KJRI HAMBURG DUKUNG
PAGELARAN WAYANG KULIT
Oleh Zeynita
Gibbons
London, 18/6
(Antara) - KJRI Hamburg mendukung kegiatan pagelaran dan pameran
wayang kulit yang diadakan bekerja sama dengan Kontraste
Galerierestaurant, Biergarten & Hotel di Neumünster, Jerman,
kata Pelaksana Fungsi Sosbud Andi D. Yudyachandra.
Keindahan dan
keunikan tradisi budaya Indonesia, termasuk wayang kulit menarik
minat sebagian masyarakat di Jerman Utara terbukti saat digelarnya
sebanyak 60 wayang kulit koleksi Dieter Seifert di Neumünster,
Jerman, katanya kepada Antara London, Selasa.
Dieter
Seifert, mantan guru di sekolah Nienborstel, mengakui bahwa ia
memiliki koleksi wayang sebanyak 850 wayang dari Indonesia dan
sekitar dan sebanyak 120 wayang di pajang di kediamannya.
Dalam acara
pembukaan pameran yang dihadiri sekitar 50 masyarakat Kota
Neumünster, pemilik hotel Kontraste Galerierestaurant Rainer Kuck,
menyampaikan ucapan terima kasih kepada KJRI Hamburg yang mendukung
pelaksanaan promosi wayang kulit yang dikemas dalam bentuk
"Indonesischen Abend (malam Indonesia)".
Dikatakannya,
inisiatif pelaksanaan kegiatan tersebut datang setelah ia membaca
berita tentang keunikan wayang kulit di media Kieler Nachrichten Nr.
108 yang diterbitkan pada Mei.
KJRI Hamburg yang
diwakili Pelaksana Fungsi Sosbud Andi D.Yudyachandra menyampaikan
apresiasi kepada penyelenggara atas inisiatifnya melaksanakan
kegiatan pameran dan presentasi wayang kulit.
Dikatakannya
bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk kontribusi positif dalam
memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat di Jerman, khususnya di
kota Neumünster dan sekitarnya.
Andi
D.Yudyachandra menyampaikan kebanggaannya karena terdapat warga
Jerman yang cinta dan sangat memahami akan seni wayang Indonesia.
Ia mengatakan
bahwa di Indonesia terdapat beragam jenis wayang dari beberapa daerah
yang masing-masing memiliki keindahan dan keunikan tersendiri.
Sementara itu,
Dieter Seifert dalam presentasinya menjelaskan mengenai wayang kulit
yang ditetapkan Badan PBB , UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia
tahun 2003.
Dikatakannya wayang
pertama kali dikenal di Jawa dan Bali sejak 1.000 tahun lalu sebelum
masuknya agama Hindu ke Indonesia, disayangkan tidak ada berita
secara tertulis tentang wayang pada saat itu.
Menurut Dieter
Seifert, cerita tentang wayang, cara membuat dan teknik bermain pada
mulanya disampaikan secara tutun-temurun. Seiring dengan perkembangan
waktu, wayang kulit mendapat sentuhan filosofi Hindu dan Islam,
ujarnya.
"Cerita
perwayangan disampaikan dalang dengan menggunakan bahasa Jawa kuno
diiringi gamelan berlangsung selama sembilan jam, dari matahari
terbenam hingga matahari terbit," ujarnya serta menambahkan
biasanya cerita pewayangan mengangkat tema konflik antara yang baik
diwakili Pandawa dan Kurawa mewakili yang jahat.
Dikatakannya
seorang dalang harus memiliki keahlian khusus dan prima karena
dituntut untuk mampu berbicara dengan suara yang berbeda sesuai
dengan karakter yang dimainkan.
Menurut Dieter
Seifert, satu set wayang terdiri dari 130 - 180 karakter berasal dari
etos Ramayana dan Mahabrata.
Dieter Seifert
mengakui rasa cintanya terhadap wayang, bermula pada saat kunjungan
pertama ke Bali dan dilanjutkan ke Yogyakarta.
Selain wayang dari
Indonesia, ia juga memiliki berbagai jenis wayang yang berasal dari
negara lain seperti Malaysia, India, Turki dan China.
Presentasi
diakhiri dengan permainan singkat wayang kulit oleh Maharsih,
pendalang binaan KJRI Hamburg yang mendapat sambutan meriah dari para
tamu. ***4***
(T.H-ZG/B/Farochah/Farochah)
18-06-2013 10:49:46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar