PROYEK
TENAGA AIR DAYA TARIK PEMBANGUNAN EKONOMI
London, 1/5 (Antara) - Proyek Hydropower (tenaga air) di Indonesia
secara politik dan ekonomi berdampak positif terhadap pembangunan di
wilayah Indonesia bagian timur.
Hal itu disampaikan Wakil Dubes KBRI Berlin Siswo Pramono pada
peringatan Sarasehan ke-50 yang diselenggaran di Rumah Budaya KBRI
Berlin, Selasa, demikian Staf Pensosbut KBRI Berlin, Juviano Riberio,
kepada ANTARA London, Rabu.
Sarasehan ke-50 menampilkan Siswo Pramono, sebagai pembicara tunggal
dengan topik "The Geopolitics of Hydropower in Indonesia`s
Context" yang dihadiri sekitar 100 undangan dari berbagai
kalangan seperti Friedrich-Ebert-Stiftung, akademisi, pelajar dan
mahasiswa , Friends of Indonesia.
Sementara itu, Dubes RI untuk Republik Federal Jerman Eddy Pratomo
menilai, forum Sarasehan sebagai salah satu instrumen diplomasi
"people-to-people" dapat mengimplementasikan kemitraan
komprehensif sesuai Deklarasi Jakarta yang ditandatangani di Jakarta
pada bulan Juli 2012.
Dubes Eddy berpendapat, sikap saling pengertian dan keinginan
mempelajari satu sama lain dari kedua bangsa dapat mempertahankan
jalinan persahabatan secara berkesinambungan dan lebih kokoh.
Sementara itu, Siswo Pramono dalam paparannya menjelaskan tentang
peta geopolitik dari tenaga air dalam konteks perkembangan Indonesia
dan dinamika geopolitik di Asia Timur. Hal yang menjaid pembicaraan
antara lain tentang bagaimana Indonesia mempersiapkan diri dalam
transisi menuju ke masyarakat industri.
Mengantisipasi meningkatnya industrialisasi yang akan berdampak
terhadap meningkatnya kebutuhan energy dan konsekuensinya terhadap
rasa ketidak pastian atas pasokan yang mencukupi.
Dalam konteks itulah Siswo Pramono menekankan posisi Indonesia yang
menduduki peringkat ke-15 dari perekonomian dunia berusaha mengurangi
perbedaan sosial ekonomi antara provinsi di Indonesia dan bagaimana
mengatasi perbedaan tersebut dengan mengunakan kebijakan ekonomi
terencana, misalnya dengan strategi Master Plan untuk Percepatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Siswo Pramono menjelaskan, proyek pembangkit listrik tenaga air dan
investasi infrastruktur lainya dapat dirancang untuk mengembangkan
"Energy-Mix" dan juga ekonomi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan di provinsi Indonesia bagian timur khususnya di Papua.
"Sekarang tinggal bagaimana negara mengelola dan memanfaatkanya
sebagai daya tarik untuk pembangunan ekonomi. Proyek-Proyek tenaga
air di Papua apabila berhasil dibangun maka bisa memenuhi kebutuhan
listrik untuk jangka waktu 50 tahun ke depan," ujarnya.
Potensi hydropower di Papua sangat besar dan cukup menjanjikan,
misalnya pemanfaatan Sungai Mamberamo sampai ke Danau Sentani.
Sebagai contoh, proyek hydropower di sungai Mamberano, yang merupakan
sungai terbesar di Indonesia dengan panjang 670 km, terletak di
sebelah selatan pegunungan Foja, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Di Papua terdapat sekitar 52 sungai dengan potensi maksimal sebesar
22.131,6 MW (Megawatt) atau energi sebesar 135.036,8 GWH.
Sungai Mamberamo secara administratif melewati tiga kawasan
kecamatan, yakni Mamberamo Hulu, Tengah, dan Hilir. Di bagian hulunya
terdapat dua sungai utama yaitu Sungai Tariku dan Sungai Taritu yang
bergabung menjadi Sungai Mamberamo dan kemudian secara spektakuler
mengalir ke utara memotong Pegunungan Foja, hingga mencapai pantai
utara Papua.
Pada sisi bagian timur ke arah hilir, terdapat danau yang sangat luas
yaitu Danau Rombebai yang berukuran sedikit lebih kecil dari Danau
Paniai atau Danau Sentani yang merupakan danau-danau besar di Papua.
Meskipun demikian, pembangunan proyek Hidropower di Mamberamo dinilai
harus tetap dikelola secara hati-hati dan perlunya sosialisasi kepada
masyarakat setempat untuk menjaga alam dan lingkungannya.
Dalam
hal ini pemerintah harus tegas untuk mengawasi lingkungan sekitar
Sungai Mamberamo agar tetap terjaga dan tidak terusik dengan
aktifitas penebangan yang akan menghancurkan potensi alam di sana.
Siswo Pramono yakin proyek hydropower ini dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat setempat karena ada korelasi yang salaing
membutuhkan. Dimana kebutuhan masyarakat akan listrik terpenuhi, dan
untuk memenuhi kebutuhan listrik diperlukan air/sungai. Untuk
mendapatkan air, perlindungan hutan adalah hal yang mutlak harus
dijaga secara bersama.
Pada
akhir paparannya, Dr. Siswo Pramono, sebelumnya mengadakan
penelitian mengenai hydropower yang di Papua, menegaskan meskipun
proyek hydropower adalah proyek padat modal, memiliki nilai
investasi awal yang besar dan memakan waktu lama, namun memiliki
nilai ekonomis yang tinggi.
Para undangan yang hadir dalam Sarasehan ke-50 ini juga dihibur
dengan musik Talempong, tari Pasambahan pada acara pembukaan, dan
ditutup dengan tari Piring persembahan dari Kelompok Tari Puspa
Kencana KBRI Berlin. ***3***(ZG)
(T.H-ZG/B/B.S
Butarbutar/B/B.S Butarbutar) 01-05-2013 11:11:26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar