INTERFAITH DIALOG RI RUSIA HASILKAN 21 BUTIR
London, 3/6 (ANTARA) - Indonesia dan Rusia sepakat bahwa dalam negara yang multikultur dan agama, penyelesaian masalah melalui dialog harus dikedepankan.
Hal itu merupakan inti dari berbagai pembicaraan dalam rangka Indonesia-Russia Interfaith Dialogue yang berakhir 2 Juni dan dituangkan dalam 21 "pointers of the summary", kata kata Penanggungjawab Pensosbud KBRI Moskow, Aji Surya kepada koresponden ANTARA London, Rabu.
Dia mengatakan bahwa pers sangat diharapkan perannya dalam membangun dan menciptakan keharmonisan bermasyarakat.
Menurut Aji Surya, butir-butir tersebut dirumuskan dalam suatu pertemuan terbatas oleh kedua belah pihak dan memakan waktu kurang dari 2 jam.
Dia mengatakan dialog berjalan lancar dan nyaris tidak ada silang pendapat yang dilanjutkan dengan konferensi pers di pusat Kantor Berita Rusia Ria Novosty.
"Semua ini menunjukkan bahwa Indonesia dan Rusia memiliki banyak kesamaan pandangan," kata Ignas Kleden yang memimpin rapat perumusan hasil dialog.
Dalam "pointers of the summary" itu, aneka pengalaman dan pelajaran (best practices) di kedua negara sangat mungkin dijadikan model bagi dunia internasional tentang "peaceful coexistence".
Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, ternyata Indonesia tidak menjadi negara agama ataupun sekuler. Dibawah Pancasila, semua komponen masyarakat dapat hidup berdampingan secara damai.
Di lain pihak, gereja Ortodoks di Rusia juga mengayomi pemeluk agama lain seperti Islam, Hindu dan Budha.
Dalam mengelola prularisme, baik Indonesia dan Rusia akan lebih mengembangkan kembali kesadaran dan budaya toleransi dan saling memahami (understanding). Pihak mayoritas harus memberikan ruang yang cukup bagi aktivitas minoritas dan keduanya juga harus bersama-sama menciptakan keharmonisan hidup.
"Pemahaman atas kepercayaan dan agama pihak lain pada dasarnya akan meningkatkan rasa iman seseorang," ujar Andri Hadi, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri.
Selain itu, sangat disadari bahwa pers memiliki peran yang tidak kecil dalam masyarakat demokrasi. Karena itu, kebebasan pers harus terus didorong dan dihormati semua pihak.
Para kuli tinta diharapkan menjadi penjaga gawang bagi menjamurnya toleransi dan suburnya pluralitas.
"Teman-teman wartawan harus senantiasa di jalur kode etik jurnalistik, aturan yang berlaku serta menjunjung nilai-nilai agama dan norma lainnya yang berlaku di masyarakat," kata Andi Hadi.
Butir terakhir "kesepakatan" itu berbunyi kedua belah pihak memandang bahwa interfaith dialogue kali ini sangat penting dan bermanfaat.
Karena itu, diharapkan akan dilaksanakan kembali di waktu mendatang dengan tema yang lebih "menggigit" serta ditindaklanjuti dengan aksi yang kongkrit.
"Hasil pertemuan brilian ini tidak bisa disia-siakan," katan Venjamin Popov, mantan Dubes Keliling Rusia untuk dunia Islam. ***1*** (T/ZG)
(T.H-ZG/B/S023/S023) 03-06-2009 20:01:20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar