WARGA INDONESIA DI NUMBERG RAYAKAN HARI BATIK
London, 3/10 (ANTARA) - Masyarakat Indonesia yang berdomisili di Kota Nurnberg, Jerman, ikut merayakan dikukuhkannya batik Indonesia sebagai warisan dunia oleh Badan PBB Unesco, Jumat (2/10).
Spanduk yang bertuliskan "Herzlichen Glueckwunsch BATIK zur Anerkennung am 2.10.2009 als indonesisches Welt-Kulturerbe von der UNESCO" (Selamat atas dikukuhkannya Batik Indonesia sebagai warisan dunia oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 diarak di sepanjang pusat kota.
Warga Indonesia di Nurnberg, Miranti Hirschmann kepada koresponden Antara London, Sabtu, mengatakan, sekitar 60 warga sebelum berpawai keliling kota tua mengheningkan cipta sejenak untuk mendoakan kerabat dan mereka yang menderita akibat gempa bumi yang meluluhlantakkan Sumatra Barat.
Dikatakannya, warga Indonesia yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa serta mereka yang menetap di Kota Nurnberg dan juga anak anak berkumpul di depan Gereja Lorenz Kirche di kawasan kota tua Nurnberg, Jerman.
Cuaca dingin musim gugur menerpa tidak menyurutkan mereka untuk saling memotret dengan latar belakang bangunan bergaya abad pertengahan dan berupaya baju batik dengan beraneka pola dan corak tampak dari balik jaket.
Kegiatan dilanjutkan dengan berpawai ke tiga titik utama kawasan kota tua dengan membawa spanduk yang menarik perhatian warga yang lalu lalang di pusat kota tua Nurnberg.
Biasanya Jumat sore kawasan tersebut selalu padat dengan aktivitas akhir pekan, ujar Miranti Hirschmann, yang bersuamikan warga Jerman.
Anak anak, juga mengenakan batik, membagikan pembatas buku yang berisi informasi mengenai batik pada orang orang yang dilewati pawai tersebut.
"Kami tidak ingin ketinggalan untuk memperkenalkan batik pada warga Jerman. Sekarang batik merupakan warisan dunia, maka tugas kitalah untuk memperkenalkan batik," ujar Dwi Anoraga Ningrum, penggagas acara tersebut.
Apalagi, ujar Ningrum, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganjurkan untuk mengenakan Batik pada 2 Oktober yang berkenaan dengan peresmian pengakuan UNESCO.
Walau acara itu tergolong spontan dan dipersiapkan kurang dari lima hari, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin turut mendukung acara tersebut.
Yani Prem, perempuan asal Bali yang menetap selama delapan tahun di Kota Erlangen, rela menempuh perjalanan 20 kilometer untuk ikut dalam acara yang digelar di Nurnberg beserta anak dan rekan-rekannya.
"Saya senang bisa ikut dalam aksi ini. Dari tadi banyak orang Jerman bertanya pada saya mengenai acara ini dan hubungan dengan kostum yang kami kenakan," ujarnya bangga.
Yoga Tranggono, pendukung acara dari Ikatan Kekeluargaan Franken yang menggunakan t-shirt bermotif batik, menyatakan kebanggaannya atas batik yang dikukuhkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
Karyawan Alcatel Lucent ini mengatakan, letak Nurnberg jauh dari KJRI dan KBRI, sehingga sulit untuk dapat selalu ikut acara 17 Agustusan yang sarat dengan acara yang mempererat nasionalisme.
"Aksi kita ini bisa kita lakukan secara mandiri namun tetap mempertebal rasa cinta pada Tanah Air," katanya.
Berbagai bentuk batik, dari taplak meja yang darurat digunakan sebagai spanduk, kerudung, hingga scarf motif batik yang dikalungkan di luar jaket guna mengusir dingin, digunakan dalam aksi ini.
Pokoknya pola batiknya harus tampak, walaupun dipadukan dengan asesoris yang kurang lazim sebagai padanan batik sepatu boot, jaket kulit bahkan kaus "turtle neck".
"Sayang belum ada jaket atau 'sweater' motif batik yang cocok dengan musim dingin," kata Levi Hoffmeister, yang menggenakan batik motif Cirebon tertutup erat jaket musim gugurnya.
Menurut Miranti Hirschmann, batik mulai dikenal kalangan penggemar mode di Eropa, sejumlah butik fashion menawarkan produk mereka dengan lebel "batik". ***5***
(U.H-ZG/B/A041)
(T.H-ZG/B/A041/A041) 03-10-2009 11:08:34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar