Indonesia Serukan Kerja Sama Internasional di Bidang Industri 4.0
News ID: 581460
London (ANTARA) - Indonesia menyerukan kerja sama internasional dalam rangka menghadapi tantangan sekaligus mengoptimalkan manfaat dari revolusi industri keempat yang juga dikenal dengan Industri 4.0. Kerja sama itu antara lain dapat dilakukan melalui organisasi internasional, seperti Organisasi Pembangunan Industri PBB (United Nations Industrial Development Organization/UNIDO).
KBRI di Wina dalam keterangan yang diterima Antara London, Selasa menyebutkan seruan itu disampaikan delegasi Indonesia dalam Sidang Umum UNIDO di Abu Dhabi, Persaturan Emirat Arab, tanggal 3-7 November, yang dipimpin Dubes/Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina, Dr. Darmansjah Djumala.
“Indonesia percaya bahwa UNIDO dapat memainkan peran penting dalam membantu pengembangan industri untuk beradaptasi dan mendapatkan manfaat dari era Industri 4.0. Peran UNIDO tidak hanya menyediakan keahlian, tetapi juga memetakan mitra pembangunan dan memobilisasi sumber daya dalam rangka meningkatkan kapasitas sektor manufaktur dan usaha kecil dan menengah (UKM),” ujar Dubes Djumala dalam pernyataan nasional Indonesia.
Dalam kaitan ini, Indonesia menegaskan kesiapan berkontribusi sekaligus mempererat kerja sama dengan UNIDO. Di antara inisiatif kerja sama RI-UNIDO yang telah diwujudkan adalah penyelenggaraan Konferensi Regional tentang Pembangunan Industri (1st Regional Conference on Industrial Development/RCID) di Bali bulan November tahun lalu.
Forum ini menjadi wadah bagi negara-negara di Kawasan Asia Pasifik untuk bertukar pandangan, kebijakan, pengetahuan, dan gagasan dalam mengoptimalkan peluang dan manfaat revolusi industri keempat. Forum menghasilkan ‘Bali Agenda on Industry 4.0’ yang berisi komitmen para peserta konferensi untuk menjalin kolaborasi di bidang Industri 4.0.
“Indonesai percaya bahwa upaya untuk mencapai pembangunan industri yang bersifat inklusif dan berkelanjutan tidak dapat dilakukan secara maksimal tanpa adanya kerja sama di level regional dan internasional. RCID merupakan kontribusi Indonesia untuk mendorong kerja sama tersebut,” ujarnya.
Pada kesempatan itu Dubes menyampaikan tentang upaya yang dilakukan Indonesia dalam rangka menghadapi era Industri 4.0, seperti peluncuran "Making Indonesia 4.0" tahun 2018 dengan fokus pada lima industri andalan (makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, dan produk kimia) dan penyusunan "Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) mengukur kesiapan sektor industri dalam menerapkan Industri 4.0.
Upaya lain adalah dengan mengembangkan Program Revitalisasi Vokasi Industri 2020-2024 dengan fokus pada penguatan kurikulum dan modul belajar untuk 175 politeknik, 2.612 sekolah vokasi, dan kurang lebih 1,5 juta pekerja. “Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses dan kesempatan yang setara dalam mengoptimalkan manfaat Industri 4.0,” ujar Dubes Djumala.
Sidang Umum merupakan forum tertinggi di UNIDO yang dilaksanakan secara rutin setiap dua tahun dan diikuti oleh seluruh negara anggota yang saat ini berjumlah 170. Biasanya pertemuan tersebut dilangsungkan di markas UNIDO di Wina. Namun kali ini pertemuan dilangsungkan di Abu Dhabi atas permintaan Persatuan Emirat Arab selaku tuan rumah. Ini adalah kali keempat Sidang Umum UNIDO dilangsungkan di luar Wina setelah Bangkok, Thailand (1987), Yaoundé, Kamerun (1993), Lima, Peru (2013).
KBRI di Wina dalam keterangan yang diterima Antara London, Selasa menyebutkan seruan itu disampaikan delegasi Indonesia dalam Sidang Umum UNIDO di Abu Dhabi, Persaturan Emirat Arab, tanggal 3-7 November, yang dipimpin Dubes/Wakil Tetap RI untuk PBB di Wina, Dr. Darmansjah Djumala.
“Indonesia percaya bahwa UNIDO dapat memainkan peran penting dalam membantu pengembangan industri untuk beradaptasi dan mendapatkan manfaat dari era Industri 4.0. Peran UNIDO tidak hanya menyediakan keahlian, tetapi juga memetakan mitra pembangunan dan memobilisasi sumber daya dalam rangka meningkatkan kapasitas sektor manufaktur dan usaha kecil dan menengah (UKM),” ujar Dubes Djumala dalam pernyataan nasional Indonesia.
Dalam kaitan ini, Indonesia menegaskan kesiapan berkontribusi sekaligus mempererat kerja sama dengan UNIDO. Di antara inisiatif kerja sama RI-UNIDO yang telah diwujudkan adalah penyelenggaraan Konferensi Regional tentang Pembangunan Industri (1st Regional Conference on Industrial Development/RCID) di Bali bulan November tahun lalu.
Forum ini menjadi wadah bagi negara-negara di Kawasan Asia Pasifik untuk bertukar pandangan, kebijakan, pengetahuan, dan gagasan dalam mengoptimalkan peluang dan manfaat revolusi industri keempat. Forum menghasilkan ‘Bali Agenda on Industry 4.0’ yang berisi komitmen para peserta konferensi untuk menjalin kolaborasi di bidang Industri 4.0.
“Indonesai percaya bahwa upaya untuk mencapai pembangunan industri yang bersifat inklusif dan berkelanjutan tidak dapat dilakukan secara maksimal tanpa adanya kerja sama di level regional dan internasional. RCID merupakan kontribusi Indonesia untuk mendorong kerja sama tersebut,” ujarnya.
Pada kesempatan itu Dubes menyampaikan tentang upaya yang dilakukan Indonesia dalam rangka menghadapi era Industri 4.0, seperti peluncuran "Making Indonesia 4.0" tahun 2018 dengan fokus pada lima industri andalan (makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, dan produk kimia) dan penyusunan "Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) mengukur kesiapan sektor industri dalam menerapkan Industri 4.0.
Upaya lain adalah dengan mengembangkan Program Revitalisasi Vokasi Industri 2020-2024 dengan fokus pada penguatan kurikulum dan modul belajar untuk 175 politeknik, 2.612 sekolah vokasi, dan kurang lebih 1,5 juta pekerja. “Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses dan kesempatan yang setara dalam mengoptimalkan manfaat Industri 4.0,” ujar Dubes Djumala.
Sidang Umum merupakan forum tertinggi di UNIDO yang dilaksanakan secara rutin setiap dua tahun dan diikuti oleh seluruh negara anggota yang saat ini berjumlah 170. Biasanya pertemuan tersebut dilangsungkan di markas UNIDO di Wina. Namun kali ini pertemuan dilangsungkan di Abu Dhabi atas permintaan Persatuan Emirat Arab selaku tuan rumah. Ini adalah kali keempat Sidang Umum UNIDO dilangsungkan di luar Wina setelah Bangkok, Thailand (1987), Yaoundé, Kamerun (1993), Lima, Peru (2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar