Senin, 04 Juni 2012

PRODUSEN RAMAH LINGKUNGAN



                RI SIAPKAN PRODUSEN RAMAH LINGKUNGAN

          London, 4/6 (ANTARA) -  Pemerintah Indonesia menyiapkan produsen dan eksportir dalam negeri yang ramah lingkungan agar siap berkompetisi di tingkat global, meskipun belum  mengantoningi "environmental goods (EG)".

         Pembicaraan tentang produk dagang yang ramah lingkungan (EG) tersebut menjadi diskusi yang cukup hangat di forum APEC, Kazan, ujar Koordinator Fungsi Pensosbud dan Pendidikan KBRI Moskow M.Aji Surya kepada ANTARA London, Senin.

         Diantara ekonomi APEC terkesan masih terbelah dua, antara yang mendukung sepenuh hati dan yang masih berat hati. Masalahnya kembali kepada kesiapan masing-masing  ekonomi dan perlindungan terhadap  produsen dan eksportirnya.

         Menurut M.Aji Surya , isu besar ini pernah menggelinding di forum WTO namun kemudian deadlock, mati suri.

         Negara yang siap dengan produk ramah lingkungan adalah negara-negara yang memiliki koordinasi internal relatif baik yang diperkirakan akan mampu meraup keuntungan ekonomi dengan disyahkannya daftar EG.

         Sementara negara kurang siap terlihat masih maju mundur mengingat hal tersebut bisa berdampak negatif bagi ekonomi dalam negeri bila tidak diikuti kesiapan prima.

         Bahkan banyak ekonomi APEC yang mempertanyakan mengapa pembicaraan tentang isu ini seolah dipindah dari WTO ke APEC.

         Sampai dengan akhir Mei tercatat 13 dari 21 anggota ekonomi APEC menyerahkan daftar produknya yang ramah lingkungan untuk kemudian dikompilasi oleh Friend of the Chairs EG APEC menjadi 300-an produk.

         Negara-negara maju yang sudah menyetor daftar produknya seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Selandia Baru, Hongkong, dan Rusia.

         Bahkan empat  anggota ASEAN telah melaksanakan tugasnya, adalah Thailand, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.

    Sementara, Indonesia berada di jajaran yang belum menyetor bersama beberapa negara seperti Vietnam dan Philipina.

         "Pemerintah Indonesia menyikapi secara jelas negosiasi soal produk ramah lingkungan ini," ujarnya.

         Secara prinsip memang tidak ada masalah dan bahkan memberikan dukungan, namun sampai saat ini tengah dikaji secara mendalam tentang dampak implementasinya.

         Indonesia masih ingin memberikan kesempatan kepada produsen dan eksportirnya untuk mempersiapkan diri dengan baik.

         Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo, mengatakan Pemerintah terus mengadakan konsolidasi internal untuk mematangkan daftar EG dengan memperhatikan aspek lingkungan, bukan melulu aspek dagangnya.

         Menurut Iman, Indonesia memiliki banyak produk yang sangat ramah lingkungan baik dalam bentuk yang sederhana dan tradisional hingga yang berteknologi.

         Masalahnya, di forum APEC ini belum terdapat kejelasan tentang kriteria produk dagang yang bisa masuk dalam daftar EG. "Menciptakan kebijakan di forum internasional memang perlu kecermatan tinggi dan kehati-hatian," tambahnya.

         Salah satu masalah yang mengemuka adalah status EG. apakah EG akan mandapatkan perlakuan khusus dalam hal tarif ataukah menjadi semacam produk bersama (common product) yang harus diterima semua ekonomi APEC.

         Negara yang telah menyerahkan daftarnya berharap segera memasuki pasar ekonomi lainnya dengan kemudahan tertentu sebagai konsekuensi label ramah lingkungan.

         Upaya perlindungan lingkungan hidup diantara ekonomi APEC yang diejawantahkan dalam environmental goods list telah disepakati pada KTT APEC di Honolulu tahun lalu.

         Diharapkan, tahun 2012 ini telah terkumpul daftar tersebut untuk dapat dibahas lebih lanjut  dan dikeluarkan berbagai kebijakan terkait produk dimaksud demikian M. Aji Surya.

    ***2***(ZG)



(T.H-ZG/B/M019/M019) 04-06-2012 07:01:19

               

Tidak ada komentar: