Indonesia Primadona Festival Anak di Oslo, Norwegia
News ID: 581784
London (ANTARA) - Beragam kebudayaan Indonesia ditampilkan dalam acara Barnas Verdensdager atau Festival Anak Internasional yang diadakan di Gedung Kulturstajson menjadi primadona dalam festival yang diadakan di Gedung Kulturstajson akhir pekan.
Fungsi penerangan dan Sosial Budaya KBRI Oslo, Nina Evayanti kepada Antara London, Selasa menyebutkan Indonesia yang diwakili KBRI Oslo mengisi ruangan yang cukup besar memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada anak-anak di Norwegia, khususnya di Kota Oslo.
Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Todung Mulya Lubis mengatakan keikutsertaan Indonesia ini merupakan bentuk promosi budaya yang penting untuk terus dilakukan. “Promosi budaya sangat penting untuk dilakukan baik itu untuk orang dewasa maupun untuk anak-anak.
Dengan ikutnya Indonesia dalam festival ini, ia berharap kebudayaan Indonesia dapat semakin dikenal di Norwegia dan orang tua dan anak-anak yang datang ke Paviliun Indonesia merasakan keindahan ragam budaya dan tertarik mempelajarinya,” ujar Dubes Mulya Lubis.
Festival Anak Internasional di Oslo ini telah diselenggarakan sejak tahun 1998 dan Indonesia telah rutin menjadi salah satu partisipan sejak 7 tahun terakhir. Pada festival tahun ini, Paviliun Indonesia menghadirkan workshop Tari Saman, workshop bermain angklung, mengenalkan permainan tradisional Indonesia, mewarnai topeng Indonesia, dan membuat sesajen.
“Kami selalu berupaya menampilkan sesuatu yang baru dalam setiap keikutsertaan kami di Festival Anak ini. Tahun 2018 lalu, KBRI membawa satu set gamelan untuk diperkenalkan pada anak-anak di Oslo.
Pada tahun ini, karena ruangan yang sangat luas, kami jadi bisa membawa berbagai jenis atraksi dan workshop kebudayaan Indonesia kepada anak-anak di Norwegia,” demikian Nina Evayanti,
Lebih dari 400 anak hadir dan memadati Paviliun Indonesia selama dua hari penyelenggaraan Festival. Anak-anak dan orang tua terlihat sangat antusias dalam mengikuti workshop Tari Saman bersama dengan kelompok tari Anak Indonesia dan juga belajar memainkan lagu anak-anak Norwegia, bæ bæ lille lam dengan angklung.
Tidak hanya itu, animo yang sangat tinggi juga terlihat dari banyaknya anak-anak yang antri mendapatkan topeng barong dan tokoh wayang untuk mereka warnai . Banyak pula orang tua dan anak-anak tertarik memainkan congklak, gasing, dan bola bekel.
Satu hal yang menarik adalah tingginya minat anak-anak membuat sesajen. Dalam pembuatan sesajen. Anak-anak didorong untuk menulis nama dan harapan di piring yang dipakai menaruh sesajen. Di antara harapan yang ditulis antara lain adalah keinginan agar keluarga mereka sehat, mendapatkan hadiah anjing di hari Natal, pergi ke galaksi Bimasakti, hingga harapan untuk mendapatkan Iphone 11.
Project Manager Barnas Verdensdager, Gunnar Strand, menyampaikan kegembiraan dengan keikutsertaan Indonesia di tahun ini. “Indonesia merupakan salah satu peserta yang menjadi andalan dari festival ini. Setiap tahunnya Indonesia selalu membawa sesuatu yang baru dan menarik dari budaya Indonesia untuk dipertontonkan dan diajarkan kepada anak-anak di Oslo. Kami sangat senang karena Indonesia tidak hanya mengenalkan budayanya saja, tetapi juga mengajak anak-anak dan orang tua untuk berinteraksi dan mengambil bagian mempelajari kebudayaan Indonesia,” ujarnya.
Para orang tua yang datang menemani anak-anak menyampaikan kegembiraannya atas Paviliun Indonesia. Maite Gutierrez menyampaikan Paviliun Indonesia membuka matanya mengenai keindahan budaya Indonesia. “Awalnya saya datang hanya untuk melihat-lihat Paviliun Indonesia ternyata saya mendapatkan lebih dari sekedar mengenal budaya Indonesia. Saya dan putra saya sangat senang bisa mencoba menari Saman dan bermain angklung. Anak saya terutama sangat senang bisa mewarnai topeng dan bermain gasing.” ujarnya.
Dalam festival ini, Indonesia tidak hanya turut serta mengisi Paviliun Indonesia, tetapi juga menampilkan Tari Saman oleh kelompok Tari Anak Indonesia yang merupakan remaja-remaja diaspora Indonesia di Oslo.
Selain itu, rumah makan Indonesia, Det Indonesiske Kjokken, membuka stand makanan memperkenalkan kuliner Indonesia kepada para pengunjung festival.(ZG)
Fungsi penerangan dan Sosial Budaya KBRI Oslo, Nina Evayanti kepada Antara London, Selasa menyebutkan Indonesia yang diwakili KBRI Oslo mengisi ruangan yang cukup besar memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada anak-anak di Norwegia, khususnya di Kota Oslo.
Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Todung Mulya Lubis mengatakan keikutsertaan Indonesia ini merupakan bentuk promosi budaya yang penting untuk terus dilakukan. “Promosi budaya sangat penting untuk dilakukan baik itu untuk orang dewasa maupun untuk anak-anak.
Dengan ikutnya Indonesia dalam festival ini, ia berharap kebudayaan Indonesia dapat semakin dikenal di Norwegia dan orang tua dan anak-anak yang datang ke Paviliun Indonesia merasakan keindahan ragam budaya dan tertarik mempelajarinya,” ujar Dubes Mulya Lubis.
Festival Anak Internasional di Oslo ini telah diselenggarakan sejak tahun 1998 dan Indonesia telah rutin menjadi salah satu partisipan sejak 7 tahun terakhir. Pada festival tahun ini, Paviliun Indonesia menghadirkan workshop Tari Saman, workshop bermain angklung, mengenalkan permainan tradisional Indonesia, mewarnai topeng Indonesia, dan membuat sesajen.
“Kami selalu berupaya menampilkan sesuatu yang baru dalam setiap keikutsertaan kami di Festival Anak ini. Tahun 2018 lalu, KBRI membawa satu set gamelan untuk diperkenalkan pada anak-anak di Oslo.
Pada tahun ini, karena ruangan yang sangat luas, kami jadi bisa membawa berbagai jenis atraksi dan workshop kebudayaan Indonesia kepada anak-anak di Norwegia,” demikian Nina Evayanti,
Lebih dari 400 anak hadir dan memadati Paviliun Indonesia selama dua hari penyelenggaraan Festival. Anak-anak dan orang tua terlihat sangat antusias dalam mengikuti workshop Tari Saman bersama dengan kelompok tari Anak Indonesia dan juga belajar memainkan lagu anak-anak Norwegia, bæ bæ lille lam dengan angklung.
Tidak hanya itu, animo yang sangat tinggi juga terlihat dari banyaknya anak-anak yang antri mendapatkan topeng barong dan tokoh wayang untuk mereka warnai . Banyak pula orang tua dan anak-anak tertarik memainkan congklak, gasing, dan bola bekel.
Satu hal yang menarik adalah tingginya minat anak-anak membuat sesajen. Dalam pembuatan sesajen. Anak-anak didorong untuk menulis nama dan harapan di piring yang dipakai menaruh sesajen. Di antara harapan yang ditulis antara lain adalah keinginan agar keluarga mereka sehat, mendapatkan hadiah anjing di hari Natal, pergi ke galaksi Bimasakti, hingga harapan untuk mendapatkan Iphone 11.
Project Manager Barnas Verdensdager, Gunnar Strand, menyampaikan kegembiraan dengan keikutsertaan Indonesia di tahun ini. “Indonesia merupakan salah satu peserta yang menjadi andalan dari festival ini. Setiap tahunnya Indonesia selalu membawa sesuatu yang baru dan menarik dari budaya Indonesia untuk dipertontonkan dan diajarkan kepada anak-anak di Oslo. Kami sangat senang karena Indonesia tidak hanya mengenalkan budayanya saja, tetapi juga mengajak anak-anak dan orang tua untuk berinteraksi dan mengambil bagian mempelajari kebudayaan Indonesia,” ujarnya.
Para orang tua yang datang menemani anak-anak menyampaikan kegembiraannya atas Paviliun Indonesia. Maite Gutierrez menyampaikan Paviliun Indonesia membuka matanya mengenai keindahan budaya Indonesia. “Awalnya saya datang hanya untuk melihat-lihat Paviliun Indonesia ternyata saya mendapatkan lebih dari sekedar mengenal budaya Indonesia. Saya dan putra saya sangat senang bisa mencoba menari Saman dan bermain angklung. Anak saya terutama sangat senang bisa mewarnai topeng dan bermain gasing.” ujarnya.
Dalam festival ini, Indonesia tidak hanya turut serta mengisi Paviliun Indonesia, tetapi juga menampilkan Tari Saman oleh kelompok Tari Anak Indonesia yang merupakan remaja-remaja diaspora Indonesia di Oslo.
Selain itu, rumah makan Indonesia, Det Indonesiske Kjokken, membuka stand makanan memperkenalkan kuliner Indonesia kepada para pengunjung festival.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar