Warga Portugal antusias belajar membatik
News ID: 471276
London (ANTARA) - Batik Yogyakarta menginjakkan kaki di Portugal melalui penyelenggaraan Festival Indonesia 2019 di Lisabon yang bertajuk “Jogja Kota Batik Dunia” tidak kurang dari seribu warga Portugal antusias belajar membatik melalui pameran, lokakarya, peragaan busana. yang berlangsung di Museu doOriente,Lisabon, Portugal selama tiga hari ini, 14-16 September.
Pengunjung diberikan kesempatan membawa pulang batik melalui bazar, dan pelaku bisnis Portugal dapat menjajaki peluang bisnis melalui B2B meetings, demikian Pensosbud KBRI Lisabon Andre Nurvily kepada Antara London, Senin.
Tema batik dipilih sebagai tema Festival Indonesia 2019 di Lisabon merayakan 10 tahun penobatan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda untuk Kemanusiaan oleh UNESCO. Secara spesifik, festival juga memperkenalkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia yang diakui World Craft Council sejak tahun 2014.
Acara pembukaan Indonesian Festival 2019 diawali dengan mengheningkan cipta atas berpulangnya Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie.
Sebagai simbolis dibukanya acara, Duta Besar RI Lisabon, Sekda Pemprov Yogyakarta, dan Direktur Museu do Oriente membatik bersama. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi dan penampilan tari yang menunjukan hasil kreasi Batik.
Pada sesi pameran dan bazar, pengunjung menyampaikan kekaguman atas koleksi batik yang ditampilkan. “Batik sesungguhnya sangat cantik dan perlu diperkenalkan lebih luas kepada masyarakat Eropa”, ujar Emily Kuo, pengusaha Portugal berketurunan Tionghoa.
Emily dan suami mengaku bahwa mereka banyak belajar mengenai filosofi dari tiap motif batik dari pameran yang ada. Seperti dengan banyak pengunjung lainnya, pasangan tersebut pulang dengan membawa souvenir batik.
Pada sesi lokakarya, peserta merasa takjub setelah menyaksikan bagaimana rumitnya membuat sebuah karya batik. “Membuat batik tidaklah semudah yang dibayangkan, diperlukan ketekunan dan kesabaran yang tinggi”, ucap Luzia Moniz, penggiat Capulana di Portugal. Capulana adalah tekstil khas Mozambique, negara Afrika bekas jajahan Portugal.
Peringatan 10 tahun pengakuan batik oleh UNESCO dijadikan momentum oleh KBRI Lisabon untuk lebih memperluas kesadaran atas nilai-nilai batik sehingga menjamin pelestarian batik di masa depan. Oleh karena itu, Festival Indonesia kali ini mengambil tema batik untuk ikut berperan dalam usaha pelestarian.(ZG)
Pengunjung diberikan kesempatan membawa pulang batik melalui bazar, dan pelaku bisnis Portugal dapat menjajaki peluang bisnis melalui B2B meetings, demikian Pensosbud KBRI Lisabon Andre Nurvily kepada Antara London, Senin.
Tema batik dipilih sebagai tema Festival Indonesia 2019 di Lisabon merayakan 10 tahun penobatan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda untuk Kemanusiaan oleh UNESCO. Secara spesifik, festival juga memperkenalkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia yang diakui World Craft Council sejak tahun 2014.
Acara pembukaan Indonesian Festival 2019 diawali dengan mengheningkan cipta atas berpulangnya Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie.
Sebagai simbolis dibukanya acara, Duta Besar RI Lisabon, Sekda Pemprov Yogyakarta, dan Direktur Museu do Oriente membatik bersama. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi dan penampilan tari yang menunjukan hasil kreasi Batik.
Pada sesi pameran dan bazar, pengunjung menyampaikan kekaguman atas koleksi batik yang ditampilkan. “Batik sesungguhnya sangat cantik dan perlu diperkenalkan lebih luas kepada masyarakat Eropa”, ujar Emily Kuo, pengusaha Portugal berketurunan Tionghoa.
Emily dan suami mengaku bahwa mereka banyak belajar mengenai filosofi dari tiap motif batik dari pameran yang ada. Seperti dengan banyak pengunjung lainnya, pasangan tersebut pulang dengan membawa souvenir batik.
Pada sesi lokakarya, peserta merasa takjub setelah menyaksikan bagaimana rumitnya membuat sebuah karya batik. “Membuat batik tidaklah semudah yang dibayangkan, diperlukan ketekunan dan kesabaran yang tinggi”, ucap Luzia Moniz, penggiat Capulana di Portugal. Capulana adalah tekstil khas Mozambique, negara Afrika bekas jajahan Portugal.
Peringatan 10 tahun pengakuan batik oleh UNESCO dijadikan momentum oleh KBRI Lisabon untuk lebih memperluas kesadaran atas nilai-nilai batik sehingga menjamin pelestarian batik di masa depan. Oleh karena itu, Festival Indonesia kali ini mengambil tema batik untuk ikut berperan dalam usaha pelestarian.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar