Jumat, 07 Juni 2013

NORWEGIA




NORWEGIA AKUI KEMAJUAN INDONESIA KURANGI EMISI CO2

Oleh Zeynita Gibbons
Oslo, 6/6 (Antara) - Norwegia mengakui kemajuan yang dicapai Indonesia dalam mengurangi emisi karbondioksida (C02) melalui Satuan Tugas Persiapan Kelembagaan Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Satgas REDD+)
"Kita harus hati-hati memanfaatkan dana bantuan yang diberikan Pemerintah Norwegia dalam melaksanakan tugas mengurangi emisi dalam kerangka REDD+ tersebut," ujar Ketua Satgas REDD+ Kuntoro Mangkusubroto kepada Antara London di Oslo, Kamis.

Kuntoro melakukan kunjungan kerja ke Oslo Norwegia dari 3 hingga 5 Juni 2013.

Kehadiran Satgas REED+ yang diketuai Kuntoro Mangkusubroto yang juga menjabat sebagai Ketua Unit kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) di Norwegia itu dalam rangka menyampaikan kemajuan yang dicapai Indonesia dalam program yang didanai Pemerintah Norwegia .

Kuntoro mengakui pembentukan Badan untuk memantau dan memonitor REDD+ ini agak lambat atau lebih lama dari yang direncanakan. Namun, demikian program Satgas untuk menangani REDD+ ini cukup berhasil dengan adanya moratorium, strategi nasional, program satu peta, menyiapkan badan untuk verifikasi pengurangan karbon, membentuk lembaga keuangan untuk REDD+ serta proyek percontohan di Kalimantan Tengah.

Menurut Kuntoro, saat ini, Satgas yang dipimpinnya sudah merampungkan pemetaan area hutan di wilyah Indonesia dalam satu map.
"Dengan satu peta area hutan akan mudah dilakukan pengawasan di lapangan sehingga tidak ada lagi perbedaan peta kehutanan karena berdasarkan pemetaan pihak-pihak atau instansi yang berbeda-beda," ujarnya.
REDD merupakan upaya pengurangan emisi gas karbon dengan cara mencegah kerusakan hutan. Melalui REDD, Norwegia akan menyalurkan satu miliar dolar AS. Karena itu diperlukan lembaga pengelolanya.

Satuan Tugas REDD+ yang dipimpin Kuntoro Mangkusubroto dibentuk untuk menindaklanjuti kerjasama Indonesia-Norwegia dalam bidang kehutanan, dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Mei 2010 lalu dengan konsesi bahwa Norwegia berkomitmen untuk memberikan dana hibah sebesar satu miliar dolar AS atau sekitar Rp9,4 triliun.
Tahap pertama kucuran dana sebesar 30 juta dolar AS diberikan untuk persiapan, kemudian tahap kedua sebesar 170 juta dolar AS setelah terbentuk badan. Begitu badan terbentuk maka akan ada program-program yang lebih permanen sifatnya.

Sedangkan tahap ketiga adalah 800 juta Dolar AS, akan dibayar sesuai kemajuan program yang dilakukan Indonesia dalam mengurangi emisi.

Selama di Oslo, delegasi Indonesia bertemu dengan anggota komite Parlemen Energi dan Lingkungan yang dipimpin Nikolai Astrup dari Partai Konservatif, pertemuan dengan tim kerja NICFI Kementerian Lingkungan Hidup Norwegia dan perwakilan dari Komite Parlemen Luar Negeri dan Masalah Pertahanan.

Selain itu satgas juga bertemu dangan Menteri Lingkungan Hidup - Bard Vegar Solhjell.

Sebelumnya mantan Kepala Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias itu mengadakan pertemuan dengan akademisi dan lembaga terkait lingkungan dan pengembangan masyarakat serta Lembaga swadaya masyarakat seperti Rainforest Foundation Norway, WWF dan Greenpeace yang diadakan di kantor Norad-Badan Kerjasama Pembangunan Norwegia di Oslo.

Dalam itu Kuntoro memaparkan kemajuan yang dicapai pemerintah Indonesia khususnya dalam program REDD+ kepada para peserta yang terdiri dari aktivis lingkungan dari Greenpeace. Akademisi dan pemerhati kehutanan mengakui keberhasilan yang dilakukan Kuntoro dalam melaksanakan program REDD + tersebut termasuk perpanjangan moratorium hutan di Indonesia.

Selama di Oslo, Kuntoro didampingi antara lain oleh Counsellor KBRI Oslo S Sayoga Kadarisman dan Indonesian Deputi Satu Pengawasan Insiatif Perubahan Iklim dan Pembangunan berkelanjutan, Heru Prasetyo dan Seretaris Pertama KBRI Oslo Hartyo Harkomoyo.***4***
(T.ZG)
(T.H-ZG/B/A. Salim/A. Salim) 06-06-2013 18:42:53


Tidak ada komentar: