Sabtu, 29 Mei 2010

FASHION INDONESIA SEMARAKKAN MISI KESENIAN

FASHION INDONESIA SEMARAKKAN MISI KESENIAN

Tver, Rusia 29/5 (ANTARA) - Misi kesenian Indonesia di luar negeri makin marak dengan bergabungnya dunia mode khususnya para desainer dan peragawati Indonesia dalam berbagai festival kebudayaan Indonesia di berbagai negara.

Wakil Ketua Yayasan Sulam Indonesia Kuntari Sapta Nirwandar yang mengkoordinasi para desainer Indonesia dalam Festival Budaya Indonesia di Moskow, Rusia, kepada koresponden Antara London, Sabtu, mengatakan, dunia mode tidak lepas dari kebudayaan dan kesenian Indonesia.

Dikatakannya, dalam Festival Budaya Indonesia Culture yang digelar di tiga kota di Rusia yaitu Moskow, Tver dan St Petersburg, Yayasan Sulam Indonesia mengajak tiga desainer untuk meramaikan festival yang berlangsung dari tanggal 24 hingga 31 Mei mendatang.

Dalam Festival Budaya Indonesia di Kota Tver selain menampilkan pertunjukan kesenian berupa tari tarian juga digelar peragaan busana karya desainer terkemuka Indonesia seperti Stephanus Hamy yang menampilkan sulam tapis dari daerah Lampung di Sumatera.

Desainer Didi Budiarjo mengangkat tema Pilgrimage yang diinspirasikan oleh Ballet Russes pimpinan Diaghilev dan desainer Leon Bakst, dan Matryoschka dan Babouschka, dengan memakai aneka kain tenun Indonesia.

Selain itu juga digelar peragaan busana rancangan Tuti Cholid yang merupakan persembahan dari Yayasan Sulam Indonesia didukung peragawati dari Indonesia Nien Indriyati dan Laurensia Muljadi serta beberapa peragawati dari Moskow.

Kelompok Musik "Indonesia Ethnic Ansamble" dengan art director Dwiki Darmawan mengiringi para penari dan peragawati di atas pentas serta mempersembahkan ansamble musik etnik yang menjadi pertunjukan yang menarik.

Menurut Kuntari Sapta Munandar, misi kesenian yang digabungkan dengan peragaan busana Indonesia sudah mulai beberapa tahun belakangan.

Awalnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mengajak para desainer ikut memperagakan rancangannya di Madrid dan Kazhastan tahun 2008 yang mendapat dukungan dari Yayasan Mutu Manikam.

Namun terus berkembang dan kemudian misi kesenian Indonesia yang menggelar tari tarian dan musik tradisional serta peragaan busana yang diiringi alat musik Sasando di Markas PBB dan Washington serta Toronto yang mendapat sambutan.

Menurut Kuntari Sapta Munandar, dalam setiap rancangannya para desainer Indonesia selalu memperkenalkan budaya Indonesia berupa kain batik dan tenun dan sudah didisain.

Jadi bukan sekedar busana tradisional yang dipakai dengan menggunakan kebaya, tetapi sudah berkembang menjadi busana "ready to wear". Busana batik Indonesia mulai dimodifikasi dengan dipadukan dengan jaket dan juga bahan-bahan Indonesia.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata selalu membantu para pengrajin dan juga menjadi Industri kreatif yang perlu digalakkan demi bangsa Indonesia agar tidak bisa bersaing dengan negara lain.

Industri kreatif Indonesia yang dapat dibanggakan karena manusia Indonesia sangat kreatif dan daya cipta orang Indonesia sangat tinggi kreatifitasnya, ujarnya.

Untuk memicu industri kecil bisa terangkat dan dari daerah daerah memperkenalkan produk lokal dengan mudah menembus ke pasar dunia, melalui desain-desain kain tenun.

Menurut istri Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, pada tahun 2009 di Wesminter Hall di London digelar kolaborasi perancang busana dengan Yayasan Mutumanikam.

Pada saat itu salah satu direktur Harrdos yang hadir tertarik dengan fhasion show Hami dan minta lagi untuk bisa masuk ke Harrods, London.

Awal tahun 2010 dengan dibentuk Yayasan sulam berkolaborasi dengan para desainer mengelar penampilan di Tokyo.

Mau tidak hanya produk kreatif berbasis budaya akan didukung oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata seperti kain tenun, atau batik, berbasis budaya untuk diperkenalkan ke dunia internasional, ujarnya.

Sementara itu, Didi Budiardjo mengakui dunia fashion mulai bergabung dengan misi kesenian sebenarnya sudah ada sejak tahun 1980-an dengan pelopor Iwan Tirta, Prajudi dan sempat terhenti karena krisis moneter dan juga pengiriman perlu biaya besar karena tidak hanya desainer tetapi juga ada peragawati
Sejak dua tahun lalu kembali mulai marak dengan kegiatan misi misi kesenian yang dilakukan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata serta berbagai yayasan, contohnya pada bulan Februari lalu desainer Didi B dan Thomas Sigar yang mengikuti acara "colour of Indonesia" di Tokyo.

Menurut Didi Budiarjo, dengan dimasukannya peragaan busana dalam satu acara kebudayaan merupakan suatu kesempatan para desainer untuk mempromosikan kain kain nusantara.

Kaya akan khasana kain nusantara tetapi kurang promosi mungkin ada yang tahu motif kain hanya saja orang luar negeri kurang mengetahui dari Indonesia
Banyak desainer internasional mengangkat kain kain tradisional seperti di Milan Etro memakai batik pesisir dan juga Gucci yang mengangkat kain tenun ikat
Secara eksplisit kain batik motif parang namanya Dries Van Noten dari Belgia.

Sekarang di Indonesia marak mengangkat kain nusantara mulai batik, tenun, ikat dan juga sulaman Indonesia.

Menurut Didi, untuk "fhasion show" di Rusia persiapkan secara khsusu dengan pendekatan secara budaya antara Indonesia untuk memperingati Hubungan Diplomatik Indonesia Rusia ada baiknya dibuat buana dengan inspirasi Rusia dengan rasa Indonesia.

Kali ini banyak memakai tenun Flores, Sumba dan songket Palembang dan Bali, yang bertema Pilgrimage, artinya pengembaraan secara virtual tentang inspirasi busana Indonesia Rusia, demikian Didi Budiarjo.

(U.H-ZG)

(T.H-ZG/B/A041/A041) 29-05-2010 10:48:20

Tidak ada komentar: