ARSITEK: PENATAAN
KAWASAN KUMUH PERLU INTUISI
Oleh Zeynita
Gibbons
London, 11/6
(Antara) - Arsitek terkemuka Ridwan Kamil mengatakan, dalam mengatasi
persoalan penataan kawasan perkampungan kumuh, selain memperhatikan
faktor kebijakan seorang pemimpin, juga perlu menggunakan intuisi
ketika mengambil tindakan.
Hal tersebut
diungkapkan arsitek yang karya-karyanya tersebar di dunia dalam
bincang-bincang interaktif "Dinner Talk" secara online yang
digelar oleh Pusat Kajian PPI Prancis.
Ketua Pusat
Kajian PPI Prancis Hari Solagratia Sinuhaji kepada Antara London,
Selasa, mengatakan bahwa diskusi bulanan ini mengangkat topik "Solusi
Kreatif dan Inovatif Perencanaan Kota Modern untuk Mengatasi
Permasalahan Permukiman Kumuh di Wilayah Perkotaan".
Selain Ridwan
Kamil yang berada di Bandung, hadir Toha Saleh kandidat doktor Urban
System Engineering yang berada di kota Compiegne, Prancis.
Acara
berdurasi dua jam yang berjalan hangat ini dipandu Dewa Frendika
kandidat master manajemen pembangunan kota Universite de Bretagne
Occidentale, Brest, Prancis.
Toha Soleh
menjelaskan bahwa kehadiran permukiman kumuh menjadi masalah klasik
kota-kota besar yang harus diselesaikan, bukan hanya oleh Pemerintah,
melainkan juga dari masyarakat itu sendiri.
Selain faktor
perpindahan masyarakat dari desa ke kota, kata dia, juga karena
terjadi pemusatan ekonomi di kota menjadi pemicu besar terjadinya
urbanisasi sehingga menjadikan kota bak gula-gula ekonomi yang
menawarkan kehidupan yang lebih baik.
Sementara itu,
Ridwan Kamil mengatakan bahwa permasalahan tumbuhnya permukiman kumuh
juga disebabkan oleh ketidakmampuan Pemerintah untuk mengatur dan
menyediakan perumahan bagi masyarakat miskin. Akibatnya, pasokan
penyediaan perumahan didominasi oleh swasta dengan harga yang relatif
tinggi.
"India,
Bangladesh, dan Indonesia tercatat sebagai tiga negara yang memiliki
kawasan permukiman terkumuh terbesar di Asia. Di Indonesia, fenomena
urbanisasi semakin menjadi-jadi sejak awal 2000-an," kata Toha.
Ia lantas
memaparkan sejumlah permasalahan inti yang terjadi di daerah kumuh,
antara lain, banjir, tidak ada ruang bermain (public space), serta
pembuangan sampah sembarangan, terutama di sungai, contohnya dibisa
dilihat di Waduk Pluit (Jakarta) dan Dayeuh Kolot (Bandung).
Dosen Fakultas
Teknik Lingkungan Universitas Indonesia itu mengatakan bahwa solusi
yang selama ini sering kali ditawarkan untuk mengatasi masalah
permukiman kumuh adalah membangun dan memindahkannya ke rumah susun.
"Namun,
relokasi ini menimbulkan permasalahan juga seperti transportasi
terkait dengan jarak rumah susun yang jauh dari pusat ekonomi (tempat
bekerja), edukasi (sekolah), keengganan warga untuk berpindah karena
faktor kenyamanan, hingga premanisme," katanya.
Senada dengan
Toha, Ridwan Kamil menegaskan bahwa solusi penataan permukiman kumuh
harus dilakukan secara bertahap. Solusi jangka pendek yang dapat
dilakukan adalah dengan menerapkan konsep membangun tanpa menggusur.
"Konsep
ini mengedepankan solusi perbaikan lingkungan, pemberdayaan ekonomi
lokal, dan sosial-budaya masyarakat," kata Dosen Arsitektur ITB
ini.
Hal-hal
konkret yang dapat dilakukan, menurut dia, yakni penyediaan ruang
terbuka hijau dan ruang kreatif, membangun sumur resapan untuk
meminimalisasi dampak banjir, serta penyediaan fasilitas pelayanan
publik.
Untuk jangka
panjang, dengan melakukan transformasi kepadatan dan desain bangunan,
kata urban planner jebolan California University, USA.
Menurut Toha,
penyelesaian permukiman kumuh membutuhkan kerja sama yang baik
antarpihak. Selain upaya perbaikan, upaya untuk mencegah tumbuhnya
permukiman-permukiman kumuh juga perlu menjadi bahan pertimbangan
utama.
Solusi yang muncul
adalah menghambat laju urbanisasi melalui pemerataan pembangunan dan
penegakan aturan hukum yang tegas bagi masyarakat yang melanggar
aturan rencana tata ruang.
Di akhir
"Dinner Talk", Ridwan Kamil menekankan bahwa menata
katong-kantong perumahan kumuh itu memerlukan sinergi semua pihak.
"Masyarakat
didorong untuk kreatif, berdaya, dan mandiri secara ekonomi,"
ujar arsitek yang karya-karyanya tersebar di dunia, seperti Museum
Tsunami di Aceh, sekolah antigempa di Pangalengan Bandung, kawasan
elite di Kuningan Jakarta, superblok di Cina, rancangan kawasan di
Syria, rancangan Masjid Al-Irsyad yang mendapat Top 5 Best Building
of The Year 2010 oleh ArchDaily dan menjadi satu dari 25 masjid
terindah di dunia versi Complex Magazine.
***4***
D.Dj. Kliwantoro
(T.H-ZG/B/D.
Kliwantoro/D. Kliwantoro) 11-06-2013 10:33:28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar