DUBES BELGIA BERHASIL LANCARKAN DIPLOMASI BUDAYA
Oleh Zeynita Gibbons
Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa (UE), Nadjib Riphat Kesoema, dinilai berhasil melancarkan diplomasi budaya melalui pameran pariwisata dan produk industri wisata Asia Fair/Belasia, belum lama ini.
Pada pameran itu, tim kesenian Indonesia yang khusus didatangkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menampilkan seni tari dari berbagai daerah seperti Tari Muli Batanghari (Lampung), Tari Piring Cupa (Padang), Mambo Simbo (Papua), Tari Gong Mandaw (Kalimantan), Warok Ponorogo (Jatim), Bajidor Kahot (Jawa Barat), Gebyar (Jateng) dan Kembang Bolet (Jawa Barat.
Dalam pameran yang berlangsung selama dua hari dalam pekan lalu di kota Wemmel, Belgia itu, Indonesia dipilih menjadi negara pendamping (partner country) oleh pihak pelaksananya. Pemeran ini digelar setiap tahun.
Kala itu, panggung gedung kesenian dilengkapi dengan gapura Bali, hiasan kain batik, serta patung Garuda. Pameran itu banyak dikunjungi masyarakat Uni Eropa.
Tim kesenian Kasitha Smarandhana di bawah pimpinan Iin Rspatini R Sahetapy mengirimkan penari Imas Kusmiaty, Ny Surip Handayani, Aryo Prasetyo, Slamet Susilo dan Teguh Hari Santoso. Dalam setiap penampilan, mereka mendapat sambutan meriah dari pengunjung.
Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa (UE), Nadjib Riphat Kesoema, kepada koresponden Antara London, Minggu, mengatakan Belasia merupakan pameran yang sangat unik, tidak terlalu besar, tetapi orang Belgia yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Asia, atau ingin berlibur ke Asia, merasa perlu datang ke pameran tersebut.
Menurut Dubes, rata-rata yang datang ke pameran Belasia adalah mereka yang pernah berkunjung ke Indonesia atau ke Thailand. Mereka umumya juga ingin mengetahui negara Asia lainnya.
Yang agak unik, menurut orang Belgia, berwisata ke Indonesia justru lebih murah ketimbang ke negara tetangganya sesama Uni Eropa.
Di samping itu, dunia wisata Indonesia di mata mereka relatif aman, tenteram, dan murah.
Indonesia antara lain memiliki pantai terpanjang kedua di dunia, yaitu 81 ribu kilometer, budaya yang beragam, dan juga tradisi yang dapat dinikmati sepanjang tahun, sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, ujarnya.
Menurut Dubes, Indonesia beruntung tahun ini mendapat kesempatan menjadi negara tamu dalam penyenggaraan pameran Belasia, karena tim kesenian Indonesia merupakan satu satunya yang mengisi panggung hiburan selama pameran berlangsung.
Penampilan Kesenian
Sementara itu, Tia dari Direktorat Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan, penampilan tim kesenian Indonesia di luar negeri juga merupakan salah satu cara untuk menarik wisatawan ke Indonesia.
Dikatakannya, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata senantiasa membantu KBRI dalam mempromosikan Indonesia, khususnya dengan mengirimkan misi misi budaya Indonesia ke luar negeri.
Kali ini, Depbupar menggandeng Tim Kesenian Kasitha Smarandhana di bawah pimpinan Iin Rspatini R Sahetapy. Mereka mengirimkan penarinya yang terdiri atas Imas Kusmiaty, Ny Surip Handayani, Aryo Prasetyo, Slamet Susilo dan Teguh Hari Santoso, untuk mengisi acara kesenian selama Asia Fair berlangsung.
Imas Kusmiaty yang manguasai banyak tarian, mengatakan, dirinya sangat senang bisa menampilkan seni tari Indonesia yang beragam.
"Saya senang penampilan di Asia Fair berjalan dengan sukses," ujar Imas, yang belajar menari di usia lima tahun.
Menurut Imas, salah satu cara mempromosikan Indonesia adalah melalui tari tarian.
"Siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan Indonesia kalau bukan kita sendiri," ujar Imas yang sudah melanglang buana ke berbagai negara untuk ikut mempromosikan Indonesia.
Imas yang sempat diwawancarai stasiun televisi setempat mengatakan melalui kesenian berupa penampilan tari tarian diharapkan akan dapat menarik wisatawan dari Belgia untuk datang ke Indonesia.
Menurut Imas, tarian merupakan tradisi yang diturunkan oleh leluhur, dan perlu dilestarikan.
"Kalau tidak ada yang melestarikan, siapa lagi? Sayang kalau sampai punah," ujarya.
Demo membatik
Selain menampilkan tim kesenian, dalam pameran tersebut juga ditampilkan demo membatik yang mendapat banyak perhatian dari pengunjung.
Mis Asi dari Museum Tekstil selama pameran berlangsung selain mendemokan cara membatik, juga memberikan praktek membatik bagi pngunjung yang ingin menjajalnya.
Sementara itu, Hamiyah Panama yang datang bersama suami Dominique Bodart dari Namur yang berjarak 60 kilometer dari Brusel, mengatakan, penyelenggaraan kesenian Indonesia dalam pameran itu sangat menarik dalam upaya memperkenalkan budaya Indonesia.
Tarian yang ditampilkan juga beragam, seperti Tari Muli Betangkai dari Lampung, Tari Piring dari Padang, dan juga Mambo Simbo dari Irian dan Tari Gong Mandaw dari Kalimantan, jadi tidak hanya Bali yang selalu ditampilkan, selain demo membatik.
"Acara itu lebih menarik lagi dengan adanya interaksi dengan pengunjung yang ingin mengetahui dan belajar cara membatik. Jangan sampai kita belajar membatik belajar dari negara lain," ujar Miya yang sejak setahun lalu hijrah ke Belgia dari Inggeris.
Menurut Miya, demikian Hamiyah Panama disapa rekannya, adanya keterliatan dari pengunjung untuk belajar membatik merupakan suatu hal yang sangat menarik, apalagi hasil karya membatik bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Pameran itu secara resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Amerika Eropa Departemen Luar Negeri, Retno L.P Marsudi, dan Minister-President dari Pemerintah Flemish-Belgia, Kris Peeters.
Koordinator Fungsi Sosial KBRI Brussel, PLE Priatna, mengatakan, pameran pariwisata terbesar itu menampilkan produk industri wisata yang khusus memfokuskan Asia.
Dikatakannya, pameran wisata yang mengusung Indonesia sebagai negara pendamping itu diseleggarakan Belasia, bertepatan dengan peringatan 60 tahun dibukanya hubungan diplomatik Indonesia-Belgia.
KBRI Brussels bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menampilkan pameran industri ekonomi kreatif berupa kerajinan tangan, batik, tenunan serta kerajinan perak dan tas dari kulit buaya yang dibudidayakan oleh Ekanindya Karsa.
Edith Ratna Soerjosoejarso dari Dekranas mengatakan kerajinan Indonesia merupakan salah satu komoditi yang tidak akan pernah kena resesi.
Untuk itu diharapkannya Pemerintah memberikan perhatian pada industri barang barang kerajinan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan akhirnya mendatangkan devisa bagi negara.
Kesenian dan barang kerajinan merupakan dua hal yang dapat menunjang promosi wisata Indonesia, sebagai bagian dari diplomasi budaya "kita" di luar negeri, kata Edith Ratna Soerjosoejarso. (U-ZG)
(T.H-ZG/B/H-KWR/H-KWR) 24-02-2009 20:08:01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar