatakan kerja sama tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal melalui kolaborasi dengan kelompok negara maju dalam kerangka kerja sama Utara-Selatan atau "tripartite cooperation".

Pengalaman Indonesia dalam menghadapi bencana tsunami diharapkan dapat dibagi kepada negara berkembang lainnya, ujarnya.

Dalam meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan di bidang manajemen mitigasi bencana, Non-Aligned Movement/NAM Center for South-South Technical Cooperation/NAM CSSTC bersama pemerintah Indonesia, UNESCAP dan pemerintah Jerman mengelar lokakarya Project on South-South Cooperation for Tsunami and other Disasters Risk Management.
Inisiatif tersebut didukung 10 negara di wilayah Asia Pasifik yaitu Bangladesh, China, Fiji, India, Indonesia, Iran, Maldives, Filipina, Srilanka dan Thailand. Pada akhir tahun 2008, lima negara yaitu Laos, Mynmar, PNG, Timor Leste dan Vietnam ikut bergabung.

Indonesia menjadi sekretariat ad interim untuk kerja sama 15 negara tersebut.

Berbagai kegiatan dilakukan di antaranya lokakarya mengenai keterkaitan antara adaptasi perubahan iklim dengan "risk disaster reduction" dan strategi untuk mendorong efektivitas kemitraan untuk mengembangkan Regional South-South Cooperation Mechanism.

Untuk kegiatan tersebut, telah diidentifikasikan sejumlah inisiatif dan area prioritas di bawah kerangka Hyogo Framework of Action. Pada inisiatif tersebut, Indonesia menjadi focal point proyek Human Resources Development.

Bekerja sama dengan Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syah Kuala, pemerintah Indonesia dan NAM CSSTC menjajaki kerja sama dengan Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR) South-South Cooperation Program World Bank.

Dengan partisipasi Indonesia pada "side event", diharapkan GFDRR dapat memberikan dukungan bagi realisasi kerja sama tersebut.

Dubes Triansyah Djani pada kesempatan itu menyaksikan penandatanganan Memorandum Understanding/MOU kerja sama di bidang disaster management reduction antara GFDRR dengan Asian Disaster Preparedness Center/ADPC, Great Lakes University in Kisumu dari Kenya.

Sidang Global Platform on Diaster Risk Reduction/GPDRR ke-2 diselenggarakan di Jenewa dihadiri lebih dari 1.800 peserta dari 169 negara, serta berbagai organisasi dan NGO internasional.

Delegasi Indonesia dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Dr Syamsul Maarif dan pada kesempatan tersebut, dosen dan peneliti dari Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta, Dr Eko Teguh Paripurno, mendapatkan "Sasaka Award" yang merupakan penghargaan dari Yayasan Nippon Jepang.(U-ZG)***1***

(T.H-ZG/B/P004/P004) 25-06-2009 07:21:21

Tidak ada komentar: