KJRI
HAMBURG GELAR PROMOSI BATIK
London, 4/6 (ANTARA) - KJRI Hamburg untuk keempat
kalinya menggelar promosi batik yang dikemas selama dua jam dalam
bentuk presentasi, demo dan peragaan busana bekerjasama dengan
"International Women's Club Hamburg (IWCH)" di Hamburg.
Presentasi batik dilakukan Ibu Annegrett Haake, wanita
berkebangsaan Jerman berusia 80 tahun, pecinta dan ahli batik Jawa
kuno, demikian keterangan KJRI Hamburg yang diterima ANTARA London,
Selasa.
Promosi batik dihadiri sekitar 60 orang terdiri dari
pengurus dan anggota IWCH, spouse dari sejumlah perwakilan asing di
Hamburg, Ketua Friends of Indonesia / DIG Hamburg serta pengurus DWP
Hamburg.
President IWCH, Mrs. Kim Riedel menyampaikan apresiasi
kepada KJRI Hamburg yang untuk kedua kalinya mengundang IWCH dalam
kegiatan promosi budaya guna lebih mengenal Indonesia secara dekat.
Diharapkannya KJRI Hamburg sebagai mitra dari organisasi
yang dipimpinnya mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dapat
semakin ditingkatkan dalam waktu kedepan.
Konjen RI Hamburg, Marina Estella Anwar Bey mengatakan
kegiatan bertujuan untuk lebih memperkenalkan ¿Batik¿ sebagai salah
satu warisan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional.
Disampaikan sejak mendapatkan pengakuan sebagai
Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari
UNESCO, Oktober 2009, batik semakin bergaung di dalam dan di luar
negeri, dan berbagai upaya dilakukan KJRI Hamburg agar lebih
menduniakan batik .
Dalam presentasinya, Ibu Haake menjelaskan mengenai
batik secara menyeluruh, mulai dari asal kata batik, cara membuat
batik dan makna dari setiap gambar batik yang erat terkait dengan
kehidupan masyarakat Jawa sehari-hari, mulai dari rakyat biasa sampai
kerajaan.
Dijelaskan untuk membuat sehelai kain batik, khususnya
batik tulis diperlukan waktu yang cukup lama dan juga membutuh
ketekunan dan kesabaran. Ia juga menyayangkan cara membuat batik
dengan menggunakan cap.
Namun sangat disayangkan saat ini banyak beredar motif
batik yang dilakukan dengan mesin/printing yang kebanyakan di
produksi di Cina dan Malaysia dan kemudian di ekspor ke Indonesia.
Secara tegas Ibu Haake menyampaikan bahwa disain batik
yang dilakukan secara printing tidak dapat dikatakan sebagai batik
yang sebenarnya.
Produk printing sama seperti produk tekstil lain yang
dijual di Eropa. Dalam akhir presentasinya, Ibu Haake menekankan
ketetapan UNESCO bahwa batik adalah milik Indonesia, warisan berharga
dari leluhur Indonesia.
Acara berlangsung suasana santai, seluruh tamu mengikuti
secara seksama presentasi yang disampaikan, terutama pada saat
melakukan praktek (workshop) pembuatan batik.
Dengan antusias mencermati setiap tahapan yang harus
dilakukan untuk menghasilkan corak batik yang diinginkan sambil
menikmati jajanan pasar kuliner Indonesia.
Dalam acara itu juga ditampilkan peragaan busana
anak-anak yang bertujuan memperkenalkan kepada hadirin batik tidak
hanya untuk orang dewasa, tetapi juga dipakai mulai dari usia balita.
Selain itu, para undangan diperlihatkan kain batik
koleksi Ibu Haake yang dipajang di beberapa sudut ruangan dan
mendapat doorprize untuk yang dapat menebak pertanyaan seputar batik.
Seluruh undangan yang hadir menyampaikan kekagumannya
atas keindahan corak dan kualitas batik Indonesia dan sangat
mengapresiasi kegiatan KJRI yang dinilai telah menambah pengetahuan
mengenai budaya Indonesia.
***3***
(T.H-ZG/B/M.
Yusuf/M. Yusuf) 04-06-2013 05:48:39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar