Kamis, 15 Oktober 2009

Penyair WS Rendra Berdarah Rusia

Penyair WS Rendra Berdarah Rusia

Kamis, 15 Oktober 2009 04:28 WIB | Hiburan | Seni/Teater/Budaya | Dibaca 993 kali
Penyair WS Rendra Berdarah Rusia
WS Rendra (1935 - 2009) (ANTARA)
London (ANTARA News) - Rahasia hubungan Rendra dan Rusia terkuak dalam "Malam Mengenang Rendra" digelar masyarakat Rusia pecinta Indonesia tergabung Masyarakat Nusantara dan Lembaga Persahabatan Indonesia-Rusia di Pusat Perpustakaan Ketimuran yang berseberangan dengan Kremlin, Moskow.

Malam Mengenang Rendra diisi dengan pembacaan pusi-puisinya dihadiri mahasiswa jurusan Indonesia dari berbagai perguruan tinggi di ibukota Rusia, ujar Cousellor KBRI Moskow M. Aji Surya kepada koresponden Antara London, Kamis.

Dikatakannya mahasiswa dan dosen serta pecinta Indonesia membaca sajak karya WS Rendra dengan gaya masing-masing diantaranya membacakan terjemahannya dalam bahasa Rusia.

Menurut Aji Surya, aliran puisi Rendra yang dibawakan tanpa teks di malam musim gugur tersebut terasa menggigit dalam ruangan berarsitektur Italia yang seolah di Indonesia.

"Saya tidak kenal pribadi dengan Rendra, tapi saya mengaguminya," ujar dosen Institut Hubungan Internsional Moskow Savchenkov Sergei, dalam bahasa Indonesianya yang fasih.

Sementara itu Professor Vilen V. Sikorsky yang sempat bertemu dengan Rendra mengatakan "Si Burung Merak" mengagendakan akan berkunjung ke Moskow dan St. Petersburg pada musim gugur tahun ini.

"Ia ingin memperkenalkan Ken Zuraeda, dengan Rusia yang selama ini selalu dikenangnya," kata Prof Vilen yang sempat berjumpa Rendra untuk terakhirnya beberapa bulan lalu.

Professor Villen mengisahkan kunjungan Rendra ke Rusia yang disebut Uni Soviet pertama kalinya untuk mengikuti Festival Pemuda dan Mahasiswa.

Pada masa itu, Rendra berumur 21 tahun, namanya sudah berkibar berkat buku sajaknya berjudul "Balada Orang-Orang Tercinta" yang mendapat penghargaan tingkat nasional.

Rendra menulis penderitaan masyarakat akibat gejolak revolusi kemerdekaan. "Itulah sebabnya, pimpinan Lekra memasukkan sang pujangga dalam rombongan Festival Pemuda dan Mahasiswa digelar di Moskow tahun 1957," ujar Villen.

Menurut Villen, Rendra saat itu merasa asing di tengah rombongan yang terdiri dari politisi muda, dan merasa frustasi karena tidak berpengalaman dalam urusan politik.

Selama festival, Rendra sering melarikan diri dari asrama tempat tinggal rombongan Indonesia dan lebih senang mengelilingi kota Moskow yang digambarkan dalam sajaknya "Sretenki Boulevard", "Sajak Sepatu Tua", "Sungai Moskwa" dan "Gereja Ostankino".

Dalam sajak "Sebuah Restoran, Moskwa" Rendra bercerita tentang vodka, kaviar dan wanita muda.

Menurut Villen, Rendra mengaku dalam dirinya mengalir darah Rusia. Neneknya adalah keturunan Rusia, atau setidaknya berasal dari kerajaan di Rusia.

Dikatakannya, pada akhir abad ke-19, sebuah orkes keliling dari Rusia diundang ke istana Kasunanan di Surakarta. Dalam rombongan tersebut terdapat gadis pemain biola yang dipersunting kakek Rendra dan kemudian mengabdi pada raja.

Gadis cantik itu tidak pernah kembali ke kampung halamannya dan lebih suka tinggal di tanah Jawa. "Sebagian kerusiaan sang nenek tetap berdomisili di benak Rendra yang selalu bergolak mencari keadilan demi kesentosaan orang biasa," ujar Villen.

Sementara itu, Cousellor M. Aji Surya mewakili Dubes RI Moskow, mengatakan bagi masyarakat Indonesia, WS Rendra bagaikan pujangga Alexander Pushkin di Rusia.

Keduanya menyuarakan kebenaran, tidak takut dipenjara, serta tidak partisan. "Dua-duanya dicintai dan disegani semua unsur masyarakat, baik kawan maupun lawan," katanya.

Pada malam itu Dosen Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Lioubov Goriaeva, dengan suara lantang membacarakan "Sajak Rajawali".(*)

Tidak ada komentar: