Moderasi Islam Digaungkan dI Negeri Kincir Angin
News ID: 291485
London (ANTARA) - Konferensi Internasional Kedua mengenai Islam moderat yang bertajuk “Seeking The Middle Path (Al Wasatiyya): Articulations of Moderate Islam” diselenggarakan di Universitas Radboud, Nijmegen, Belanda.
Minister Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Den Haag - Belanda, Renata Siagia kepada Antara London, Senin mengatakan konferensi Internasional tentang Islam moderat tersebut -merupakan acara dua tahunan- digagas oleh PCINU Belanda bekerja sama dengan Universitas Radboud, Nijmegen, Belanda.
Konferensi diselenggarakan untuk mempromosikan dan lebih memahami konsep dari al-wasatiyya yang kerap diterjemahkan sebagai “Islam pertengahan” atau “jalan tengah”.
Menteri Agama Republik Indonesia, Drs. H. Lukman H. Saifuddin yang hadir sebagai pembicara utama menekankan bahwa prinsip beragama jalan tengah (middle way) sudah bukan hanya merupakan harapan suatu negara atau sekelompok masyarakat saja, melainkan merupakan kebutuhan bersama segenap bangsa. Hal ini demi menciptakan tatanan dunia yang damai, rukun, anti kekerasan, dan saling menghargai perbedaan serta saling mengapresiasi keragaman.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja menyampaikan bahwa al Wasatiyya Islam (jalan tengah) atau moderat merupakan cara yang sesuai bagi semua agama untuk bersikap. Dalam praktiknya Indonesia sudah menjalankan nilai-nilai dari Al Wasatiyya tersebut sejak lama.
Konferensi tahun ini di hadiri sekitar 300 orang dan melibatkan para akademisi, peneliti dan budayawan dari berbagai latar belakang yang beragam baik dari Indonesia, maupun Belanda.
Turut hadir pula dalam konferensi antara lain, KH Yahya Cholil Staquf, Katib Am PBNU/Anggota Wantimpres dan Prof. Syafiq Mughni, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP).
Dalam rangkaian acara konferensi, pada tanggal 20 Juni, Konsorsium Belanda-Indonesia untuk hubungan Muslim-Kristen bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda menyelenggarakan kegiatan dialog antar agama (interfaith dialogue) yang bertajuk “Promoting 'Costly' tolerance: Challenges for states and religious communities”.
Kegiatan mengambil tempat di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH), Wassenar dan dihadiri lebih dari 100 orang, antara lain para pemuka agama Islam dan Kristen Protestan serta para panelis dari berbagai instansi di Belanda dan Indonesia.
Dialog antara agama kali ini lebih banyak membahas mengenai cara negara bekerja sama dengan berbagai komunitas keagamaan untuk dapat mempromosikan toleransi.
Prof. Syafiq A. Mughni dalam kesempatan tersebut menekankan cara memecahkan masalah yang terjadi saat ini di antara kalangan muslim dan Kristen adalah membangun kerja sama untuk menyatukan masyarakat agar dapat hidup berdampingan dengan damai. Selain itu, pemerintah juga memiliki peran yang sangat penting untuk merangkul berbagai komunitas agama agar tercapai kedamaian antar umat beragama.
Pada sesi selanjutnya, dialog juga diisi berbagai pembicara dari Indonesia dan Belanda. Pembahasan dialog antara lain mengenai peran aktor negara, aktor non negara, dan aktor agama dalam meningkatkan toleransi. Di antara pembicara dari Indonesia adalah KH Yahya Cholil Staquf, sedangkan perwakilan dari Belanda salah satunya Drs Klaus de Rijk, dari Departemen Luar Negeri Kerajaan Belanda.
Rangkaian acara dari 19 sampai 20 Juni lalu diakhiri dengan acara Malam Budaya dan Gala Dinner yang diadakan di Aula Nusantara, KBRI Den Haag yang dihadiri hampir seluruh peserta konferensi dan dialog, termasuk Syeikh Salim Awan Al HUSAINI, Ketua Darulfatwa-Islamic High Council Australia dan DR. Asraf Malhast, Ketua AIEP Inggris.(ZG)
Minister Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Den Haag - Belanda, Renata Siagia kepada Antara London, Senin mengatakan konferensi Internasional tentang Islam moderat tersebut -merupakan acara dua tahunan- digagas oleh PCINU Belanda bekerja sama dengan Universitas Radboud, Nijmegen, Belanda.
Konferensi diselenggarakan untuk mempromosikan dan lebih memahami konsep dari al-wasatiyya yang kerap diterjemahkan sebagai “Islam pertengahan” atau “jalan tengah”.
Menteri Agama Republik Indonesia, Drs. H. Lukman H. Saifuddin yang hadir sebagai pembicara utama menekankan bahwa prinsip beragama jalan tengah (middle way) sudah bukan hanya merupakan harapan suatu negara atau sekelompok masyarakat saja, melainkan merupakan kebutuhan bersama segenap bangsa. Hal ini demi menciptakan tatanan dunia yang damai, rukun, anti kekerasan, dan saling menghargai perbedaan serta saling mengapresiasi keragaman.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja menyampaikan bahwa al Wasatiyya Islam (jalan tengah) atau moderat merupakan cara yang sesuai bagi semua agama untuk bersikap. Dalam praktiknya Indonesia sudah menjalankan nilai-nilai dari Al Wasatiyya tersebut sejak lama.
Konferensi tahun ini di hadiri sekitar 300 orang dan melibatkan para akademisi, peneliti dan budayawan dari berbagai latar belakang yang beragam baik dari Indonesia, maupun Belanda.
Turut hadir pula dalam konferensi antara lain, KH Yahya Cholil Staquf, Katib Am PBNU/Anggota Wantimpres dan Prof. Syafiq Mughni, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP).
Dalam rangkaian acara konferensi, pada tanggal 20 Juni, Konsorsium Belanda-Indonesia untuk hubungan Muslim-Kristen bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda menyelenggarakan kegiatan dialog antar agama (interfaith dialogue) yang bertajuk “Promoting 'Costly' tolerance: Challenges for states and religious communities”.
Kegiatan mengambil tempat di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH), Wassenar dan dihadiri lebih dari 100 orang, antara lain para pemuka agama Islam dan Kristen Protestan serta para panelis dari berbagai instansi di Belanda dan Indonesia.
Dialog antara agama kali ini lebih banyak membahas mengenai cara negara bekerja sama dengan berbagai komunitas keagamaan untuk dapat mempromosikan toleransi.
Prof. Syafiq A. Mughni dalam kesempatan tersebut menekankan cara memecahkan masalah yang terjadi saat ini di antara kalangan muslim dan Kristen adalah membangun kerja sama untuk menyatukan masyarakat agar dapat hidup berdampingan dengan damai. Selain itu, pemerintah juga memiliki peran yang sangat penting untuk merangkul berbagai komunitas agama agar tercapai kedamaian antar umat beragama.
Pada sesi selanjutnya, dialog juga diisi berbagai pembicara dari Indonesia dan Belanda. Pembahasan dialog antara lain mengenai peran aktor negara, aktor non negara, dan aktor agama dalam meningkatkan toleransi. Di antara pembicara dari Indonesia adalah KH Yahya Cholil Staquf, sedangkan perwakilan dari Belanda salah satunya Drs Klaus de Rijk, dari Departemen Luar Negeri Kerajaan Belanda.
Rangkaian acara dari 19 sampai 20 Juni lalu diakhiri dengan acara Malam Budaya dan Gala Dinner yang diadakan di Aula Nusantara, KBRI Den Haag yang dihadiri hampir seluruh peserta konferensi dan dialog, termasuk Syeikh Salim Awan Al HUSAINI, Ketua Darulfatwa-Islamic High Council Australia dan DR. Asraf Malhast, Ketua AIEP Inggris.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar