Selasa, 03 Februari 2009

ALANDA DUTA INDONESIA

ALANDA DUTA INDONESIA DI FORUM PEMBUAT PERUBAHAN

Penampilan gadis mungil bertutur kata lembut yang menjadi wakil Indonesia dalam "Guildford Forum Global Changemakers" di Inggris itu memberikan kesan adanya segudang ide dan cita-cita di benaknya.

Sejumlah ide dan cita-cita yang Alanda Kariza (17) ungkapkan dalam pertemuan dengan Duta Besar RI untuk Inggris dan Irlandia Yuri Octavian, boleh jadi, tidak terpikirkan remaja lain sebanyanya.

Putri pasangan Arga Tirta Kirana dan Firman Maulana itu mengikuti forum pembuat perubahan sejagat di Inggris itu atas undangan British Council yang memiliki proyek "Forum Global Changemakers".

Selama seminggu, siswa SMA 82 Jakarta itu berkumpul bersama 58 remaja sebaya dari sejumlah negara, di dusun Horsley, Surrey, Inggris.

Mereka mendapat forum untuk saling bercengkerama dan bercerita mengenai kegiatan yang mereka lakukan di negaranya.
Katherine Hermans, manajer komunikasi "Global Changemakers", mengatakan, kegiatan yang digelar British Council itu bertujuan menggalang jejaring global bagi remaja usia 16 tahun sampai 25 tahun yang aktif dalam berbagai bidang di negerinya.

Dia mengatakan, organisasi itu bekerjasama dengan Forum ekonomi Dunia ((WEF) dan berbagai forum internasional di Perserikatan Bangsa Bangsa memastikan suara anak muda dapat didengar di forum dunia.

Manajer Pengembangan Sosial British Council Indonesia Fajar Anugerah, yang mendampingin Alanda sejak dari Jakarta, mengatakan, bagi sebagian remaja di Indonesia, Alanda mungkin tidak asing lagi.

Remaja putri itu menerbitkan novel pertamanya "Mint Chocolate Chips" pada usia 14 tahun. Selain aktif sebagai penulis, wakil Indonesia itu juga salah satu pendiri komunitas sosial "The Cure For Tomorrow" (TFCT), wadah untuk menggalang kepedulian remaja Indonesia tentang lingkungan hidup.

Menurut Fajar, Alanda membentuk komunitas tersebut karena merasa kecewa saat niatnya bergabung sebagai relawan ditolak beberapa LSM di Jakarta dengan alasan usianya yang masih terlalu muda.

Dia mengatakan, Alanda mewakili generasi muda Indonesia yang memiliki semangat positif. Generasi muda yang ketika menghadapi kesulitan malah melihatnya sebagai tantangan.

Walaupun begitu, gadis manis yang juga aktif di bidang seni musik dan film ini tidak merasa dirinya spesial.

Menurut Alanda, dia bercita-cita ingin menjadi terkenal dan melanjutkan pendidikan di bidang sinematografi, walaupun orang tuanya mungkin kurang setuju.

Karyanya yang berjudul Bunuh Diri Massal 2008 terbit dalam beberapa seri.

Menurut Fajar, sudah selayaknya putri pertama dari tiga bersaudara dan remaja Indonesia lainnya yang memiliki semangat dan penuh aspirasi positif diberikan kesempatan seperti yang diberikan British Council.

Yuri Octavian Thamrin mengatakan, dirinya siap mencarikan beasiswa bila Alanda diterima di Universitas Oxford.

Disela sela kunjungannya ke Kerajaan Ratu Elizabeth, Alanda juga mengunjungi obyek wisata seperti museum Madame-Tussauds, menonton pertunjukkan musikal Lion King di West End London, dan berkunjung ke kandang klub sepakbola kenamaan Inggris Manchester United.
Dia sempat memborong kaos bola sebagai oleh-oleh untuk ayah dan juga teman-temannya., ujar Fajar Anugerah yang juga ikut dalam konperensi tersebut.


Dikirim ke Davos
Dari sebanyak 58 remaja yang berkumpul di sebuah desa di Inggris itu akan dipilih sebanyak delapan orang yang akan mengikuti pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swis.

Bagi Alanda, ia merasa senang jika bisa terpilih dalam kegiatan tersebut, karena dapat memberikan yang terbaik dan mendapat pengalaman berharga.

"Tapi, pergi ke Davos maupun tidak, tidak menjadi masalah. Yang penting saya bisa berbagi dengan anak-anak Indonesia yang lainnya agar menghasilkan sesuatu dan membuat negara menjadi lebih baik," ujar penggemar "Star Wars" itu yang juga aktif dalam kampanye antirokok.

Gadis yang berharap bisa masuk di acara "The Oprah Winfrey Show" itu mengatakan, terpilih mewakili Indonesia dalam "Guildford Forum Global Changemakers" membuat dirinya senang sekaligus gugup karena mengemban tugas yang sangat berat.

"Mengingat saya satu-satunya wakil dari Indonesia dan ini pengalaman pertama ditambah lagi saya termasuk yang termuda dibanding peserta lain," ujar perempuan yang biasa disapa Nda saat ditemui di Horsley Park.

"Aku selalu berpikir bahwa sekecil apapun usaha atau semangat atau bahkan hanya niat, pasti membuahkan hasil," ujar pengemar Kejuaraan Sepakbola Dunia dan film film Disney, termasuk Lion King.

Pengemar musik "Earth Wind & Fire" itu mengaku, selama mengikuti "Global Changemakers", ia berkenalan dengan banyak orang dan memperluas wawasan serta pengalaman. "Mungkin klise, tapi ini adalah suatu hal yang sangat penting," ujarnya.

Bagi penggemar Bruce Lee itu, jejaring merupakan salah satu cara membuka jalan baginya untuk menjalin hubungan yang luas.
Sebelum berangkat, Alanda menyiapkan presentasi, selain menghafal yang pernah dilakukan dan menyiapkan materi publikasi LSM yang didirikannya.
Alanda, yang senang menonton film dan berkunjung ke perpustakaan itu, memiliki kegiatan menulis yang dimulainya sejak di sekolah dasar, berupa essay dan berbagai macam artikel.

Novel perdana Alanda diterbitkan ketika dia berusia 14 tahun dan berkat debut novelnya, Nda menjadi salah satu unggulan "CosmoGIRL! Of The Year" dan bahkan terpilih sebagai "CosmoGIRL! Of The Month" bulan April.

Saat ini Nda tengah menyelesaikan kumpulan cerpen yang mengangkat isu sosial dan satu novel fiksi sain.

Pengemar film Disney, seperti "Ice Age II: The Meltdown", "Spiderman", "The Lion King", "Harry Potter", "The Chronicles Of Narnia" itu hingga saat ini merampungkan dua novel percintaan dan persahabatan remaja.

Dia juga menjadi penulis lepas di rubrik feature Majalah Gogirl!, menulis cerita pendek dan artikel di Majalah Hai dan Warta Al-Azhar, dan mengisi waktu luangnya dengan mengajar les adik-adik di SD dan mengkampanyekan gerakan anti-rokok.

Alanda yang memiliki segudang prestasi itu berharap usai mengikuti "Global Changemarker" akan melanjutkan proyek "Community Action Projects" (CAP), dan untuk itu ia juga membutuhkan dukungan dari remaja sebayanya.

Selain itu, dia bertekad membentuk "Youth Parliament" di tanah seperti yang dilihatnya di Inggris, agar suara remaja juga bisa terdengar.

"Aku juga ingin mengumpulkan remaja dari berbagai propinsi, ya semacam 'Global Changemarkers' dalam bentuk mini," kata Alanda Kariza. (K-Zeynita Gibbons)
***5***
(T.H-ZG/C/s018/s018) 03-02-2009 07:52:21

Tidak ada komentar: