Jumat, 26 Maret 2010

LEMBAGA PERSAHABATAN PARLEMEN INDONESIA-UNI EROPA TERBENTUK

LEMBAGA PERSAHABATAN PARLEMEN INDONESIA-UNI EROPA TERBENTUK

London, 26/3 (ANTARA) - Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, Nadjib Riphat Kesoema bersama Ketua Komisi I DPR RI Kemal Aziz Stamboel, menjadi tuan rumah peluncuran kembali Lembaga Persahabatan Parlemen Indonesia-Uni Eropa di Wisma Duta Tramlaan di Brussel.

"Lembaga persahabatan Parlemen Indonesia dan Uni Eropa dirintis tahun 2002 guna menjembatani kepentingan publik di kedua belah pihak," ujar Minister Counsellor Pensosbud/Diplik, PLE Priatna, kepada koresponden Antara London, Jumat.

Dikatakannya, sebanyak 12 anggota parlemen Eropa dimotori Nirj Deva dari Partai Konservatif dari Inggris secara aklamasi menandatangani pernyataan sikap bersama untuk meningkatkan persahabatan Indonesia-Uni Eropa.

Anggota parlemen Eropa lainnya yang ikut memotori terbentuknya lembaga tersebut adalah Johannes Cornelis Van Baalen dari Partai Aliansi Liberal dan Demokrat dari Belanda serta Ana Maria Gomes dari Partai Sosialis Portugal dan mantan Dubes Portugal di Jakarta serta sembilan anggota parlemen Eropa lainnya yang berasal dari Inggris.

Dengan dibentuknya lembaga tersebut para anggota sepakat untuk meningkatkan dialog, pertukaran kunjungan, memperluas aktivitas "people to people contact" hingga memajukan pendidikan, perdagangan, investasi, kerja sama lingkungan, pengembangan HAM dan pembangunan sosial-budaya.

Duta Besar RI Brussel, Nadjib Riphat Kesoema mengatakan, Indonesia menyambut gembira inisiatif yang diinginkan anggota parlemen Eropa untuk mengembangkan persahabatan yang lebih erat dengan Indonesia, membuka peluang kerjasama maupun dialog di segala bidang.

Peluncuran kembali lembaga persahabatan itu pada Rabu (24/3) adalah momentum yang tepat guna memperkuat ruang jelajah kita membangun komitmen thousand friend and zero enemy, ujar Dubes Nadjib.

Jejaring politik
Sementara itu Ketua Komisi I DPR, Kemal Aziz Stamboel juga menyambut gembira dan memberikan apresiasi yang tinggi atas prakarsa yang telah dilakukan KBRI Brussel untuk membangun jejaring politik yang lebih luas.

"Pembentukan lembaga persahabatan parlemen ini adalah langkah yang sangat baik untuk turut menyambut dan mengisi persetujuan kemitraan komprehensif (Partnership Comprehensive Agreement) Indonesia-UE," ujarnya.

Dikatakannya, Parlemen di kedua pihak bisa menjadi akselerator yang mempercepat kemitraan tersebut berjalan dan menambahkan bahwa anggota Komisi I DPR RI akan melakukan kunjungan kerja ke Brussel dalam masa reses mendatang.

Sementara Nirj Deva mengatakan, lembaga untuk memperluas persahabatan ini dapat dimanfaatkan sebagai forum dialog, dimana Uni Eropa dapat belajar banyak dari Indonesia.

N Deva, yang pernah menjadi Ketua Tim Observer Pemilu Indonesia 2004, menyampaikan kekagumannya atas perkembangan yang terjadi di Tanah Air.

Sebagai negara demokrasi ketiga terbesar, dengan penduduk mayoritas Muslim dapat mengelola dinamika kemajemukan dengan toleransi yang amat tinggi.

"Eropa bisa belajar banyak tentang manajemen pluralisme di Indonesia dan melihat demokrasi dan keragaman bisa berdampingan," ujar Diva.

Pernyataan Nirj Diva didukung J Van Baalen yang menegaskan betapa pentingnya Indonesia di mata Eropa dalam rangka membangun demokrasi dan memajukan kerja sama dengan negara-negara Eropa.

"Lembaga persahabatan ini dapat menjadi kendaraan yang tepat untuk mendorong kerjasama konkrit dan semakin luas menyentuh kehidupan masyarakat," ujar Van Baalen.

Peluncuran lembaga yang didorong Dubes RI Brussel dan tim bidang politik KBRI Brussel sejak Januari 2010 terasa membuahkan hasil positif dan membuktikan pandangan politik parlemen Eropa terhadap Indonesia tumbuh lebih baik dan cukup menjanjikan.

"Menghidupkan kembali lembaga persahabatan yang pernah dirintis sejak tahun 2002 berarti menjembatani kepentingan publik di kedua belah pihak guna membangun kesefahaman maupun kegiatan bersama," katanya.

Lembaga persahabatan parlemen Indonesia-Uni Eropa ini membuktikan pandangan anggota parlemen Eropa positif terhadap Indonesia maupun masa depan hubungan Indonesia-Uni Eropa?, demikian PLE Priatna.

(U.H-ZG/C/A041)

(T.H-ZG/B/A041/A041) 26-03-2010 06:44:45

Tidak ada komentar: