Kemampuan Indonesia diakui Sidang Umum IAEA di Wina
News ID: 473940
London (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Mohamad Nasir mengatakan Indonesia terus memperkuat kerja sama teknis dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) guna meningkatkan kontribusi teknologi nuklir untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDG).
Untuk mendukung hal ini, Indonesia memperkuat kemampuan safeguards nuklir dikembangkan IAEA di kawasan Asia-Pasifik, antara lain melalui keketuaan Indonesia pada Asia-Pacific Safeguards Network (APSN), ujar Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Mohamad Nasir dalam Sidang Umum IAEA ke-63 di Wina, Austria, Senin (16/9).
Menristekdikti menyebut saat ini Indonesia memiliki Practical Arrangement dengan IAEA untuk memudahkan kerja sama teknis diantara negara berkembang, dalam berbagai kerangka termasuk Kerja Sama Selatan-Selatan.
Dikatakannya dengan kemampuan teknis nuklir yang makin mumpuni, Indonesia memposisikan diri sebagai negara pemberi bantuan. Sebagai bukti, Indonesia ditunjuk IAEA sebagai Collaborating Centre for Plant Mutation Breeding, menjadi negara kontributor IAEA Peaceful Uses Initiatives, dan menjadi negara penyedia bantuan untuk meningkatkan kapasitas teknis nuklir sejumlah negara dalam kerangka Nuclear Capacity Project yang akan dimulai tahun depan,” ujarnya.
Menteri Nasir juga mempromosikan keunggulan Indonesia lainnya, yaitu di sektor pertanian. Dengan teknologi nuklir, Indonesia berinovasi mengembangkan varietas padi dan kedelai unggul berkontribusi terhadap pencapaian ketahanan pangan nasional.
Inovasi ini mendapat dukungan dari IAEA, dan organisasi internasional terkemuka lainnya yaitu Food and Agricultural Organization (FAO), dan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).
Tidak kalah dengan sektor pertanian, kemajuan Indonesia di sektor kesehatan juga disampaikan Menristek. ‘Saat ini, Indonesia dan IAEA bekerja sama mengembangkan kemampuan kedokteran nuklir nasional, khususnya untuk penanganan penyakit kanker’ ujar Menteri .
Hal lain yang medapat perhatian negara-negara adalah inovasi Indonesia dalam memajukan edukasi nuklir kepada generasi muda, melalui konsep “Internet Reactor Laboratory”. Selama seminggu kedepan, Indonesia memamerkan metode distant learning dimana aktivitas reaktor riset Kartini di Yogyakarta dapat dipantau secara live melalui jaringan internet dari Markas PBB Wina.
Secara khusus Menristekdikti menyampaikan belasungkawa atas nama Pemerintah Indonesia atas mangkatnya Direktur Jenderal IAEA Yukia Amano dua bulan lalu.
Terkait isu Nuklir Iran, Menteri Nasir mengapresiasi performa IAEA yang profesional, imparsial, dan obyektif dalam melakukan verifikasi dan memonitor Iran mengimplementasikan Perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Menristek juga mendesak pihak lainnya yang terlibat untuk menjaga komitmen keutuhan dan kelanjutan JCPOA.
Sementara itu, mengenai isu nuklir Korea Utara, Indonesia menyambut baik komunikasi yang telah dibangun Amerika Serikat dan Korea Utara, serta meminta IAEA untuk selalu siap memainkan peran penting verifikasi, sekiranya tercapai kesepakatan politik diantara negara-negara yang terkait.
Selain Menristekdikti dan jajaran, Delegasi RI pada Sidang Umum IAEA juga diperkuat sejumlah K/L terkait seperi Kemenlu, Kemenkes, BATAN, BAPETEN, KBRI/PTRI Wina dan PT. INUKI.
KBRI/PTRI Wina dalam keterangan pers yang diterima Antara London, Selasa menyebutkan Sidang Umum IAEA merupakan Konferensi tahunan di Markas PBB Wina sejak tahun 1956 yang diselenggarakan bagi negara-nehgara anggota PBB untuk mementukan arah kebijakan IAEA untuk menjamin penggunaan energi dan teknologi nuklir semata-mata untuk tujuan damai.(ZG)
Untuk mendukung hal ini, Indonesia memperkuat kemampuan safeguards nuklir dikembangkan IAEA di kawasan Asia-Pasifik, antara lain melalui keketuaan Indonesia pada Asia-Pacific Safeguards Network (APSN), ujar Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI Mohamad Nasir dalam Sidang Umum IAEA ke-63 di Wina, Austria, Senin (16/9).
Menristekdikti menyebut saat ini Indonesia memiliki Practical Arrangement dengan IAEA untuk memudahkan kerja sama teknis diantara negara berkembang, dalam berbagai kerangka termasuk Kerja Sama Selatan-Selatan.
Dikatakannya dengan kemampuan teknis nuklir yang makin mumpuni, Indonesia memposisikan diri sebagai negara pemberi bantuan. Sebagai bukti, Indonesia ditunjuk IAEA sebagai Collaborating Centre for Plant Mutation Breeding, menjadi negara kontributor IAEA Peaceful Uses Initiatives, dan menjadi negara penyedia bantuan untuk meningkatkan kapasitas teknis nuklir sejumlah negara dalam kerangka Nuclear Capacity Project yang akan dimulai tahun depan,” ujarnya.
Menteri Nasir juga mempromosikan keunggulan Indonesia lainnya, yaitu di sektor pertanian. Dengan teknologi nuklir, Indonesia berinovasi mengembangkan varietas padi dan kedelai unggul berkontribusi terhadap pencapaian ketahanan pangan nasional.
Inovasi ini mendapat dukungan dari IAEA, dan organisasi internasional terkemuka lainnya yaitu Food and Agricultural Organization (FAO), dan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).
Tidak kalah dengan sektor pertanian, kemajuan Indonesia di sektor kesehatan juga disampaikan Menristek. ‘Saat ini, Indonesia dan IAEA bekerja sama mengembangkan kemampuan kedokteran nuklir nasional, khususnya untuk penanganan penyakit kanker’ ujar Menteri .
Hal lain yang medapat perhatian negara-negara adalah inovasi Indonesia dalam memajukan edukasi nuklir kepada generasi muda, melalui konsep “Internet Reactor Laboratory”. Selama seminggu kedepan, Indonesia memamerkan metode distant learning dimana aktivitas reaktor riset Kartini di Yogyakarta dapat dipantau secara live melalui jaringan internet dari Markas PBB Wina.
Secara khusus Menristekdikti menyampaikan belasungkawa atas nama Pemerintah Indonesia atas mangkatnya Direktur Jenderal IAEA Yukia Amano dua bulan lalu.
Terkait isu Nuklir Iran, Menteri Nasir mengapresiasi performa IAEA yang profesional, imparsial, dan obyektif dalam melakukan verifikasi dan memonitor Iran mengimplementasikan Perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Menristek juga mendesak pihak lainnya yang terlibat untuk menjaga komitmen keutuhan dan kelanjutan JCPOA.
Sementara itu, mengenai isu nuklir Korea Utara, Indonesia menyambut baik komunikasi yang telah dibangun Amerika Serikat dan Korea Utara, serta meminta IAEA untuk selalu siap memainkan peran penting verifikasi, sekiranya tercapai kesepakatan politik diantara negara-negara yang terkait.
Selain Menristekdikti dan jajaran, Delegasi RI pada Sidang Umum IAEA juga diperkuat sejumlah K/L terkait seperi Kemenlu, Kemenkes, BATAN, BAPETEN, KBRI/PTRI Wina dan PT. INUKI.
KBRI/PTRI Wina dalam keterangan pers yang diterima Antara London, Selasa menyebutkan Sidang Umum IAEA merupakan Konferensi tahunan di Markas PBB Wina sejak tahun 1956 yang diselenggarakan bagi negara-nehgara anggota PBB untuk mementukan arah kebijakan IAEA untuk menjamin penggunaan energi dan teknologi nuklir semata-mata untuk tujuan damai.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar