Minggu, 28 Mei 2017

VATIKAN

KBRI VATIKAN GELAR DIALOG ANTAR AGAMA
     Oleh Zeynita Gibbons

  London, 25/5 (Antara) - KBRI Vatikan mengelar seminar sekaligus dialog antaragama dengan tema "Managing Religious Plurality in Indonesia during the Reform Era" dalam rangka mempromosikan nilai-nilai keberagaman dan berbagai pengalaman Indonesia.
       Sekretaris Tiga Pensosbud KBRI Vatikan Wanry Wabang kepada Antara London, Kamis, menjelaskan, acara bertempat di Aula Komunitas Sant Egidio, Roma, Italia, Rabu (24/5).
        Hadir dalam acara yang dibuka Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan A Agus Sriyono, Dubes RI di Italia Esti Andayani, anggota korps diplomatik, media massa setempat serta perwakilan organisasi kemasyarakatan di Italia lainnya.
        Bertindak sebagai pembicara Direktur Wahid Institute Yenny Wahid, Dr Abdul Mu'ti dari PP Muhammadiyah dan aktivis asal Maluku yang tengah melanjutkan studinya di Roma, Hj Johana Irma Betaubun.
        Dubes Agus Sriyono menyampaikan tujuan seminar sebagai forum bertukar pandangan dan memperluas perspektif  pengalaman Indonesia berkontribusi kepada pengelolaan keberagaman agama dalam konteks internasional.
        Apalagi dalam keadaan dunia masa kini intoleransi dan tensi hubungan antaragama kian meningkat.
        Sementara itu Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Vatikan, Kardinal Jean-Louis Tauran mengatakan, berdasarkan pengalamannya berkunjung ke Indonesia awal tahun 2000-an, Indonesia merupakan negara yang cinta damai meskipun masyarakatnya datang dari latar belakang yang berbeda.
        Selain itu, Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar dan inspirasi negara untuk hidup dalam damai dan harmoni.    
   Sejalan dengan Kardinal Tauran, Presiden Komunitas Sant Egidio, Prof Marco Impagliazzo menambahkan  melihat perkembangan dunia saat ini, sepertinya sudah semakin sulit untuk mencari solusi mengatasi ketegangan yang muncul akibat perbedaan agama.
        Namun demikian, agama justru dapat memainkan peran yang sangat penting untuk meredam tensi yang kerap muncul.     
   Indonesia cukup dikenal terutama terkait dengan kebebasan beragama karena dijamin peraturan pemerintah. Untuk itu, dasar negara Pancasila harus dipertahankan.
        Dalam sesi diskusi, Yenny Wahid menyebutkan, dalam mengelola keberagaman agama, Indonesia memiliki tantangan sekaligus solusi untuk meredam konflik antaragama, yakni Pancasila sebagai dasar negara yang menyatukan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan TLC (tolerance, leadership, constitution).
        Abdul Mu'ti mengemukakan, terdapat lima hal yang dapat memainkan peran vital dalam keberagaman agama, yakni penerimaan, saling menghargai, kebebasan menjalankan ritual agama, keadilan yang dijamin oleh pemerintah dan membangun pemahaman antaragama melalui dialog.
         Aktivis dari Maluku, Hj Yohana yang langsung mengalami konflik Ambon tahun 1998 membagikan pengalamannya bahwa konflik antaragama dapat diselesaikan dengan beberapa pendekatan, antara lain, pertama melalui peran perempuan.
         Setelah sesi diskusi, seminar diakhiri dengan kesimpulan disampaikan  Perwakilan Komunitas Sant Egidio, Valeria Martano yang menekankan saat ini adalah saat yang tepat bagi semua pihak untuk bekerjasama mencari solusi bagi persoalan intoleransi agama.
         Indonesia memiliki tantangannya sendiri dan apa yang terjadi di Indonesia memiliki konsekuensi yang dapat dirasakan di seluruh dunia. ***4***

(T.H-ZG/C/S. Muryono/S. Muryono) 25-05-2017 23:02:41



Tidak ada komentar: