Minggu, 30 Mei 2010

SRI SULTAN AJAK PELAJAR TERUSKAN PERJUANGAN BANGSA

SRI SULTAN AJAK PELAJAR TERUSKAN PERJUANGAN BANGSA

St Petersburg, Rusia, 31/5 (ANTARA) - Gubernur Daerah Istimewa Yogjakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengharapkan para pelajar yang ada di luar negeri dapat meneruskan perjuangan bangsa dengan meraih ilmu yang bermanfaat serta lulus dengan predikat terbaik.

Hal itu disampaikan Sri Sultan Hemengku Buwono X kepada Firdian Mahyuzar, mahasiswa Indonesia yang merangkap sebagai penyiar Radio PPI Dunia usai acara Festival Budaya Indonesia yang digelar di gedung pertunjukkan Baltiskiy Dom St Petersburg, Minggu malam.

Sri Sultan mempunyai harapan bagaimana Radio PPI Dunia bisa mewarnai tidak hanya komunikasi tetapi juga menyatukan ide dan solidaritas antarbangsa.

"Sebagai anak bangsa, putra Indonesia tidah hanya dituntut untuk mampu mempelajari ilmu pengertahuan dan teknologi, tetapi juga harus merebut itu," katanya.

Dengan cara itu, lanjut dia, bangsa Indonesia senantiasa punya daya saing dalam konteks global.

Kepada para mahasiswa, baik yang mendapatkan beasiswa maupun ikatan dinas atau dengan biaya sendiri di luar negeri, Sri Sultan mengharapkan bisa membangun kebersamaan di negara manapun melakukan tugas belajar.

"Kewajiban para pelajar adalah memberikan sumbangan kepada bangsa nantinya, karena bangsa yang punya daya saing yang bisa konpetitif dan kualitatif," ucapnya.

Untuk itu Sri Sultan mengajak para pelajar di dunia untuk belajar dengan baik dan sukses dalam menyelesaikan pendidikannya.

Firdian Mahyuzar kepada koresponden ANTARA London mengatakan, merupakan kesempatan yang sangat berharga dapat mewawancarai Sri Sultan yang tengah mengadakan kunjungan ke St Petersburg.

"Apalagi beliau adalah orang yang sangat dihormati dan bijaksana," ujar Firdian yang tengah menempuh pendidikan di Akademi Kedokteran Mechnikov St Petersburg untuk tahun ketiga.

Ia menyebutkan bahwa hal itu merupakan suatu pengalaman pertama selama ia menempuh bidang penyiar untuk mewawancarai orang terkenal seperti Sri Sultan, termasuk juga Dwiki Dharmawan serta Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Khusus Yogjakarta Djoko Dwijanto.

Apalagi penyelenggaraan Festival Budaya Indonesia yang diadakan di St Petersburg ini merupakan balasan dari kunjungan misi budaya Rusia ke Indonesia khususnya Yogjakarta dalam memperingati 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia-Rusia.
Menurut Firdian, hasil wawancaranya dengan tokoh tersebut akan disiarkan melalui Radio PPI Dunia yang baru terbentuk tahun lalu oleh anggota PPI dalam simposium internasional PPI se-dunia yang diadakan di Den Haag tahun lalu.

Sementara itu mantan Ketua Persatuan Mahasiawa di Rusia (Permira) Cabang St Petersburg Dennis Ardianto yang menjadi ketua delegasi ke Den Haag, mengatakan, Radio PPI Dunia bertujuan untuk memperat hubungan di antara para pelajar Indonesia di seluruh dunia, selain menjadi ajang komunikasi dan infomasi yang sangat bermanfaat bagi para pelajar.
Dikatakannya, Radio PPI Dunia bukan hanya berisi "pemuas kangen" dengan tanah air atau lagu-lagu Indonesia saja, tetapi juga media edukasi yang sangat baik, karena di situ pemuda yang studi di luar negeri dengan latar belakang berbeda, bisa memberikan informasi mengenai bidang studi tempat mereka belajar.

Radio tersebut sampai saat ini makin berkembang dan makin banyak pendengar. Begitu juga bidang yang dibahas radio semakin luas, tidak hanya permintaan lagu-lagu tetapi ada juga diskusi.

Dennis Ardianto adalah mahasiswa kedokteran tingkat tiga di St Petersburg State Pediatric Medical Academy, Russia. Selepas SMA tahun 2006, ia langsung melangkahkan kaki mengambil pendidikan di St Petersburg yang cukup jauh dari kota kelahirannya, Bandung, Jawa Barat.

Mantan Ketua Permira Cabang St Petersburg mengatakan bahwa mahasiswa Indonesia yang belajar di St Petersburg sebanyak 16 orang, yang tujuh di antaranya mengambil studi kedokteran.

Sebagian dari mereka mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Rusia, namun ada juga yang dibiayai oleh orang tuanya sendiri, seperti halnya Dennis.

Menurut putra ke dua pasangan Yusuf Chandra dan Chaterine Pudjiarti itu, alasan belajar di Rusia karena negeri beruang putih begitu dikenal dalam bidang teknik dan kedokteran.

Selain itu, kuliah di Rusia untuk bidang kedokteran jauh lebih murah ketimbang di Indonesia, ucapnya.

Permira tercatat melakukan kegiatan rutin berupa pertemuan setiap bulan, selain untuk bersilaturahmi juga tukar pendapat dan mengadakan jalan-jalan bersama guna mengobati rasa kangen terhadap tanah air.

Permira sering pendapat pertanyaan dari rekan-rekan di tanah air yang ingin mengetahui mengenai pendidikan di Rusia. Untuk itu Permita menerbitkan buku saku tentang nama-nama mahasiswa yang ada di Rusia, yang bisa dihubungi dari Indonesia.

Meliat sejarah bahwa hubungan Indonesia-Rusia yang begitu baik, banyak mahasiswa Indonesia yang dikirim ke Rusia di zaman Soekarno, namun pengiriman mahasiswa sempet terhenti pada rezim Orde Baru.

Memasuki tahun 2000, mahasiswa Indonesia yang mencari ilmu di Rusia mulai tercatat marak lagi. Tidak hanya Indonesia, Vietnam dan China yang juga mengirimkan pelajarnya ke Rusia.

Mahasiswa asing yang memilih bidan kedokteran di Rusia, terbanyak berasal dari Malaysia dan India.

Melalui perayaan 60 tahun hubungan Indonesia-Rusia, diharapkan dapat membawa dampak positif terutama dalam menggiatkan kembali pendidikan mahasiswa Indonesia di negara lain, khususnya Rusia. (U-ZG).

(T.H-ZG/B/P004/P004) 31-05-2010 09:32:30

Tidak ada komentar: