RI kembangkan budaya dalam pembangunan berkelanjutan
News ID: 616543
London (ANTARA) - Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr Hilmar Farid, mengatalan Pemerintah Indonesia mengembangkan kerangka kerja mengkaitkan kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr Hilmar Farid, mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalan Forum Menteri Kebudayaan di Markas Besar UNESCO, Paris, Perancis, Selasa (19/11).
Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Prof. Surya Rosa Putra kepada Antara London, Rabu mengatakan delegasi Indonesia dipimpin Duta Besar RI untuk Republik Perancis/Wakil Tetap RI untuk UNESCO, Arrmanatha Nasir, beranggotakan wakil dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri dan KBRI Paris.
Dirjen Kebudayaan menyampaikan paparan pada sesi mengenai "Culture in the public space, an engine for social and urban transformation”, bersama sejumlah Menteri dan pejabat tinggi di bidang kebudayaan dari Austria, Belize, Ghana, Italia, Inggris, Kazakhstan, Mesir, Kuba, Palestina, Pantai Gading, Venezuela.
Setelah 21 tahun vakum, The Forum of Ministers of Culture kembali diadakan bertepatan dengan sidang UNESCO General Conference ke-40 yang berlangsung dari tanggal 12 hingga 27 November mendatang.
Dibuka Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, forum bertujuan mempertemukan para pemangku kepentingan terkait di bidang kebudayaan guna mempromosikan peran kebijakan kebudayaan dalam membangun masa depan yang berkelanjutan untuk seluruh penduduk dunia.
Lebih lanjut Dr Hilmar Farid menyampaikan Konvensi 2005 mengenai Proteksi dan Promosi Keragaman Ekspresi Budaya telah berfungsi sebagai panduan negara-negara anggota UNESCO, termasuk Indonesia, dalam merumuskan kerangka kebijakan kebudayaan.
Dikatakannja di tahun 2018, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan berbagai unsur masyarakat dan kalangan mengadakan pemetaan berskala besar di 350 kabupaten/kota untuk mengidentifikasi sumber daya dan infrastruktur budaya serta potensinya dalam mendukung program pengentasan kemiskinan, kesetaraan gender dan kesejahteraan masyarakat.
Hasil pemetaan yang tebalnya sekitar empat meter itu kini menjadi rujukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan kebijakan di bidang kebudayaan di pusat maupun daerah.
Di samping itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Bappenas dan Badan Pusat Statistik mengeluarkan Indeks Pembangunan Kebudayaan yang didasari Indikator Pembangunan Kebudayaan dari UNESCO. Indeks ini akan memainkan peran kunci untuk mengintegrasikan kebudayaan ke dalam kebijakan pembangunan nasional.
Pada sesi diskusi Dirjen Kebudayaan menyampaikan bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia di bidang kebudayaan adalah tidak meratanya akses masyarakat terhadap sarana dan kegiatan kebudayaan. Di negeri dengan 267 juta penduduk yang hidup tersebar di ribuan pulau, pemerataan akses jadi tantangan.
Pemerataan infrastruktur kebudayaan misalnya tidak mungkin dirancang sepenuhnya dari pusat tapi harus menggunakan pendekatan bottom-up mengingat perbedaan kondisi yang begitu beragam. Di daerah perkotaan masalah utama bukan membangun lebih banyak sarana fisik tapi lebih pada optimalisasi aset publik yang sudah ada. Di daerah perdesaan pembangunan infrastruktur lebih berupa penguatan kapasitas dan lembaga di bidang kebudayaan yang sekarang ini bisa dilakukan dengan menggunakan Dana Desa.
Untuk mengatasi ketimpangan akses antara kota dan desa atau daerah terdepan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan program Gerakan Seniman Masuk Sekolah. Program ini sudah berjalan selama empat tahun dan pada 2020 akan terus diperluas agar dapat menjangkau daerah-daerah lainnya.
Pemerataan akses juga dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital. Di tahun 2019 Indonesia menuntaskan pembangunan Palapa Ring yaitu jaringan serat optik sepanjang 13,000 km menyambungkan sebagian besar pulau berpenghuni di Indonesia. Pemerintah akan mendukung berbagai proyek yang bertujuan memperkuat hubungan dan komunikasi di antara berbagai lembaga kebudayaan seperti museum dan galeri, creative hub, dan komunitas masyarakat di seluruh Indonesia.(ZG)
Hal itu disampaikan Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr Hilmar Farid, mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalan Forum Menteri Kebudayaan di Markas Besar UNESCO, Paris, Perancis, Selasa (19/11).
Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Prof. Surya Rosa Putra kepada Antara London, Rabu mengatakan delegasi Indonesia dipimpin Duta Besar RI untuk Republik Perancis/Wakil Tetap RI untuk UNESCO, Arrmanatha Nasir, beranggotakan wakil dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri dan KBRI Paris.
Dirjen Kebudayaan menyampaikan paparan pada sesi mengenai "Culture in the public space, an engine for social and urban transformation”, bersama sejumlah Menteri dan pejabat tinggi di bidang kebudayaan dari Austria, Belize, Ghana, Italia, Inggris, Kazakhstan, Mesir, Kuba, Palestina, Pantai Gading, Venezuela.
Setelah 21 tahun vakum, The Forum of Ministers of Culture kembali diadakan bertepatan dengan sidang UNESCO General Conference ke-40 yang berlangsung dari tanggal 12 hingga 27 November mendatang.
Dibuka Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, forum bertujuan mempertemukan para pemangku kepentingan terkait di bidang kebudayaan guna mempromosikan peran kebijakan kebudayaan dalam membangun masa depan yang berkelanjutan untuk seluruh penduduk dunia.
Lebih lanjut Dr Hilmar Farid menyampaikan Konvensi 2005 mengenai Proteksi dan Promosi Keragaman Ekspresi Budaya telah berfungsi sebagai panduan negara-negara anggota UNESCO, termasuk Indonesia, dalam merumuskan kerangka kebijakan kebudayaan.
Dikatakannja di tahun 2018, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan berbagai unsur masyarakat dan kalangan mengadakan pemetaan berskala besar di 350 kabupaten/kota untuk mengidentifikasi sumber daya dan infrastruktur budaya serta potensinya dalam mendukung program pengentasan kemiskinan, kesetaraan gender dan kesejahteraan masyarakat.
Hasil pemetaan yang tebalnya sekitar empat meter itu kini menjadi rujukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan kebijakan di bidang kebudayaan di pusat maupun daerah.
Di samping itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Bappenas dan Badan Pusat Statistik mengeluarkan Indeks Pembangunan Kebudayaan yang didasari Indikator Pembangunan Kebudayaan dari UNESCO. Indeks ini akan memainkan peran kunci untuk mengintegrasikan kebudayaan ke dalam kebijakan pembangunan nasional.
Pada sesi diskusi Dirjen Kebudayaan menyampaikan bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia di bidang kebudayaan adalah tidak meratanya akses masyarakat terhadap sarana dan kegiatan kebudayaan. Di negeri dengan 267 juta penduduk yang hidup tersebar di ribuan pulau, pemerataan akses jadi tantangan.
Pemerataan infrastruktur kebudayaan misalnya tidak mungkin dirancang sepenuhnya dari pusat tapi harus menggunakan pendekatan bottom-up mengingat perbedaan kondisi yang begitu beragam. Di daerah perkotaan masalah utama bukan membangun lebih banyak sarana fisik tapi lebih pada optimalisasi aset publik yang sudah ada. Di daerah perdesaan pembangunan infrastruktur lebih berupa penguatan kapasitas dan lembaga di bidang kebudayaan yang sekarang ini bisa dilakukan dengan menggunakan Dana Desa.
Untuk mengatasi ketimpangan akses antara kota dan desa atau daerah terdepan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan program Gerakan Seniman Masuk Sekolah. Program ini sudah berjalan selama empat tahun dan pada 2020 akan terus diperluas agar dapat menjangkau daerah-daerah lainnya.
Pemerataan akses juga dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital. Di tahun 2019 Indonesia menuntaskan pembangunan Palapa Ring yaitu jaringan serat optik sepanjang 13,000 km menyambungkan sebagian besar pulau berpenghuni di Indonesia. Pemerintah akan mendukung berbagai proyek yang bertujuan memperkuat hubungan dan komunikasi di antara berbagai lembaga kebudayaan seperti museum dan galeri, creative hub, dan komunitas masyarakat di seluruh Indonesia.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar