Sabtu, 06 Maret 2010

CSIS: KONDISI EKONOMI TAK TERPENGARUH GEJOLAK POLITIK

CSIS: KONDISI EKONOMI TAK TERPENGARUH GEJOLAK POLITIK

London, 5/3 (ANTARA) - Direktur Eksekutif The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Dr Rizal Sukma menilai, kondisi ekonomi Indonesia tampaknya tidak terpengaruh dengan gejolak politik di Tanah Air yang terjadi saat ini.

Penilaian tersebut disampaikan Rizal Sukma dalam sebuah acara diskusi yang diadakan di KBRI London, kata Koordinator kegiatan, Syahrul Hidayat kepada koresponden Antara London, Sabtu.

Diskusi digelar organisasi pelajar dan masyarakat di Inggris Raya tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) UK, Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Muhammadiyah UK, NU UK, ICMI UK dan Keluarga Islam Britania Raya (Kibar).

Dalam diskusi itu, Rizal Sukma juga mengingatkan bahwa proses politik yang mengarah kepada pemakzulan presiden atau wakil presiden merupakan proses yang akan memakan waktu yang cukup lama dan rumit.

Ia mengingat, kerumitan proses konstitusional itu, perhatian berlebih kepada proses politik ini menjadi tidak produktif.

Untuk itu, katanya, ketegasan dan keberanian pemerintah untuk mengatasi proses politik ini sangat diperlukan agar tidak berlarut-larut.

Rizal berpendapat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) perlu segera mengambil keputusan tegas agar penyelesaian kasus skandal Century tidak berlarut-larut yang menguras energi bangsa, bahkan pemerintah sendiri menjadi kehilangan konsentrasi untuk menjalankan program-program yang sudah dicanangkan sebelumnya.

Penyelesaian kasus itu, lanjutnya, sangat penting untuk menciptakan stabilitas politik yang menjadi prasyarat mutlak bagi pembangunan perekonomian nasional.

Sistem pemerintahan Indonesia ini memang seperti mengalami anomali, kata Rizal, yakni menganut sistem presidensial, tapi presiden masih merasa perlu menjalin koalisi dengan banyak untuk menopang kebijakan pemerintah di parlemen.

Menurut Rizal Sukma lagi, sistem presidensial memang tidak kompatibel dengan sistem multipartai yang justru menimbulkan kekacauan jalannya pemerintahan.

Untuk itu, ujarnya, ke depan jumlah partai harus lebih disederhanakan lagi dengan membatasinya maksimal empat atau lima partai yang menggambarkan pengelompokan aspirasi dan ideologi politik masyarakat Indonesia.

Sedangkan Kepala Perwakilan BI di London, Budiman Kostaman, dalam diskusi itu mengatakan, selama ini dari angka-angka yang ada menunjukkan adanya kinerja bidang ekonomi yang semakin baik dan melewati krisis finansial dunia yang melanda pada kurun pertengahan tahun 2008.

Karenanya, dia cukup optimis bahwa ekonomi Indonesia tetap memiliki peluang yang cukup besar untuk berkembang mengingat potensi yang dimiliki dan struktur ekonomi makro yang relatif semakin mapan.

Dalam diskusi yang dipandu asisten profesor di Aga Khan University di London, Dr Arskal Salim itu, Budiman Kostaman juga mengingatkan bahwa pemerintah saat ini menjadi terlalu sibuk dengan isu-isu politik sehingga agenda-agenda ekonomi yang telah disusun menjadi terlupakan.

Padahal, katanya, isu ini hanyalah satu aspek belaka dari dinamika politik yang tak harus menjadi fokus perhatian pemerintah secara berlebihan.

(U.H-ZG/B/A041)

(T.H-ZG/B/A041/A041) 06-03-2010 10:25:22

Tidak ada komentar: