Membedah Kearifan Rusia di MPV
Selasa, 18 Mei 2010 05:32 WIB | Hiburan | Buku/Novel | Dibaca 531 kali
London (ANTARA News) - Setelah sukses dengan buku pertamanya Vodka, Cinta, dan Bunga (VCB), M. Aji Surya kembali berbagi kisah penuh makna di Rusia dengan menyajikan buku keduanya Moskow-Petersburg-Vladivostock (MPV).
Karya sang diplomat berbakat ini merupakan buku kedua dari Tetralogi Rusia yang ia mimpikan sejak lama.
Bisa dibilang, buku MPV sebagai lanjutan dari buku VCB dengan bidikan yang berbeda, yaitu tentang wanita, salju hingga Islam di Rusia.
Ketiga hal itu menjadi poros dalam berbagai kisah penuh kejutan, makna dan kearifan yang diulas oleh penulis dengan bahasa yang renyah, menyegarkan, penuh inspirasi, juga mencerahkan.
Demikian benang merah peluncuran buku MPV di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Taman Ismail Marzuki baru baru ini.
Selain dihadiri oleh Rektor IKJ, tampil jadi pembahas dua wartawan senior, Trias Kuncahyono dari Kompas yang memberikan apresiasi pada penulis, Mikhail Tsyganov , wartawan Kantor Berita Rusia di Jakarta serta Bahtiar Effendy, seorang pengamat politik.
Menurut Kuncahyono, disela-sela kesibukannya sebagai diplomat Indonesia di Rusia, Aji Surya masih mampu menulis buku berdasarkan pengalamanya menjelajah Rusia dari pusat ibukotanya (Moskow), kota diujung barat (Petersburg) hingga kota diujung timur Rusia (Vladivostok).
"Ia tidak melewatkan apa yang dialaminya untuk dibagi bersama. Sesuatu yang masih jarang ada. Padahal saya tahu pekerjaannya tidak sedikit," ujarnya.
Buku setebal 300 halaman ini oleh Musisi-Komposer Dwiki Dharmawan, pemberian prolog, disebutnya melukiskan "Rusia, beyond our imagination".
M. Aji Surya menyuguhkan hal yang berbeda kepada pembaca atas Rusia. Torehan tangannya mengisahkan berbagai kearifan Rusia, atau wisdom of Russia.
Kearifan yang mungkin tidak pernah terbayangkan, karena banyak pembaca belum melihat Rusia dari dekat. Selama ini sebagian orang Indonesia kadang masih terkungkung persepsi yang tidak selamanya benar tentang Rusia yang komunis, atheis, dan anti Tuhan.
Padahal, di dalamnya terdapat gegap gempita keberagamaan dan kearifan yang mungkin tidak kita miliki, ujar Dwiki Dharmawan.
Menurut penulis, sajian dalam buku MPV diharapkan dapat memantik pembaca agar memiliki kesadaran baru bahwa apa yang selama ini disangkakan atas Rusia, bisa jadi realitanya lain. Ini sebuah anti-tesis bahwa Rusia hanya berisi hal-hal yang negatif, ujarnya.
Padahal baik dan buruk ada pada siapa dan apa saja. Tergantung dari mana melihatnya.
"Pelajaran bagi kita semua bahwa manusia harus melihat sesuatu secara obyektif dan berbaik sangka kepada siapapun," tegas M. Aji Surya.
Poligami
Salah satu bab yang sangat menarik adalah Demografi dan Proposal Poligami. Di bab ini M. Aji Surya menyajikan hal yang cukup mengagetkan.
Mengapa? Karena adanya "ulah" salah seorang politisi Rusia, Vladimir Zhirinovsky, dari Partai Demokrasi Liberal Rusia (LDPR) yang mengajukan usulan poligami sebagai alternatif solusi bagi masalah demografi di Rusia.
Rupanya Rusia saat ini sedang dilanda turunnya jumlah penduduk dan "problema lajang" akibat perbandingan pria-wanita tak imbang; 1 pria banding 5 wanita.
Seperti dikutip oleh kantor berita RIA Novosti, Zhirinvosky mengatakan di Rusia 30 persen bayi terlahir di luar nikah.
Jika seorang pria mendapatkan hak untuk mendaftarkan pernikahanya dengan wanita kedua yang telah melahirkan, tanpa bercerai dengan istri pertamanya, dengan alasan karena pria tersebut menghormati istri pertamanya dan tidak ingin rumah tangganya runtuh, maka kami akan turut bertanggung jawab atas keluarga istri kedua.
Ketua LDPR mengatakan di wilayah-wilayaah Muslim Rusia, secara de facto "skema abu-abu" poligami itu riil ada, dan kurang lebih penduduk disana menganutnya dengan loyal. "Kita harus melegalisasikan status hubungan perkawinan ini," kata Zhirinovsky.
Maksud dari Ketua LDPR itu tidak lain adalah untuk meningkatkan angka kelahiran di negara ini. Secara khusus, ia mengusulkan untuk memberikan premi (bonus) sebesar 100 ribu rubel (sekitar $3,3 ribu) kepada para wanita atas kelahiran anak pertama.
Saat ini negara telah memberikan anggaran 300 ribu rubel ($10ribu) untuk kelahiran anak kedua. "Mari kita realisasikan premi 100 ribu rubel atas kelahiran anak pertama. Saya yakin dengan begitu sebagian wanita yang semula ingin melakukan aborsi akan membatalkan niatnya dan lebih memilih melahirkan bayinya," kata politisi Zhirinovsky.
Tak kalah menarik adalah bab "Mengaca Kejujuran pada Spion Angkot". Di bagian ini pembaca disuguhi kisah nyata menyegarkan tentang kearifan orang Rusia, Bagaimana tidak, di dalam angkot, kejujuran eksis dan bukan sekedar angan-angan.
Di Moskow, angkot tak perlu kernet yang mengambil ongkos penumpang. Seorang penumpang secara sukarela menjadi "kernet" dadakan dan penumpang lain membayarkannya ke "kernet" tersebut untuk kemudian diberikan ke sopir. Tak ada yang ngemplang ongkos angkot dan uang kembalian tak kurang. Adakah di Indonesia?
Berbagai kearifan orang Rusia lainnya bisa kita temukan dalam bab Gembok Cinta Tahan Banting, Asyiknya Masuk Sekolah Dasar, Az Buki Vedi, Variasi Tingkat Kesabaran, Mengejar Peresmian Masjid, Angkat Topi pada Embahnya Profesor serta berbagai topik mencerahkan lainnya.
Prof. Dr. Bahtiar Effendy menggarisbawahi bahwa Rusia saat ini memang tengah mengalami perkembangan pesat dan memiliki potensi menjadi negeri adi daya lagi. Karenanya, kerjasama dengan Rusia harus dibangun sedini mungkin.
"Dengan membaca buku ini, tanpa harus tinggal berlama-lama di Rusia, pembaca dapat memperoleh banyak hal yang dahulu dianggap musykil," demikian Prof Dr Bahtiar Efendy. (ZG/K004)
COPYRIGHT © 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar