Rabu, 08 Mei 2013

DUBES DJOKO

DUBES DJOKO: PROSES REFORMASI TERGANTUNG MOMENTUM

London, 28/4 (Antara) - Dubes RI untuk Swiss Djoko Susilo mengatakan keberhasilan suatu proses reformasi militer dan demokratisasi sangat tergantung dari pemanfaatan momentum secara optimal.

Dubes mengatakan hal itu ketika berbicara di depan peserta International Security Forum (ISF) yang bertemakan "Facing a World of Transitions" yang diadakan di Jenewa selama dua hari, demikian Councellor Fungsi Politik KBRI Bern Renata Siagian, kepada Antara London, Minggu.
Renata Siagian mengatakan panel menyoroti proses reformasi militer yang terjadi di Indonesia, Mesir, dan Myanmar. Forum itu dihadiri lebih dari 700 peserta dari unsur pemerintah, akademisi, maupun masyarakat madani dari berbagai belahan dunia.

Dalam konferensi yang disponsori Departemen Luar Negeri Swiss, Dubes Djoko mengatakan momentum reformasi militer dan demokratisasi tersebut harus diikuti proses penyempurnaan sistem baru yang terbentuk serta edukasi kepada generasi penerus untuk menjamin kesinambungannya.
Hanya dengan itu proses reformasi militer tidak akan mengalami kemunduran, ujarnya di hadapan forum diskusi keamanan terbesar yang diadakan dua tahunan.

Dubes Djoko Susilo merupakan pembicara dalam panel Security Sector Reform (SSR) and Democratisation disponsori Geneva Centre for the Democratic Control of Armed Forces (DCAF) bersama dengan Dr. Omar Ashour dari University of Exeter Inggris dan Dr. Tin Maung Maung Than dari Institute of Southeast Asian Studies Singapura.

Sementara itu Dr. Ashour menyampaikan proses reformasi di Mesir termasuk persamaan dan perbedaannya dengan Indonesia, Sedangkan Dr. Than menggambarkan proses reformasi militer yang terjadi di Myanmar saat ini.

Dikatakannya para pemimpin militer di Myanmar saat ini adalah mereka yang bertumbuh dalam lingkungan masyarakat dan pemerintah sosialis, namun tidak terlibat dalam revolusi.

Hal ini merupakan perbedaan yang cukup mendasar dalam proses pengambilan keputusan, ujarnya.

Melalui ISF kali ini diharapkan para pemangku kepentingan di bidang keamanan (domestik maupun internasional) berkesempatan untuk mendiskusikan berbagai masalah dan isu keamanan penting dalam lingkungan dan suasana yang terbuka yang pada akhirnya diharapkan dapat mengarah pada tercapainya pendekatan bersama untuk menciptakan proses transisi yang lebih aman dan memberikan kepastian di berbagai belahan dunia saat ini.

Keterlibatan pembicara Indonesia dalam forum keamanan bergengsi di Swiss ini dimungkinkan karena kerja sama erat KBRI dengan berbagai think tank yang juga menjadi penyelenggara forum - antara lain DCAF dan CSS, demikian Renata Siagian. (ZG)
(T.H-ZG/B/F. Assegaf/F. Assegaf) 28-04-2013 12:32:21

Tidak ada komentar: