Film Sultan Agung di Festival Film di Bulgaria
News ID: 438970
London (ANTARA) - Film Indonesia bergenre drama kolosal besutan sutradara terkemuka Hanung Bramantyo dan produser BRA Mooryati Sudibyo ini berjudul “Sultan Agung : tahta, perjuangan,cinta” (2018) menarik perhatian publik pada Festival Film Internasional Love is Folly di Varna, Bulgaria.
Sekretaris pertama Pensosbud KBRI Sofia, Nurul Sofia kepada Antara London, Minggu menyebutkan acara festival film berlangsung di Congress dan Festival Center di Kota Varna, pusat wisata musim panas Bulgaria, diikuti sekitar 70 film peserta.
Film ini menceritakan tentang sejarah perjuangan Sultan Agung Hanyakrusuma sebagai Raja Mataram dalam menyatukan nusantara dan menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang tercerai berai akibat pengaruh politik VOC (kongsi dagang Belanda).
Tak hanya itu, film ini juga menampilkan kehidupan pribadi sang sultan yang dengan berat hati meninggalkan cinta pertamanya, Lembayung karena harus naik tahta sebagai pemimpin kerajaan Mataram untuk menggantikan sang ayah dan menikah dengan putri keturunan ningrat.
Film berdurasi selama 148 menit ini diperankan oleh sederet aktor serta aktris ternama Indonesia seperti Ario Bayu, Marthino Lio, Adinia Wirasati, Putri Marino, Anindia Ayu, Christine Hakim, dan Meriam Bellina.
Sultan Agung sukses memukau hingga mendapatkan tepuk tangan serta respon positif dari penonton dan tamu undangan. Rata-rata mereka kagum dengan cerita, sinematografi film, seni bela diri, acting, dan keindahan alam yang ditampilkan. Dengan film ini, penonton jadi lebih mengenal sejarah Indonesia. Beberapa penonton juga dapat merelasikan keadaan dalam film tersebut dalam perjalanan sejarah mereka yang juga pernah diduduki negara lain.
Salah satu produser film dari Kanada yang ikut hadir dalam acara pemutaran film tersebut, juga mengungkapkan ia ikut menangis merasakan emosi para pemain.Acara pemutaran film ini juga merupakan rangkaian acara promosi terpadu Indonesia dimana para penonton disajikan foto-foto destinasi wisata, kuliner Indonesia dan penampilan budaya sebelum film dimulai.
Sehari setelah pemutaran film, Indonesia juga membuka booth kuliner Indonesia dalam Street Food and Art Festival 2019 di Kota Varna yang dihadiri lebih dari 3000 orang.
Pada acara press converence, Hanung Bramantyo sebagai sutradara menyatakan bahwa menceritakan tokoh sejarah besar seperti Sultan Agung bukan tugas yang mudah. Salah satu hal yang menarik dalam proses pembuatan film juga adalah ketika dirinya yang berlatar belakang Yogja juga melewati banyak diskusi dan perdebatan dengan sang produser Mooryati Sudibyo, yang merupakan keturunan langsung dari Sultan Agung dan hidup dalam tradisi Solo, untuk menentukan bagaimana budaya dan kultur Jawa akan ditampilkan dalam film.
Salah satu contohnya, mereka harus menentukan apakah sang raja akan mengenakan pakaian berlatar putih seperti dalam tradisi Yogyakarta atau berlatar coklat seperti dalam tradisi Solo.
Duta besar Indonesia untuk Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara, Sri Astari Rasjid, mengatakan tema Film Sultan Agung mengenai perjuangan dan nasionalisme juga sangat sesuai untuk diputar pada bulan Agustus sebagai bagian dari rangkaian peringatan HUT RI ke-74.
Dalam film tersebut perlu digaris bawahi pentingnya unity diversity dan semangat persatuan dan kesatuan. Perwakilan Indonesia di luar negeri terus mendorong film Indonesia berkiprah di dunia internasional. Film juga merupakan sarana yang efektif dalam mempromosikan Indonesia, selain dapat berkontribusi mendorong industri kreatif nasional.(ZG)
Sekretaris pertama Pensosbud KBRI Sofia, Nurul Sofia kepada Antara London, Minggu menyebutkan acara festival film berlangsung di Congress dan Festival Center di Kota Varna, pusat wisata musim panas Bulgaria, diikuti sekitar 70 film peserta.
Film ini menceritakan tentang sejarah perjuangan Sultan Agung Hanyakrusuma sebagai Raja Mataram dalam menyatukan nusantara dan menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang tercerai berai akibat pengaruh politik VOC (kongsi dagang Belanda).
Tak hanya itu, film ini juga menampilkan kehidupan pribadi sang sultan yang dengan berat hati meninggalkan cinta pertamanya, Lembayung karena harus naik tahta sebagai pemimpin kerajaan Mataram untuk menggantikan sang ayah dan menikah dengan putri keturunan ningrat.
Film berdurasi selama 148 menit ini diperankan oleh sederet aktor serta aktris ternama Indonesia seperti Ario Bayu, Marthino Lio, Adinia Wirasati, Putri Marino, Anindia Ayu, Christine Hakim, dan Meriam Bellina.
Sultan Agung sukses memukau hingga mendapatkan tepuk tangan serta respon positif dari penonton dan tamu undangan. Rata-rata mereka kagum dengan cerita, sinematografi film, seni bela diri, acting, dan keindahan alam yang ditampilkan. Dengan film ini, penonton jadi lebih mengenal sejarah Indonesia. Beberapa penonton juga dapat merelasikan keadaan dalam film tersebut dalam perjalanan sejarah mereka yang juga pernah diduduki negara lain.
Salah satu produser film dari Kanada yang ikut hadir dalam acara pemutaran film tersebut, juga mengungkapkan ia ikut menangis merasakan emosi para pemain.Acara pemutaran film ini juga merupakan rangkaian acara promosi terpadu Indonesia dimana para penonton disajikan foto-foto destinasi wisata, kuliner Indonesia dan penampilan budaya sebelum film dimulai.
Sehari setelah pemutaran film, Indonesia juga membuka booth kuliner Indonesia dalam Street Food and Art Festival 2019 di Kota Varna yang dihadiri lebih dari 3000 orang.
Pada acara press converence, Hanung Bramantyo sebagai sutradara menyatakan bahwa menceritakan tokoh sejarah besar seperti Sultan Agung bukan tugas yang mudah. Salah satu hal yang menarik dalam proses pembuatan film juga adalah ketika dirinya yang berlatar belakang Yogja juga melewati banyak diskusi dan perdebatan dengan sang produser Mooryati Sudibyo, yang merupakan keturunan langsung dari Sultan Agung dan hidup dalam tradisi Solo, untuk menentukan bagaimana budaya dan kultur Jawa akan ditampilkan dalam film.
Salah satu contohnya, mereka harus menentukan apakah sang raja akan mengenakan pakaian berlatar putih seperti dalam tradisi Yogyakarta atau berlatar coklat seperti dalam tradisi Solo.
Duta besar Indonesia untuk Bulgaria, Albania dan Makedonia Utara, Sri Astari Rasjid, mengatakan tema Film Sultan Agung mengenai perjuangan dan nasionalisme juga sangat sesuai untuk diputar pada bulan Agustus sebagai bagian dari rangkaian peringatan HUT RI ke-74.
Dalam film tersebut perlu digaris bawahi pentingnya unity diversity dan semangat persatuan dan kesatuan. Perwakilan Indonesia di luar negeri terus mendorong film Indonesia berkiprah di dunia internasional. Film juga merupakan sarana yang efektif dalam mempromosikan Indonesia, selain dapat berkontribusi mendorong industri kreatif nasional.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar