Lima film Indonesia di putar di bioskop kota London
News ID: 621467
London (ANTARA) - Pemerintah Republik Indonesia mengenalkan Indonesia kepada warga Inggris dan membangun diskusi positif tidak hanya seputar Indonesia tetapi juga terkait isu-isu sosial yang menjadi perhatian bersama melalui media film.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Kedua Fungsi Pensosbud KBRI London Okky Diane Palma, pada malam perdana penyelenggaraan p yang mendapat nominasi Piala Citra untuk 12 kategori. Film-film lain yang akan diputar adalah Turah, Nyanyian Akar Rumput dan 27 Steps of May. Festival ditutup dengan pemutaran Bumi Manusia yang diangkat dari novel Pramoedya Ananta Toer yang sempat dilarang peredarannya pada masa orde baru.
Menurut Okky, pemutaran film Indonesia di London maupun kota lainnya di Inggris Raya dimulai bertahun-tahun lalu namun seringkali diadakan dalam format yang sederhana. “Kini dengan terbentuknya Indonesian Film Society di London, diharapkan pemutaran film Indonesia dapat dilakukan dengan lebih baik serta dapat menyajikan film-film terkini dari tanah air.
Setidaknya sejak 2018, KBRI London bekerja sama dengan IFS mempromosikan film Indonesia hadapan publik Inggris. Sejumlah film yang pernah diputar sebelumnya antara lain Mata Tertutup (Garin Nugroho), Istirahatlah Kata-Kata (Yosep Anggi Noen) dan film dokumenter Negeri Di Bawah Kabut (Shalahuddin Siregar).
Respon dan tingkat kehadiran penonton pun sangat baik. Tak jarang sejumlah penonton menyempatkan diri berdiskusi dengan sesama penikmat film lainnya yang hadir, ujarnya.
Patrick Tantra dari IFS mengatakan ia ingin menjadikan film sebagai medium untuk melihat berbagai persoalan di Indonesia untuk kemudian menciptakan ruang-ruang diskusi.
Selain ingin mendekatkan film-film Indonesia kepada masyarakat di Inggris, Patrick juga berharap dapat menyumbangkan percakapan kritis di tanah air, karena semua diskusi itu diunggah juga di situs mereka dan dapat diakses oleh publik yang lebih luas.
LMIFF 2019 diadakan sebagai salah satu bagian dari rangkaian peringatan 70 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Inggris.
Dalam kesempatan terpisah, Duta Besar Indonesia untuk Inggris Raya, Irlandia, dan IMO Dr. Rizal Sukma mencatat sejarah menunjukkan bahwa hubungan kedua negara semakin kokoh melalui nilai-nilai persahabatan, saling menghormati dan kerjasama. “Festival film memiliki berbagai dimensi yang penting, pertama sebagai diplomasi seni dan budaya yang efektif, kedua sebagai wahana memperkenalkan film Indonesia ke pasar di Inggris yang bertujuan mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di tanah air, demikian Dubes Rizal Sukma.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Kedua Fungsi Pensosbud KBRI London Okky Diane Palma, pada malam perdana penyelenggaraan p yang mendapat nominasi Piala Citra untuk 12 kategori. Film-film lain yang akan diputar adalah Turah, Nyanyian Akar Rumput dan 27 Steps of May. Festival ditutup dengan pemutaran Bumi Manusia yang diangkat dari novel Pramoedya Ananta Toer yang sempat dilarang peredarannya pada masa orde baru.
Menurut Okky, pemutaran film Indonesia di London maupun kota lainnya di Inggris Raya dimulai bertahun-tahun lalu namun seringkali diadakan dalam format yang sederhana. “Kini dengan terbentuknya Indonesian Film Society di London, diharapkan pemutaran film Indonesia dapat dilakukan dengan lebih baik serta dapat menyajikan film-film terkini dari tanah air.
Setidaknya sejak 2018, KBRI London bekerja sama dengan IFS mempromosikan film Indonesia hadapan publik Inggris. Sejumlah film yang pernah diputar sebelumnya antara lain Mata Tertutup (Garin Nugroho), Istirahatlah Kata-Kata (Yosep Anggi Noen) dan film dokumenter Negeri Di Bawah Kabut (Shalahuddin Siregar).
Respon dan tingkat kehadiran penonton pun sangat baik. Tak jarang sejumlah penonton menyempatkan diri berdiskusi dengan sesama penikmat film lainnya yang hadir, ujarnya.
Patrick Tantra dari IFS mengatakan ia ingin menjadikan film sebagai medium untuk melihat berbagai persoalan di Indonesia untuk kemudian menciptakan ruang-ruang diskusi.
Selain ingin mendekatkan film-film Indonesia kepada masyarakat di Inggris, Patrick juga berharap dapat menyumbangkan percakapan kritis di tanah air, karena semua diskusi itu diunggah juga di situs mereka dan dapat diakses oleh publik yang lebih luas.
LMIFF 2019 diadakan sebagai salah satu bagian dari rangkaian peringatan 70 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Inggris.
Dalam kesempatan terpisah, Duta Besar Indonesia untuk Inggris Raya, Irlandia, dan IMO Dr. Rizal Sukma mencatat sejarah menunjukkan bahwa hubungan kedua negara semakin kokoh melalui nilai-nilai persahabatan, saling menghormati dan kerjasama. “Festival film memiliki berbagai dimensi yang penting, pertama sebagai diplomasi seni dan budaya yang efektif, kedua sebagai wahana memperkenalkan film Indonesia ke pasar di Inggris yang bertujuan mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di tanah air, demikian Dubes Rizal Sukma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar