KBRI:
MASYARAKAT NORWEGIA KAGUMI TARIAN ANAK INDONESIA
Ooleh Zeynita Gibbons
Hamar, Norwegia, 3/6 (ANTARA) - Tari Merak yang
ditarikan Yunisa Anggi dan Cynthia Muljono dari kelompok tari Anak
Indonesia binaan KBRI Oslo asuhan Ossy Riviani Ivarson berhasil
mempesona sekitar 2.000 masyarakat Norwegia.
Penampilan anak-anak pada Festival Anak Internasional
"Stoppested Verden (SVF)" itu diadakan di Kota Hamar,
Norwegia, pada Sabtu (1/6) dan Minggu (2/6), kata Ossy Ivarson kepada
Antara London.
"Kami bangga bisa mempersembahkan kesenian
Indonesia dalam festival anak Stoppested Verden yang digelar untuk ke
enam kalinya, ujar Ossy Ivarson," katanya usai menampilkan
tarian yang mendapat sambutan dari masyarakat Norwegia memenuhi
komplek museum kereta api di kota wisata Hamar, sekitar 120 km di
utara Oslo, Norwegia.
Dikatakannya, suatu kehormatan bagi anak anak dari
kelompok tari Anak Indonesia yang juga menampilkan Tari Yapong yang
dibawakan Bianca Putri Kadarisman, Rahmatina Kostofani, dan Nuraisyah
Muhadin kepada masyarakat Norwegia dalam acara festival yang diikuti
berbagai negara di dunia, ujar Ossy Riviani Ivarson yang juga
menampilkan Tari Renggong Manis.
Sementara itu, Koordinator Festival Andreas Roseth
mengatakan kehadiran kelompok kesenian Indonesia di festival
Stoppested Verden yang merupakan festival anak internasional terbesar
di Norwegia mempunyai arti penting. "Indonesia sejak awal sudah
berpartisipasi dalam acara festival anak Internasional," ujar
Andreas menambahkan kesenian Indonesia terutama tari tariannya
sangat memukau dan disukai oleh masyarakat.
Dikatakannya, tujuan digelarnya festival untuk keenam
kalinya adalah membangun arena bagi anak anak melalui konser,
workshop, kegiatan, pertunjukan dan pameran yang difokus pada
pengetahuan dan pemahaman tentang keragaman multikultural bagi anak
anak seluruh dunia.
"Melalui program ini kami berusaha memotivasi dan
memicu minat anak anak dan pemahaman tentang nilai-nilai dalam banyak
budaya dunia yang beragam," ujarnya menambahkan bahwa festival
yang terletak di taman milik Railway Museum Norwegia dan kereta antik
yang mengangkut anak-anak dan keluarga yang lelah melakukan berbagai
kegiatan yang digelar berbagai negara.
Sementara itu, Dubes RI di Oslo Esti Andayani mengatakan
bahwa partisipasi KBRI dalam festival ini merupakan cara paling
efektif mengenalkan Indonesia di mancanegara, terlebih lagi
diplomasi budaya yang ditujukan kepada anak-anak.
Hal ini merupakan salah satu diplomasi budaya yang
sangat berarti di tengah upaya gencar Pemerintah Norwegia memajukan
integrasi dalam masyarakatnya, ujarnya menambahkan meskipun festival
ditujukan untuk anak anak, namun pastinya anak tidak datang sendiri
mereka didampingi oleh kedua orang tua dan bahkan nenek dan kakek.
Dalam festival ini, KBRI Oslo menawarkan berbagai
aktivitas anak-anak, antara lain workshop, batik jumputan, mini
gamelan, dan berbagai permainan tradisional seperti congklak, gasing,
dan permainan yoyo yang menarik perhatian anak anak dari berbagai
bangsa.
Dalam festival yang diadakan panitia SVF bekerja sama
dengan Musium Kereta Api di Hamar, Hamar Kommune dan berbagai
institusi dan kelompok masyakarat di Norwegia, KBRI Oslo berupaya
melancarkan diplomasi melalui anak-anak, katanya.
Selain itu, Stand Indonesia juga menampilkan workshop
gamelan yang diikuti anak-anak Norwegia dan memperkenalkan kuliner
berupa sate ayam lengkap dengan angkring sate untuk membakar sate
ayam yang sangat digemari dan bahkan rela antri dan menunggu sate
dipanggang.
Sebanyak 1000 tusuk sate ayam yang disediakan oleh Wisma
Duta dan rempeyek kacang dalam upaya memperkenalkan kuliner Indonesia
kepada masyarakat di Norwegia.
Workshop batik jumputan juga menjadi salah satu favorit
anak-anak yang membuat batik jumputan dengan menggunakan teknologi
yang berbeda dari batik yang merupakan salah satu warisan budaya
bangsa Indonesia dengan mengunakan kain putih yang ikat kelereng dan
dicelup dalam berbagai warna.
Festival Anak kali ini diramaikan oleh aneka kegiatan
dan penampilan budaya dari berbagai institusi dan kelompok masyarakat
di Norwegia, yang mewakili 38 kebudayaan dunia, termasuk dari
Indonesia yang diwakili oleh KBRI Oslo.
Sementara itu, Ketua Panitia Festival Mocci Ryen
mengatakan festival kali ini berbeda dengan festival lain pada
umumnya karena konsep tidak hanya membuat orang datang, namun
berupaya membuat konsep pengunjung berkelana ke suatu negara dan
menjelajahi negara melalui para artis, aktivitas dan tradisi negara
tersebut.
"Kami berbeda dari festival lain dan Stoppested
Verden tempat berkumpul yang bagus bagi masyarakat," ujarnya
menambahkan bahwa mereka lebih memilih bersekolah di festival school
daripada belajar secara formal, belajar melalui pengalaman. Yang
kedua adalah dengan salah satu sekolah di Hamar, kini 60 muridnya
kini menjadi sukarelawan di festival ini.
Tujuan utaman digelarnya Festival Stoppested Verden bagi
anak-anak dan remaja, itu untuk mengubah sikap dan pandangan dan
membangun kepercayaan, keingintahuan, dan keterbukaan terhadap budaya
baru dan orang-orang dari negara dan budaya lain. "Dengan
budaya, diharapkan 'xenofobia' dan rasisme dapat dicegah,"
katanya.
Festival ini menyajikan budaya dari berbagai belahan
dunia dan bangsa, yang memberikan pengetahuan dan pemahaman akan
keragaman budaya dunia. Melalui konser, workshop, aktivitas,
pertunjukan dan eksebisi, festival ini berfokus untuk membangun
jembatan antar budaya dan menjadi suatu tempat berkumpul bagi orang
dari berbagai budaya berbeda.
Beberapa peserta, antara lain berasal dari Afghanistan,
Australia, Brasil, Bulgaria, Burma, Burundi, Kolombia, Ethiopia,
Philipina , Italia, India, Irak, Iran, Kurdistan, Latvia, Maroko,
Meksiko, Nepal, Palestina, Persia, Polandia, Rumania, Serbia,
Somalia, Sudan , Swedia, Thailand, Uganda, Vietnam, dan Norwegia
sendiri. ***4***
(T.H-ZG/B/Farochah/Farochah)
03-06-2013 11:26:49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar