PPI MERIAHKAN PAGELARAN SENI DI
MAROKO
Oleh Zeynita Gibbons
London, 18/3 (Antara) - Pelajar yang tergabung di dalam organisasi Perhimpunan
Pelajar Indonesia ( PPI ) Maroko berpartisipasi dalam pagelaran seni dan budaya khas Indonesia di
auditorium Universitas Hassan II Casablanca, Maroko.
Pagelaran seni budaya diadakan bekerja
sama dengan Universitas Hassan II Casablanca dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) Rabat, demikian Koordinator Departemen Media Informasi PPI
Maroko Kusnadi El-Ghezwa kepada Antara London, Senin.
Pangelaran seni dan budaya yang
ditampilkan adalah musik rebana, tari saman, tari payung, tari merak, dan
pencak silat yang ditampilkan PPI Maroko berkolaborasi dengan para pelajar
STAINU Jakarta di Maroko.
Para pelajar di Universitas Hassan II
Casablanca juga ikut unjuk gigi dengan menampilkan fashion show batik khas
Indonesia. Para pengunjung sangat
apresiatif tatkala disuguhi aneka masakan tradisional khas Indonesia.
Pagelaran budaya bertujuan mempererat
hubungan antara Maroko dan Indonesia dalam berbagai bidang, seperti bidang
politik, keilmuan, budaya, peradaban, dan ekonomi.
Sebelumnya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Maroko H.
Tosari Widjaja menjelaskan mengenai Indonesia secara global dan hubungan
bilateral yang terjalin antara Maroko
dan Indonesia.
Nizar Presto salah satu pelajar STAINU
yang menghadiri acara ini mengatakan acara dilanjutkan dengan seminar bersama
Prof.Dr. Mariam Ait Ahmed selaku Presiden Asosiasi Persaudaraan
Maroko-Indonesia dengan tema Indonesia dan Maroko pada masa depan dalam
membangun jembatan peradaban.
Sementara itu, Prof.Dr. Mariam Ait
Ahmed dalam penjelasannya mengatakan bahwa hubungan yang terjalin antara Maroko
dan Indonesia sebetulnya sudah sejak lama sekali, mulai dari zamanya Ibnu
Batutoh sang petualang ulung dari kota Tangeir-Maroko, Syekh Maulana Malik
Ibrahim, Imam Bonjol yang mengganti namanya karena bertujuan supaya bisa lebih
dekat dengan orang Indonesia.
Masih banyak lagi ulama-ulama Maroko
yang menyebarkan Islam di tanah Indonesia. Begitu juga, ketika diadakannya
Konfrensi Asia Afrika di Bandoeng," ujar Prof.Dr. Mariam Ait Ahmed.
Dikatakan, ketika berkunjung ke
Indonesia, dia sangat terpukau ketika mendengar suara azan di Indonesia yang bersaut-sautan dan ketika
mendengar masyarakat Indonesia membaca Alquran.
"Saya pun berpikir kok bisa jumlah
masyarakat yang sampai 297 juta, sekitar 90 persen darinya bisa masuk Islam
secara damai tanpa perang," ujarnya.
Ia juga merasa bangga ketika mengetahui
ternyata kitab-kitab yang digunakan oleh kebanyakan pesantren di Indonesia di
dalam mempelajari gramatikal bahasa Arab adalah karangan dari ulama Maroko.
Seperti kitab Al-Jurmiyah yang dikarang
oleh Muhammad bin Muhammad bin daud As-sonhaji, di sisi lain banyak juga
pesantren yang mengamalkan kitab Dalailul Khairat yang dikarang oleh Syekh
Sulaiman Jazuli dan tentunya masih banyak lagi kitab-kitab yang menjadi rujukan
para santri Indonesia.
Acara ini juga dihadiri staf KBRI
Rabat, Rektor Universitas Hassan II, para pelajar Indonesia di Maroko, dan
mahasiswa Universitas Hassan II Casablanca beserta warga setempat.
***4***
D.Dj. Kliwantoro
(T.H-ZG/B/D. Kliwantoro/D.
Kliwantoro) 18-03-2013 19:00:38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar