DUBES
DJOKO: PROSES REFORMASI TERGANTUNG MOMENTUM
London, 28/4 (Antara) - Dubes RI untuk Swiss Djoko Susilo mengatakan
keberhasilan suatu proses reformasi militer dan demokratisasi sangat
tergantung dari pemanfaatan momentum secara optimal.
Dubes mengatakan hal itu ketika berbicara di depan peserta
International Security Forum (ISF) yang bertemakan "Facing a
World of Transitions" yang diadakan di Jenewa selama dua hari,
demikian Councellor Fungsi Politik KBRI Bern Renata Siagian, kepada
Antara London, Minggu.
Renata
Siagian mengatakan panel menyoroti proses reformasi militer yang
terjadi di Indonesia, Mesir, dan Myanmar. Forum itu dihadiri lebih
dari 700 peserta dari unsur pemerintah, akademisi, maupun masyarakat
madani dari berbagai belahan dunia.
Dalam konferensi yang disponsori Departemen Luar Negeri Swiss, Dubes
Djoko mengatakan momentum reformasi militer dan demokratisasi
tersebut harus diikuti proses penyempurnaan sistem baru yang
terbentuk serta edukasi kepada generasi penerus untuk menjamin
kesinambungannya.
Hanya
dengan itu proses reformasi militer tidak akan mengalami kemunduran,
ujarnya di hadapan forum diskusi keamanan terbesar yang diadakan dua
tahunan.
Dubes Djoko Susilo merupakan pembicara dalam panel Security Sector
Reform (SSR) and Democratisation disponsori Geneva Centre for the
Democratic Control of Armed Forces (DCAF) bersama dengan Dr. Omar
Ashour dari University of Exeter Inggris dan Dr. Tin Maung Maung Than
dari Institute of Southeast Asian Studies Singapura.
Sementara itu Dr. Ashour menyampaikan proses reformasi di Mesir
termasuk persamaan dan perbedaannya dengan Indonesia, Sedangkan Dr.
Than menggambarkan proses reformasi militer yang terjadi di Myanmar
saat ini.
Dikatakannya para pemimpin militer di Myanmar saat ini adalah mereka
yang bertumbuh dalam lingkungan masyarakat dan pemerintah sosialis,
namun tidak terlibat dalam revolusi.
Hal ini merupakan perbedaan yang cukup mendasar dalam proses
pengambilan keputusan, ujarnya.
Melalui ISF kali ini diharapkan para pemangku kepentingan di bidang
keamanan (domestik maupun internasional) berkesempatan untuk
mendiskusikan berbagai masalah dan isu keamanan penting dalam
lingkungan dan suasana yang terbuka yang pada akhirnya diharapkan
dapat mengarah pada tercapainya pendekatan bersama untuk menciptakan
proses transisi yang lebih aman dan memberikan kepastian di berbagai
belahan dunia saat ini.
Keterlibatan pembicara Indonesia dalam forum keamanan bergengsi di
Swiss ini dimungkinkan karena kerja sama erat KBRI dengan berbagai
think tank yang juga menjadi penyelenggara forum - antara lain DCAF
dan CSS, demikian Renata Siagian. (ZG)
(T.H-ZG/B/F.
Assegaf/F. Assegaf) 28-04-2013 12:32:21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar