DUBES-MENTERI ENERGI ALJAZAIR BAHAS
MIGAS BARU PERTAMINA
Zeynita Gibbons
London,27/4 (Antara) - Dubes RI untuk
Aljazair, Safira Machrusah melakukan pertemuan dengan Menteri Energi Aljazair,
Salah Khebri sebagai langkah pendekatan memperkuat kerja sama bidang energi
antara Indonesia-Aljazair di kantor Kementerian Energi Aljazair.
Dalam pertemuan itu Dubes melakukan
pembicaraan rencana pembukaan ladang migas baru PT Pertamina di Aljazair dan
menindaklanjuti rencana PT Pertamina membuka sumur migas baru di negara
tersebut, demikian Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Alger, Aljazair, Darmia Dimu
kepada Antara London, Rabu.
Selain itu mengupayakan agar proposal
yang ditawarkan Pertamina dapat diterima Pemerintah Aljazair, dalam hal ini
Alnaft dan Sonatrach sebagai regulator dan mitra usaha bisnis migas di
Aljazair.
Dubes menjelaskan PT Pertamina
merupakan perusahaan migas milik negara, seperti halnya Sonatrach di Aljazair.
Dalam melakukan operasinya, Pertamina mendapat dukungan dari Pemerintah
Indonesia dan pemerintah Aljazair tidak perlu khawatir Pertamina kekurangan
dana dalam melakukan operasinya, "Pemerintah Indonesia siap menjamin
keberlangsungan operasi PT Pertamina di Aljazair," ujarnya.
Dubes didampingi manajer aset
Pertamina Algeria, Geodi Ni'am menjelaskan kebutuhan Indonesia terhadap sumber
daya energi cukup mendesak. Dalam satu hari, setidaknya Indonesia membutuhkan
sekitar 1,7 juta barel, sementara Indonesia hanya bisa memproduksi 830 ribu
barel per hari. Total minyak produksi PT Pertamina di Aljazair sejak 2014
sekitar 21 juta barel untuk Aljazair dan tujuh juta bagi Indonesia.
Dari volume tujuh juta barel tersebut,
hanya mencukupi kebutuhan energi untuk sembilan hari per bulan atau empat
setengah hari per tahun. Sedangkan Presidan RI menginstruksikan meningkatkan produksi dari sebelumnya yang
hanya mencukupi sembilan hari dari konsumsi energi menjadi 30 hari.
Dubes menjajaki kemungkinan
dilakukannya akuisisi blok migas baru melalui negosiasi langsung, mengingat
kebutuhan Indonesia akan sumber daya energi cukup besar dan mendesak.
Menteri Ekonomi Ajazair, Salah Khebri
menyambut baik, dan adanya kesamaan kedua negara yang berpenduduk mayoritas
muslim serta latar belakang sebagai sesama bekas negara jajahan dapat menjadi
pengikat bagi kerja sama yang lebih erat, khususnya di bidang energi.
Menteri Salah memahami pentingnya
eksistensi Pertamina yang melakukan eksplorasi di luar negeri sebagai upaya
memenuhi kebutuhan energi nasional. Untuk itu ia mengapresiasi langkah
Pertamina dan mendukung tercapainya kesepakatan antara Pertamina dengan Alnaft
dan Sonatrach, terutama berkaitan soal pembukaan blok migas baru melalui
negosiasi langsung.
Diharapkannya kesepakatan dengan
Sonatrach dan Alnaft tercapai dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak,
sehingga dampaknya dapat mempererat hubungan baik yang terjalin selama ini. Menteri juga
menambahkan, bahwa Pertamina bisa merencanakan kerjasama dengan Sonatrach di bidang
lain seperti petrokimia dan rafinery.
Saat ini, Sonatrach memiliki tiga proyek dalam kedua bidang tersebut.Pada
pertemuan ini, Geodi Na'im, manajer aset Pertamina menanyakan terkait publikasi
resmi penggantian nama ConocoPhilips menjadi Pertamina dalam journal officiel
sebagaimana tertulis dalam avenant #9. Menteri memastikan proses administrasi
penggantian nama selesai dan dalam waktu
dekat akan dilakukan publikasi resmi.
Dubes juga menyampaikan sikap Aljazair
dalam pertemuan negara-negara anggota OPEC di Qatar yang akan digelar 17 April
mendatang. Menteri Salah melihat situasi
harga minyak dunia yang cukup rendah sekarang ini, pihaknya berencana melakukan
pembekuan produksi (production freezing) minyak selama enam bulan. Upaya ini diharapkan
dapat mengerek harga minyak di pasar dunia. (ZG) ***3***
(T.H-ZG/B/T. Susilo/T. Susilo)
27-04-2016 19:25:32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar