Reyog Ponorogo menggoyang Amsterdam
News ID: 459736
London (ANTARA) - Reyog Ponorogo menggoyang Amsterdam di depan monumen bersejarah De Dam di kota Amsterdam sebelum tiba di lapangan De Dam, seluruh rombongan Reyog Ponorogo melakukan parade dari dekat Stasiun Amsterdam Centraal melalui kawasan Damrak, dan menuju ke Lapangan De Dam.
Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Denhaag, Fery Iswandy kepada Antara London, Selasa menyebutkan
selama parade berlangsung, tabuhan kempul yang diiringi dengan alat musik kenong angklung, kendang, dan tiupan sompret menarik perhatian para turis di sepanjang Damrak.
Orang yang berlalu lalang menyempatkan diri berhenti sejenak dan mengabadikan seniman reyog yang sedang beraksi. Di tengah perjalanan, rombongan berhenti sejenak di depan hotel yang terletak di antara kafe dan restoran.
Penari bujang ganom mulai beraksi dengan diiringi alunan musik reyog. Para pengunjung yang tadinya duduk di dalam, beranjak dari kursi menuju ke luar. Suara riuh yang tercipta mengusik rasa ingin tahu tamu yang berada di dalam hotel dan mereka beramai-ramai mengambil foto dari atas balkon.
Sesampainya di lapangan De Dam, kerumunan turis tanpa komando datang mengerumuni seniman Reyog. “Indonesia!” seru Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja,
Dubes Puja didampingi Bupati Ponorogo, bertanya dengan lantang ke kerumunan massa “Apakah anda tahu Indonesia?” Kemudian Dubes Puja memperkenalkan Kesenian Reyog yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam orasinya, ia juga menyampaikan rasa bangganya sebagai orang Indonesia, negara dengan keanekaragaman etnis, bahasa dan budaya, serta memiliki keindahan alam yang sangat menakjubkan.
Aksi pemain reyog yang terdiri dari penari pria “Warok” dengan kostum hitam, dilanjutkan dengan delapan penari Jathilan dalam balutan baju ksatria berwarna putih, kemudian diikuti tarian dari Bujang Ganom yang mengundang tawa namun energik, ditutup dengan aksi heroik Kelana Sewandana melawan dua barongan mencuri perhatian turis Amsterdam yang berada di lapangan De Dam.
Bahkan seniman lainnya yang setiap harinya mencari nafkah di lapangan De Dam dengan menggunakan kostum unik seperti malaikat pencabut nyawa, menghentikan sejenak pekerjaannya dan ikut beringsut masuk ke dalam kerumunan penonton.
Pertunjukan Reyog Ponorogo di Amsterdam merupakan kerja sama KBRI Den Haag dan Kabupaten Ponorogo. KBRI Den Haag berupaya mempromosikan budaya Indonesia ke lingkup yang lebih luas, tidak hanya untuk orang Belanda namun ke publik dunia.
Amsterdam sebagai ibu kota Belanda setiap tahunnya dikunjungi lebih dari lima juta turis sebanyak 81,6% adalah turis asing dari seluruh penjuru dunia sehingga merupakan tempat yang tepat memperkenalkan secara langsung kebudayaan Indonesia.
Sebelum tampil di Amsterdam, Reyog Ponorogo tampil selama dua hari berturut-turut pada 6-7 September dan berhasil mengguncang kota Den Haag dalam perhelatan internasional Embassy Festival yang diikuti 67 negara.
Reyog Ponorogo juga melaksanakan parade di kota Den Haag. Media Belanda menyebutkan adalah pertama kalinya Reyog Ponorogo tampil live di Belanda.(ZG)
Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Denhaag, Fery Iswandy kepada Antara London, Selasa menyebutkan
selama parade berlangsung, tabuhan kempul yang diiringi dengan alat musik kenong angklung, kendang, dan tiupan sompret menarik perhatian para turis di sepanjang Damrak.
Orang yang berlalu lalang menyempatkan diri berhenti sejenak dan mengabadikan seniman reyog yang sedang beraksi. Di tengah perjalanan, rombongan berhenti sejenak di depan hotel yang terletak di antara kafe dan restoran.
Penari bujang ganom mulai beraksi dengan diiringi alunan musik reyog. Para pengunjung yang tadinya duduk di dalam, beranjak dari kursi menuju ke luar. Suara riuh yang tercipta mengusik rasa ingin tahu tamu yang berada di dalam hotel dan mereka beramai-ramai mengambil foto dari atas balkon.
Sesampainya di lapangan De Dam, kerumunan turis tanpa komando datang mengerumuni seniman Reyog. “Indonesia!” seru Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja,
Dubes Puja didampingi Bupati Ponorogo, bertanya dengan lantang ke kerumunan massa “Apakah anda tahu Indonesia?” Kemudian Dubes Puja memperkenalkan Kesenian Reyog yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur.
Dalam orasinya, ia juga menyampaikan rasa bangganya sebagai orang Indonesia, negara dengan keanekaragaman etnis, bahasa dan budaya, serta memiliki keindahan alam yang sangat menakjubkan.
Aksi pemain reyog yang terdiri dari penari pria “Warok” dengan kostum hitam, dilanjutkan dengan delapan penari Jathilan dalam balutan baju ksatria berwarna putih, kemudian diikuti tarian dari Bujang Ganom yang mengundang tawa namun energik, ditutup dengan aksi heroik Kelana Sewandana melawan dua barongan mencuri perhatian turis Amsterdam yang berada di lapangan De Dam.
Bahkan seniman lainnya yang setiap harinya mencari nafkah di lapangan De Dam dengan menggunakan kostum unik seperti malaikat pencabut nyawa, menghentikan sejenak pekerjaannya dan ikut beringsut masuk ke dalam kerumunan penonton.
Pertunjukan Reyog Ponorogo di Amsterdam merupakan kerja sama KBRI Den Haag dan Kabupaten Ponorogo. KBRI Den Haag berupaya mempromosikan budaya Indonesia ke lingkup yang lebih luas, tidak hanya untuk orang Belanda namun ke publik dunia.
Amsterdam sebagai ibu kota Belanda setiap tahunnya dikunjungi lebih dari lima juta turis sebanyak 81,6% adalah turis asing dari seluruh penjuru dunia sehingga merupakan tempat yang tepat memperkenalkan secara langsung kebudayaan Indonesia.
Sebelum tampil di Amsterdam, Reyog Ponorogo tampil selama dua hari berturut-turut pada 6-7 September dan berhasil mengguncang kota Den Haag dalam perhelatan internasional Embassy Festival yang diikuti 67 negara.
Reyog Ponorogo juga melaksanakan parade di kota Den Haag. Media Belanda menyebutkan adalah pertama kalinya Reyog Ponorogo tampil live di Belanda.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar