EKONOMI INGGRIS MAKIN TERPURUK
London, 19/2 (ANTARA) - Resesi yang melanda Inggris berdampak buruk bagi keuangan negara tersebut, di mana keuangan sektor publik hanya mencatat surplus 8.4 miliar Pounsterling Januari 2009 jauh di bawah surplus yang diperoleh bulan yang sama tahun lalu yang sebesar 15.3 miliar Pounsterling.
Pengamat ekonomi Inggris, Muslimin Anwar, kepada koresponden Antara London, Kamis mengatakan setiap tahunnya di bulan Januari biasanya merupakan bulan yang membawa berkah bagi Departemen Keuangan Inggris.
"Pada bulan Januari lah pundi-pundi negara Inggris semakin bertambah seiring dengan penerimaan pajak tahunan. Namun hal itu tidak berlaku pada Januari tahun ini," ujar Doktor Ekonomi Moneter jebolan Brunel University, London.
Berdasarkan laporan BBC News, keuangan sektor publik di Inggris hanya mencatat surplus 8.4 miliar Pounsterling Januari 2009. Nilai ini jauh dibawah surplus yang diperoleh pada bulan yang sama tahun lalu yang sebesar 15.3 miliar Pounsterling.
"Penurunan perolehan surplus negara secara year-on-year ini dipastikan karena minimnya penerimaan dari pajak. Penurunannya sebanyak tujuh miliar Ponsterling," ujar Muslimin.
Untuk menambal defisit anggaran yang semakin membengkak, pinjaman pemerintah pimpinan Gordon Brown selama 10 bulan pertama tahun anggaran ini telah mencapai 67.2 miliar Pounsterling.
Pinjaman pemerintah tersebut setara dengan 47,8 persen dari PDB Inggris. Menteri keuangan Inggris bahkan telah memperkirakan bahwa pinjaman pemerintah selama satu tahun anggaran penuh nantinya akan mencapai 77 miliar Pounsterling.
Menurut Muslimin Anwar, Inggris harus bersiap untuk menjalani resesi yang sangat dalam sepanjang tahun 2009 ini.
Ekonom Bank Indonesia ini bahkan sangat yakin bahwa pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Inggris, Bank of England, lebih lanjut tak akan banyak menolong.
Peraih dua Vice Chanchelor Award dari Brunel University ini memperkirakan Bank of England akan menggunakan cara-cara konvensional untuk mengguyur pasar dengan uang primer, jika pemangkasan suku bunga semakin tidak efektif.
Mantan Putra Kampus Indonesia tahun 1992 ini mengkhawatirkan resesi akan dialami Inggris lebih lama dibandingkan perkiraan banyak orang.
Dikatakannya dibutuhkan waktu untuk dapat membangkitkan keyakinan masyarakat dan pelaku usaha. Demikian pula, fungsi intermediasi perbankan membutuhkan upaya yang keras agar dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Sementara itu, Gubernur Bank of England, Mervyn King, menyatakan bahwa hasil perkiraan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Inggris menyatakan bahwa ekonomi Inggris akan turun drastis di paro pertama tahun 2009. King memperkirakan pertumbuhan ekonomi Inggris dari tengah tahun 2008 sampai tengah tahun 2009 ini akan menciut sebanyak 4 persen.
Namun demikian, Muslimin Anwar melihat potensi pemulihan ekonomi di Inggris pada tahun 2010. "Pada tahun itu diperkirakan ekonomi Inggris akan tumbuh positif, dengan syarat perekonomian Dunia turut membaik," ujar peraih MBA dari Pittsburgh University, AS ini.
Prasyaratan pemulihan ekonomi dunia adalah kepiawaian otoritas di berbagai negara untuk dapat menyalurkan kredit sebagaimana mestinya dan mencari solusi jitu untuk memompakan kembali keyakinan pelaku usaha dan konsumen, demikian Muslimin Anwar. (U-ZG) ***2****
(T.H-ZG/B/S006/S006) 19-02-2009 21:31:02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar