INDRAJIT: TEKNOLOGI DORONG
PEMERATAAN PENDIDIKAN
London, 18/4 (ANTARA) - Berbagi materi pendidikan dari penjuru dunia secara terbuka diyakini akan
dapat mendorong pertumbuhan dan pemerataan pendidikan secara signifikan bagi
kemajuan teknologi informasi.
Hal itu disampaikan Presiden Asosiasi
Perguruan Tinggi Komputer Indonesia (Aptikom)
Prof Dr Eko Indrajit, pada pertemuan tahunan komunitas Open Courseware
Consortium (OCWC) 2012 yang diadakan di Queens's
College University of Cambridge, salah satu ikon historis pendidikan di Inggris
yang berlangsung dari tanggal 16 hingga
18 April mendatang.
Dalam perhelatan yang diikuti lebih dari
250 pemerhati, penggiat, dan praktisi pendidikan dari berbagai lembaga
terkemuka dunia seperti Unesco, MIT, Oxford University, The Open University UK,
Kyoto University, dan Nottingham University ini, digelar kurang lebih 22 sesi
diskusi panel dan tiga sesi pleno.
Dalam konferensi yang bertema ¿Cambridge
2012: Innovation and Impact ¿ Openly Collaborating to Enhance Education¿, Prof Dr Eko Indrajit tampil sebagai Keynote
speaker pertemuan tahunan komunitas ¿Open Education,¿ menyampaikan presentasi
berjudul ¿Developing Open Education Ecosystem in Campus¿ yang merupakan hasil
penelitian terhadap 350 perguruan tinggi di Indonesia, Prof Indrajid mengakui
partisipasi Indonesia dalam Open Courseware Consortium sangat penting.
Secara rinci Prof Indrajit memaparkan
ekosistem Open Education di Indonesia yang memberikan akses secara luas dan
gratis terhadap konten pembelajaran, materi kuliah, sumber daya pendidikan,
maupun hasil karya intelektual akademisi.
Hal ini diyakini akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan secara luas
¿ terutama dalam kaitannya memperluas cakupan akses pendidikan berkualitas bagi
masyarakat dunia dimanapun berada.
Presentasi Prof Indrajit mendapatkan sambutan dan pujian dari berbagai
peserta yang mewakili sejumlah negara seperti Jepang, Amerika, Inggris, Korea,
Belanda, Mauritius, Spanyol, Kanada, Polandia, Afrika Selatan, Slovenia,
Irlandia, dan Jerman. Melalui berbagai kesempatan, delegasi negara lain
menyatakan bahwa pada dasarnya Indonesia cukup maju dalam mel aksanakan konsep
¿open education¿ dibandingkan negara-negara besar lainnya.
Pemerintah Indonesia mendukung inisiatif
terkait melalui berbagai kebijakan dan programnya seperti buku teks pelajaran
elektronik, portal e-journal Garuda, infrastruktur INHERENT/Jardiknas, jejaring
perpustakaan nasional, dan lain sebagainya.
Indonesia
akan jadi tuan rumah
Hal membanggakan lainnya adalah
ditetapkannya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan konferensi serupa
tahun 2013 oleh Open Courseware Consortium Board. Chairman dari Open Courseware Consortium,
Mary Lou Forward, secara simbolis penyerahan kepercayaan sebagai tuan rumah
kepada Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia di London, Prof. T.
A. Fauzi Soelaiman, mewakili pemerintah dan delegasi Indonesia.
Dalam kesempatan itu Atase
Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia untuk Inggris, Prof T.A. Dr Fauzi
Soelaiman menyampaikan undangan secara
terbuka kepada semua undangan untuk menghadiri konferensi berikutnya di Bali,
pada tahun 2013.
Dikatakannya salah satu alasan Indonesia
terpilih sebagai tuan rumah OCWC karena adanya fenomena yang terjadi di Aptikom
dan dunia informatika di tanah air, dimana banyak dosen, mahasiswa, praktisi,
dan birokrat saling bekerjasama dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan
cara sharing materi, konten dan dosen.
Dua perguruan tinggi terbaik di dunia,
University of Cambridge dan Massachusetts Institute of Technology, merupakan
sebagian dari banyak institusi elit yang tergabung dalam OCWC, komunitas yang memiliki misi untuk
memperkenalkan sekaligus mensosialisasikan konsep keterbukaan dalam konteks
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran moderen.
Konsorsium ini bergerak dalam upaya untuk
memajukan pendidikan di seluruh dunia, yang percaya bahwa pengetahuan adalah
hak semua orang.
Para peserta konferensi terlihat antusias
dan terkesan, setelah di kesempatan yang sama rombongan Indonesia membagikan
cinderamata khas Bali berupa Udeng untuk peserta pria, dan bunga untuk peserta
wanita, yang dikenakan peserta dalam kesempatan tersebut.
Delegasi Indonesia diwakili Asosiasi
Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) mewakili Universitas
Indonesia, Universitas Gajah Mada, Poltek Telkom, IT Telkom, Institut Perbanas,
Universitas Budi Luhur, STIKOM Bali, STMIK Widya Cipta Dharma Samarinda, STMIK
Poltek Cirebon, Smart IT School Medan, STMIK Banjarbaru Banjarmasin, dan STMIK
Tunas Bangsa Lampung.
Delegasi Indonesia yang berjumlah 21 orang
dalam pertemuan itu diantaranya wakil dari Badan Standar Nasional Pendidikan,
Badan Nasional Sertifikasi Profesi, Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nasional.
Prof. Dr.
Zaenal Hasibuan, yang turut ikut dalam rombongan mengungkapkan dengan
kondisi geografis dan demografis Indonesia, mustahil melakukan akselerasi
peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan di nusantara tanpa menggunakan
teknologi.
Sementara itu Prof. Dr. Jazi Eko
Istiyanto yang juga ikut dalam rombongan, menambahkan Indonesia tidak hanya
mendapatkan materi kuliah dalam aktivitas ini, tetapi juga pengalaman yang
berharga terkait dengan visi, regulasi, teknologi, relasi, dan strategi dalam
mewujudkan Open Education.
Selain mengikuti konferensi OCWC di
Cambridge, rombongan Aptikom juga berkunjung ke University of Essex yang dalam
kesempatan itu Prof Eko Indrajit menyampaikan pentingnya kunjungan tersebut
sebagai sarana observasi, berbagi pengalaman, dan benchmarking bagi peserta
kunjungan yang kebanyakan berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Menurut Idham Ananta, PhD ¿ School of Computer Science and
Electronic Engineering, University of Essex, Colchester mengatakan dalam
kunjungan tersebut rombongan melihat langsung fasilitas moderen penelitian yang
dimiliki University of Essex, seperti iSpace (rumah cerdas) dan iClassroom
(ruang kelas cerdas) yang menjadi basis penelitian di bidang intelligent
Environment yang saat ini sedang marak di lakukan. (ZG)
(T.H-ZG/B/M009/M009) 18-04-2012 08:05:12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar