A Taste of Indonesia Hadir di Lewis School Wales
News ID: 607800
London (ANTARA) - Siswa Sekolah Lewis, Pengam di Wales Selatan mengelar pertunjukan budaya berupa musik dan tari berkolaborasi dengan siswa dari Indonesia menampilkan tari Merak, Jaipongan “Mojang Priangan,” Tari Topeng dan Rampal Kendang dengan iringan musik gabung Gamelan dan Hip hop, digelar gedung sekolah Lewis School, Boys, Sabtu siang.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Profesor E. Aminudin Aziz kepada Antara London, Minggu mengatakan beberapa projek bersama antara siswa SMKN 10 Bandung dengan Lewis School, Pengam menjadi satu pertunjukan menarik.
Penampilan kedua siswa sekolah dilakukan setelah selama seminggu sebanyak 14 siswa Sekolah Kejuruan Musik dan Tari (SMK) Negeri 10 Bandung, Jawa Barat mengikuti Program residensi siswa dengan Lewis School - Boys in Pengam, Wales Selatan.
Dubes Indonesia di London, Dr Rizal Sukma mengatakan pagelaran kali ini mengejutkan penonton dengan sajian sesuatu yang berbeda dari biasanya. Tampak sekali kesungguhan para siawa dari kedua sekolah untuk saling belajar dan menyajikannya menjadi sesuatu yang sangat menarik, ujarnya.
Siswa Lewis School berkolaborasi dengan siswa SMKN 10 Bandung menampilkan kesenian dan kebudayaan antara lain membuat komposisi lagu baru dalam dua bahasa yang bertema perlunya kebersamaan dan kerja sama.
Musik pengiring yang disajikannya merupakan kombinasi dari musik khas Jawa Barat dan musik Barat berhasil menarik perhatian penonton. Dua komposisi dibuat bersama kedua kelompok siswa tersebut mengiiringi tarian yang juga dibuat pada saat program ini dilaksanakan
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Profesor E. Aminudin Aziz mengatakan program residensi Peer Residency bertujuan mengekspos siswa dari Indonesia ke komunitas global terutama di Inggris dengan menghadirkan keterampilan dalam musik dan tarian.
Program ini bertujuan untuk saling bertukar keterampilan, dan keahlian dari kedua belah pihak, yaitu siswa dan guru dapat saling belajar melalui lokakarya dan pertunjukan.
Diharapkan hasilnya akan memperkuat saling pengertian dan menghormati budaya masing-masing dan kemungkinan untuk membangun proyek kolaborasi yang lebih besar di masa datang yang melibatkan kedua belah pihak.
Ketua Program Wales, Jera Creative Agency, Cynthia Langeveldt mengatakan suatu kehormatan dapat bekerjasama dengan Kedutaan Indonesia dan menjalankan program semacam itu untuk pertama kalinya bersama siswa dari Bandung di Wales yang fokus pada keragaman dan inklusi di tingkat akar rumput, melalui musik dan tarian.
Ketua Tim Keragaman, dan Inklusi Gwent Police mendukung program residensi budaya ini, mengharapkan adanya dukungan sehubungan dengan keterlibatan berbagai komunitas.
Tim kami mendukung inisiatif seperti Program Kediaman Pelajar Indonesia di Wales, untuk mempromosikan kohesi masyarakat, bekerja dengan mitra untuk memperkuat lingkungan.
“Kami menyambut siswa Indonesia dan berharap mereka akan menikmati pengalaman budaya mereka, ujar Gareth Hughes, Kepala Keragaman dan Inklusi Gwent Police.
Proyek ini mengikuti keberhasilan yang serupa di tahun 2018 di mana Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London membawa sebanyak 18 siswa dan guru dari Sekolah Kejuruan Musik dan Tari (SMK Negeri 1) Kasihan, Bantul Yogyakarta. Selama tinggal di Inggris, mereka mempunyai proyek bersama termasuk komposisi tari dan musik, boneka, dan pertunjukan.
Tahun ini, mitra institusional berubah dan diperpanjang. Mitra Indonesia berasal dari Sekolah Menengah Musik dan Tari (SMK) Negeri 10 Bandung, Jawa Barat. Mitra UK memperluas tidak hanya melibatkan Sekolah Musik Havering tetapi juga Sekolah Internasional ACS, Cobham, Pusat Seni Riverside Barn, Surrey, dan Sekolah Lewis, Pengam, Wales. Hal ini menunjulan tanda yang proyek ini diterima dengan baik.
SMKN 10 Bandung dipilih berpartisipasi dalam proyek tahun ini karena keunikan mereka dalam keterampilan yang diajarkan kepada siswa . Menikmati sejarah panjang sebagai satu-satunya konservatori untuk musik dan tarian Sunda, sekolah menjadi pusat keunggulan pengembangan musik dan tarian tradisional dari wilayah di mana mereka telah mendapatkan pengakuan dan prestasi nasional dan internasional.
Musik dan tarian Sunda tidak begitu populer di Inggris. Berbeda dengan gamelan Jawa dan Bali, hanya sedikit aktivis seni dan musik Sunda yang ditemukan di Inggris. Karena itu, perkenalkan seni, musik, dan tarian Sunda di mana orang Sunda mewakili populasi Indonesia terbesar kedua setelah Jawa sangat relevan.
Lewis School, Pengam dipilih oleh Gwent Police - Diversity and Inclusion Team dan Jera Creative menjadi tuan rumah bagi siswa dari Indonesia hasil dari keragaman bakat yang mereka lihat.
Peserta dari Inggris pada khususnya akan dapat memahami lebih baik tentang teknik bermain gamelan, tarian tradisional, dan pertunjukan wayang kayu dari Jawa Barat, dan peserta dari Jawa Barat pada gilirannya akan dapat memahami tentang komposisi lirik sebagai proyek bersama; peserta dari kedua belah pihak akan dapat meningkatkan apresiasi mereka terhadap budaya masing-masing sehingga mereka juga akan saling menghormati.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Profesor E. Aminudin Aziz kepada Antara London, Minggu mengatakan beberapa projek bersama antara siswa SMKN 10 Bandung dengan Lewis School, Pengam menjadi satu pertunjukan menarik.
Penampilan kedua siswa sekolah dilakukan setelah selama seminggu sebanyak 14 siswa Sekolah Kejuruan Musik dan Tari (SMK) Negeri 10 Bandung, Jawa Barat mengikuti Program residensi siswa dengan Lewis School - Boys in Pengam, Wales Selatan.
Dubes Indonesia di London, Dr Rizal Sukma mengatakan pagelaran kali ini mengejutkan penonton dengan sajian sesuatu yang berbeda dari biasanya. Tampak sekali kesungguhan para siawa dari kedua sekolah untuk saling belajar dan menyajikannya menjadi sesuatu yang sangat menarik, ujarnya.
Siswa Lewis School berkolaborasi dengan siswa SMKN 10 Bandung menampilkan kesenian dan kebudayaan antara lain membuat komposisi lagu baru dalam dua bahasa yang bertema perlunya kebersamaan dan kerja sama.
Musik pengiring yang disajikannya merupakan kombinasi dari musik khas Jawa Barat dan musik Barat berhasil menarik perhatian penonton. Dua komposisi dibuat bersama kedua kelompok siswa tersebut mengiiringi tarian yang juga dibuat pada saat program ini dilaksanakan
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Profesor E. Aminudin Aziz mengatakan program residensi Peer Residency bertujuan mengekspos siswa dari Indonesia ke komunitas global terutama di Inggris dengan menghadirkan keterampilan dalam musik dan tarian.
Program ini bertujuan untuk saling bertukar keterampilan, dan keahlian dari kedua belah pihak, yaitu siswa dan guru dapat saling belajar melalui lokakarya dan pertunjukan.
Diharapkan hasilnya akan memperkuat saling pengertian dan menghormati budaya masing-masing dan kemungkinan untuk membangun proyek kolaborasi yang lebih besar di masa datang yang melibatkan kedua belah pihak.
Ketua Program Wales, Jera Creative Agency, Cynthia Langeveldt mengatakan suatu kehormatan dapat bekerjasama dengan Kedutaan Indonesia dan menjalankan program semacam itu untuk pertama kalinya bersama siswa dari Bandung di Wales yang fokus pada keragaman dan inklusi di tingkat akar rumput, melalui musik dan tarian.
Ketua Tim Keragaman, dan Inklusi Gwent Police mendukung program residensi budaya ini, mengharapkan adanya dukungan sehubungan dengan keterlibatan berbagai komunitas.
Tim kami mendukung inisiatif seperti Program Kediaman Pelajar Indonesia di Wales, untuk mempromosikan kohesi masyarakat, bekerja dengan mitra untuk memperkuat lingkungan.
“Kami menyambut siswa Indonesia dan berharap mereka akan menikmati pengalaman budaya mereka, ujar Gareth Hughes, Kepala Keragaman dan Inklusi Gwent Police.
Proyek ini mengikuti keberhasilan yang serupa di tahun 2018 di mana Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London membawa sebanyak 18 siswa dan guru dari Sekolah Kejuruan Musik dan Tari (SMK Negeri 1) Kasihan, Bantul Yogyakarta. Selama tinggal di Inggris, mereka mempunyai proyek bersama termasuk komposisi tari dan musik, boneka, dan pertunjukan.
Tahun ini, mitra institusional berubah dan diperpanjang. Mitra Indonesia berasal dari Sekolah Menengah Musik dan Tari (SMK) Negeri 10 Bandung, Jawa Barat. Mitra UK memperluas tidak hanya melibatkan Sekolah Musik Havering tetapi juga Sekolah Internasional ACS, Cobham, Pusat Seni Riverside Barn, Surrey, dan Sekolah Lewis, Pengam, Wales. Hal ini menunjulan tanda yang proyek ini diterima dengan baik.
SMKN 10 Bandung dipilih berpartisipasi dalam proyek tahun ini karena keunikan mereka dalam keterampilan yang diajarkan kepada siswa . Menikmati sejarah panjang sebagai satu-satunya konservatori untuk musik dan tarian Sunda, sekolah menjadi pusat keunggulan pengembangan musik dan tarian tradisional dari wilayah di mana mereka telah mendapatkan pengakuan dan prestasi nasional dan internasional.
Musik dan tarian Sunda tidak begitu populer di Inggris. Berbeda dengan gamelan Jawa dan Bali, hanya sedikit aktivis seni dan musik Sunda yang ditemukan di Inggris. Karena itu, perkenalkan seni, musik, dan tarian Sunda di mana orang Sunda mewakili populasi Indonesia terbesar kedua setelah Jawa sangat relevan.
Lewis School, Pengam dipilih oleh Gwent Police - Diversity and Inclusion Team dan Jera Creative menjadi tuan rumah bagi siswa dari Indonesia hasil dari keragaman bakat yang mereka lihat.
Peserta dari Inggris pada khususnya akan dapat memahami lebih baik tentang teknik bermain gamelan, tarian tradisional, dan pertunjukan wayang kayu dari Jawa Barat, dan peserta dari Jawa Barat pada gilirannya akan dapat memahami tentang komposisi lirik sebagai proyek bersama; peserta dari kedua belah pihak akan dapat meningkatkan apresiasi mereka terhadap budaya masing-masing sehingga mereka juga akan saling menghormati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar