Lukisan Bunda Maria di Sapuan Kuas Maestro Basoeki Abdullah Muda
News ID: 274932
Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, tertegun lama di depan lukisan Bunda Maria gaya Jawa yang bersandar di tembok salah satu ruangan di bangunan megah Aqua Viva, yang merupakan tempat tinggal bagi pastor-pastor Serikat Yesus (SJ) yang sudah berusia lanjut di Nijmegen (11/6).
Sekretaris Pertama Fungsi Ekonomi KBRI Den Haag, Monica Ari Wijayanti kepada Antara di Jakarta, Jumat mengatakan dalam lukisan ini, Bunda Maria digambarkan dengan paras ayu khas wanita Jawa, mengenakan kain parang rusak, kebaya beludru warna gelap, dan dilengkapi dengan bros dan giwang yang lazim digunakan wanita bangsawan Jawa serta kerudung dan selendang berwarna putih.
Lukisan tersebut menggambarkan Bunda Maria, melayang di atas Gunung Merapi dan Gunung Merbabu dan dilingkupi awan serta sinar lembut berwarna-warni yang memancar dari kedua telapak tangan dan kakinya, seolah meninggalkan berkatnya untuk dunia.
Duta Besar Puja mengatakan lukisan sarat dengan makna dan seperti tengah berbicara terdapat kesatuan yang tidak terpisahkan antara kekuatan Ilahi, alam, dan kita sebagai manusia di dalamnya. Lukisan ini juga terasa “sangat Indonesia” dengan hamparan teras-teras sawah, hutan, aliran sungai dan juga pohon kelapa, mengesankan bahwa Bunda Maria tengah memberkati Indonesia.
Lukisan Bunda Maria terangkat ke surga (Maria Assumpta) berbalut busana Jawa tersebut merupakan karya pelukis ternama Basoeki Abdullah pada tahun 1935, saat Sang Maestro masih berusia sangat belia, 20 tahun.
Romo Jan Bentvelzen SJ menerima kunjungan Dubes ke Aqua Viva menjelaskan lukisan tersebut dibuat Basoeki Abdullah pada waktu menempuh studi di Belanda. Saat menjalani studi, Basoeki Abdullah muda mendapatkan banyak dukungan dari pastor-pastor Jesuit di Nijmegen dan lukisan Maria Assumpta inilah yang kemudian dilukis Sang Maestro sebagai tanda terima kasihnya untuk pastor Jesuit .
Romo Jan Bentvelzen SJ pastor kepala di Aqua Viva menjelaskan, paling tidak terdapat dua lagi versi lukisan Maria gaya Jawa karya Basoeki Abdullah yang terlihat sangat mirip dengan lukisan yang terdapat di Aqua Viva.
Romo Bentvelzen SJ menunjukkan dua repro kedua lukisan yang dimaksudkannya, dimana salah satunya terdapat seekor ular raksasa yang melilit salah satu gunung, sementara di lukisan yang lain lebih kental dengan nuansa keimanan Katolik dengan menyertakan unsur Tri Tunggal di dalamnya. Salinan lukisan-lukisan tersebut pada tahun 1940-an juga telah dicetak oleh kalangan Jesuit di Belanda dan digunakan untuk berbagai media di kalangan umat Katolik, seperti kalender rohani dan lembaran media doa.
Lebih lanjut Romo Jan Bentvelzen SJ, didampingi Romo Dr. Eduard Kimman SJ, menjelaskan setelah dihadiahkan Basoeki Abdullah, lukisan Maria Assumpta ini sebelumnya disimpan di bangunan lama milik pastor-pastor SJ, yaitu di Collegium Berchmanianum.
Namun, mengingat bangunan tersebut beralih fungsi beberapa kali hingga saat ini digunakan sebagai salah satu bangunan Universitas Radboud, lukisan tersebut selanjutnya dititipkan ke Museum Nijmegen dan dipamerkan secara berkala.
Seiring waktu, Museum Nijmegen memandang lukisan ini merupakan milik Jesuit dan tidak terdapat keterikatan langsung dengan kota Nijmegen hingga kemudian dikembalikan kepada pastor Jesuit di Nijmegen, sehingga untuk sementara ini disimpan di Aqua Viva yang dibangun pada tahun 1997 tersebut.
Kedua pastor Jesuit ini menerima permintaan dari pihak museum di Belanda memamerkan lukisan Maria Assumpta di museum bergengsi di Belanda, yaitu di Rijksmuseum Amsterdam tahun depan.
Selain menjelaskan mengenai lukisan Maria Assumpta karya Basoeki Abdullah, Romo Jan Bentvelzen SJ dan Romo Dr. Eduard Kimman SJ menyampaikan selain mereka berdua, di Aqua Viva saat ini terdapat tiga orang lagi pastor senior yang pernah menghabiskan waktu lama di Indonesia, termasuk dua pastor yang cukup dikenal di kalangan umat Katolik di Indonesia, yaitu Romo Ernst Bolsius SJ, yang sebelumnya merupakan pengajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan Romo J. Vossen Waskita SJ, yang pernah berkarya di berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, seperti Seminari Mertoyudan dan Gereja Kidul Loji Yogyakarta, mengurus penerbitan majalah Utusan.
Hingga saat ini, Romo J. Vossen Waskita SJ berkewarganegaraan Indonesia dan dalam kunjungan tersebut juga turut bergabung menerima kunjungan Duta Besar.
Saat Dubes berpamitan, pastor-pastor tersebut menyampaikan bahwa mereka bahagia bahwa lukisan Maria Assumpta karya Basoeki Abdullah telah menarik perhatian banyak kalangan di Indonesia sehingga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Nijmegen. Hal ini cukup mengobati kerinduan mereka akan Indonesia dan bercakap-cakap dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.(ZG)
Sekretaris Pertama Fungsi Ekonomi KBRI Den Haag, Monica Ari Wijayanti kepada Antara di Jakarta, Jumat mengatakan dalam lukisan ini, Bunda Maria digambarkan dengan paras ayu khas wanita Jawa, mengenakan kain parang rusak, kebaya beludru warna gelap, dan dilengkapi dengan bros dan giwang yang lazim digunakan wanita bangsawan Jawa serta kerudung dan selendang berwarna putih.
Lukisan tersebut menggambarkan Bunda Maria, melayang di atas Gunung Merapi dan Gunung Merbabu dan dilingkupi awan serta sinar lembut berwarna-warni yang memancar dari kedua telapak tangan dan kakinya, seolah meninggalkan berkatnya untuk dunia.
Duta Besar Puja mengatakan lukisan sarat dengan makna dan seperti tengah berbicara terdapat kesatuan yang tidak terpisahkan antara kekuatan Ilahi, alam, dan kita sebagai manusia di dalamnya. Lukisan ini juga terasa “sangat Indonesia” dengan hamparan teras-teras sawah, hutan, aliran sungai dan juga pohon kelapa, mengesankan bahwa Bunda Maria tengah memberkati Indonesia.
Lukisan Bunda Maria terangkat ke surga (Maria Assumpta) berbalut busana Jawa tersebut merupakan karya pelukis ternama Basoeki Abdullah pada tahun 1935, saat Sang Maestro masih berusia sangat belia, 20 tahun.
Romo Jan Bentvelzen SJ menerima kunjungan Dubes ke Aqua Viva menjelaskan lukisan tersebut dibuat Basoeki Abdullah pada waktu menempuh studi di Belanda. Saat menjalani studi, Basoeki Abdullah muda mendapatkan banyak dukungan dari pastor-pastor Jesuit di Nijmegen dan lukisan Maria Assumpta inilah yang kemudian dilukis Sang Maestro sebagai tanda terima kasihnya untuk pastor Jesuit .
Romo Jan Bentvelzen SJ pastor kepala di Aqua Viva menjelaskan, paling tidak terdapat dua lagi versi lukisan Maria gaya Jawa karya Basoeki Abdullah yang terlihat sangat mirip dengan lukisan yang terdapat di Aqua Viva.
Romo Bentvelzen SJ menunjukkan dua repro kedua lukisan yang dimaksudkannya, dimana salah satunya terdapat seekor ular raksasa yang melilit salah satu gunung, sementara di lukisan yang lain lebih kental dengan nuansa keimanan Katolik dengan menyertakan unsur Tri Tunggal di dalamnya. Salinan lukisan-lukisan tersebut pada tahun 1940-an juga telah dicetak oleh kalangan Jesuit di Belanda dan digunakan untuk berbagai media di kalangan umat Katolik, seperti kalender rohani dan lembaran media doa.
Lebih lanjut Romo Jan Bentvelzen SJ, didampingi Romo Dr. Eduard Kimman SJ, menjelaskan setelah dihadiahkan Basoeki Abdullah, lukisan Maria Assumpta ini sebelumnya disimpan di bangunan lama milik pastor-pastor SJ, yaitu di Collegium Berchmanianum.
Namun, mengingat bangunan tersebut beralih fungsi beberapa kali hingga saat ini digunakan sebagai salah satu bangunan Universitas Radboud, lukisan tersebut selanjutnya dititipkan ke Museum Nijmegen dan dipamerkan secara berkala.
Seiring waktu, Museum Nijmegen memandang lukisan ini merupakan milik Jesuit dan tidak terdapat keterikatan langsung dengan kota Nijmegen hingga kemudian dikembalikan kepada pastor Jesuit di Nijmegen, sehingga untuk sementara ini disimpan di Aqua Viva yang dibangun pada tahun 1997 tersebut.
Kedua pastor Jesuit ini menerima permintaan dari pihak museum di Belanda memamerkan lukisan Maria Assumpta di museum bergengsi di Belanda, yaitu di Rijksmuseum Amsterdam tahun depan.
Selain menjelaskan mengenai lukisan Maria Assumpta karya Basoeki Abdullah, Romo Jan Bentvelzen SJ dan Romo Dr. Eduard Kimman SJ menyampaikan selain mereka berdua, di Aqua Viva saat ini terdapat tiga orang lagi pastor senior yang pernah menghabiskan waktu lama di Indonesia, termasuk dua pastor yang cukup dikenal di kalangan umat Katolik di Indonesia, yaitu Romo Ernst Bolsius SJ, yang sebelumnya merupakan pengajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan Romo J. Vossen Waskita SJ, yang pernah berkarya di berbagai wilayah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, seperti Seminari Mertoyudan dan Gereja Kidul Loji Yogyakarta, mengurus penerbitan majalah Utusan.
Hingga saat ini, Romo J. Vossen Waskita SJ berkewarganegaraan Indonesia dan dalam kunjungan tersebut juga turut bergabung menerima kunjungan Duta Besar.
Saat Dubes berpamitan, pastor-pastor tersebut menyampaikan bahwa mereka bahagia bahwa lukisan Maria Assumpta karya Basoeki Abdullah telah menarik perhatian banyak kalangan di Indonesia sehingga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Nijmegen. Hal ini cukup mengobati kerinduan mereka akan Indonesia dan bercakap-cakap dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar