MARI PANGESTU BAHAS SISTEM
PERDAGANGAN MULTILATERAL
London, 14/3 (Antara) - Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Dr Mari Elka Pangestu membahas sistem
perdagangan multilateral Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta perkembangan
bilateral antara Indonesia dan Maroko.
Dalam kunjungan kerja ke Rabat, Maroko,
Menteri Mari Pangestu mengadakan
pertemuan dengan Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Maroko, Saad El Dine-Otmani,
Menteri Pariwisata Maroko, Lahcen Haddad dan Sekretaris Jenderal Departemen
Perindustrian, Perdagangan dan Teknologi Baru El Aid Mahsoussi, demikian
keterangan dari KBRI Rabat yang diterima ANTARA London, Kamis.
Dalam pertemuan itu dibahas perkembangan
bilateral antara Indonesia dan Maroko, perkembangan regional serta keadaan saat
ini dan masa depan dari sistem perdagangan multilateral WTO, di mana masa
jabatan Direktur Jenderal akan berakhir 31 Agustus 2013.
Pertemuan tersebut dalam suasana dan
lingkungan yang sangat positif. Indonesia dan Maroko memiliki hubungan sejarah
yang panjang. Ke dua negara adalah bagian dari Gerakan Non-Blok, Organisasi
Kerjasama Islam serta Konferensi Asia-Afrika.
Konferensi Asia-Afrika pertama diadakan
di Bandung, Indonesia pada 1955 dan mendorong gerakan kemerdekaan dari berbagai
bangsa di Asia dan Afrika. Maroko merdeka pada 1956 dan Presiden Soekarno
mengunjungi Maroko pada 1960.
Ke dua belah pihak sepakat untuk
meningkatkan hubungan dalam berbagai hal seperti investasi, pariwisata,
perdagangan, dan membentuk Komisi Bersama.
Dalam diskusi antara Menteri Pangestu
dan Menteri El-Otmani, disepakati WTO sebagai institusi telah memberikan
kontribusi signifikan dalam memastikan aliran perdagangan yang adil dan
seimbang.
Ke dua menteri berpendapat pembangunan
merupakan bagian integral dari negosiasi perdagangan multilateral. Konferensi
Tingkat Menteri WTO ke-9 pada Desember di Bali juga penting dalam menjaga
kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral.
Keberhasilan Konferensi Tingkat Menteri
ke-9 juga tergantung pada apakah anggota dapat mencapai kesimpulan dalam paket
panen dini serta jalan menuju penyelesaian Agenda Pembangunan Doha.
Dalam kesempatan itu Menteri Pangestu
sangat menghargai peran Maroko sebagai koordinator kelompok Afrika di WTO.
Menteri Pangestu, yang Menteri
Perdagangan Indonesia dari Oktober 2004 sampai Oktober 2011, yakin bahwa sistem
perdagangan multilateral adalah solusi untuk banyak masalah di seluruh dunia.
Dalam pertemuan antara Menteri Pangestu
dan Menteri Haddad, sepakat untuk menyelesaikan Nota Kesepahaman antara kedua
kementerian dan MoU akan ditandatangani selama Komisi Bersama pertama antara
Indonesia-Maroko akhir tahun ini.
MOU mencakup kerjasama pengembangan
kapasitas, pertukaran pelatihan dan memajukan konektivitas antara Indonesia dan
Maroko.
Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri
bertukar pengalaman dalam meningkatkan pariwisata yang berkelanjutan dan
bagaimana meningkatkan pariwisata yang berkualitas.
Menteri Pangestu adalah salah satu di
antara empat menteri yang merupakan calon Direktur Jenderal WTO. Selain empat
menteri, ada lima kandidat lain. Jika terpilih sebagai Direktur Jenderal yang
baru, Dr Pangestu akan menjadi wanita pertama yang memegang posisi sejak
terbentuknya WTO.
Berdasarkan pengalamannya, dia memahami
pentingnya inklusi dan akan memastikan bahwa peluang dari perdagangan bebas
global manfaat semua orang, pria dan wanita, di negara maju dan berkembang,
untuk bisnis besar dan UKM.
Dalam beberapa minggu terakhir, Menteri
menyampaikan visi dan misi kepada rapat umum WTO Council di Jenewa, serta
memenuhi perwakilan anggota WTO.
Sebelumnya Menteri Mari Pangestu
mengunjungi Washington DC, Beijing, Brussels, Paris, Berlin, Warsawa, Budapest,
Moskow, Dubai/UAE, Abidjan, Abuja, Kairo, dan Stockholm dalam rangka berbagi
komitmennya untuk mengintegrasikan setiap negara ke dalam sistem perdagangan
global.***3***
(ZG)
(T.H-ZG/C/S. Suryatie/S.
Suryatie) 14-03-2013 09:21:33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar