Buka Puasa Digelar di Trafalgar Square London
News ID: 256688
London (ANTARA) - Untuk pertama kalinya dalam sejarah digelar acara buka puasa bersama bertajuk “Open Iftar” di salah satu lokasi paling ikonik di London, Trafalgar Square yang dihadiri lebih dari 1.000 orang termasuk Wali Kota London, Sadiq Khan, dan warga Indonesia yang tinggal di Inggris pada Kamis malam, 30 Mei, tepat malam 26 Ramadhan.
“Luar biasa dan ada syiar Islam dalam acara open Iftar, kita bisa duduk bareng dengan orang yang tidak kita kenal. Hadir rasa persaudaraan antara muslim dan non muslim,” ujar Nizma Agustjik, philantropi Indonesia yang tinggal di Inggris kepada Antara London, Jumat yang ikut dalam acara buka puasa bersama.
Diakuinya suasasana ketegangan jadi lentur, Saya banyak medapatkan teman baru baik yang mualaf dan non muslim, ujar Nizma yang mempunyai proyek Gampong Aneuk Shaleh di Aceh.
Mayor of London, Sadiq Khan, dalam sambutannya mengatakan bahwa akhir-akhir ini banyak yang menggulirkan pandangan bahwa keberagaman adalah kelemahan. Padahal, keberagaman dan perbedaan adalah kekuatan. “Ada yang mencoba memecah belah komunitas, menyebarkan kebencian, mencoba mempertajam perbedaan di antara kita, sehingga kita saling curiga,” kata Khan.
Dikatakannya acara Open Iftar seperti berhasil membongkar mitos-mitos tersebut. Juga membongkar mitos negatif tentang Islam. Acara buka puasa bersama seperti ini harus diapresiasi,” kata Khan yang langsung disambut dengan tepuk tangan meriah.
Menurut Sadiq Khan,
persatuan adalah salah satu pesan inti dari semua agama. Allah berfirman dalam Alquran bahwa Allah menciptakan kita berbangsa dan bersuku-suku agar kita saling mengenal satu sama lain,” kata Khan. “Agama juga mengajarkan kita untuk memperlakukan orang lain dengan sebaik mungkin,” ujarnya.
Khan, merupakan Muslim pertama yang menjadi Mayor of London adalah anak sopir bus kota yang kemudian menjadi pengacara, anggota parlemen dan akirnya menjadi orang nomor satu di London ini mengatakan, perbedaan dan keberagaman harus ditoleransi. “Di London ini, perbedaan tak hanya ditoleransi, tapi juga dihormati dan dirayakan,” katanya.
Ia juga kembali menyoal berbagai pihak yang mempersepsikan Islam sebagai agama kekerasan. Padahal Islam tak seperti itu. “Kita menghargai pluralisme, kita cinta dengan tetangga kita, posisi kita sama. Makanya, saya senang dan bangga, acara Open Iftar ini dihadiri kalangan non-Muslim. Mereka ada yang berpuasa hari ini dan mereka akan berbuka puasa bersama kita,” ujar Khan.
Pendiri Open Iftar, Omar Salha, mengatakan bahwa acara ini berawal dari acara buka puasa bersama rekan-rekan nya di salah satu kampus di London, dengan sedikit makanan dan beberapa puluh orang yang hadir, sebagian besar mahasiswa. Tujuh tahun kemudian Open Iftar digelar di sejumlah kota di Inggris, bahkan juga di beberapa negara, termasuk di Amerika Serikat dan Turki.
Dikatakannya tujuan utama adalah menguatkan rasa kebersamaan di antara kita. Ini makin penting karena dalam beberapa waktu terakhir, banyak rerotika yang sengaja dimunculkan untuk memecah-belah komunitas,” kata Salha.
Open Iftar di Trafalgar Square merupakan bagian dari acara buka bersama yang biasanya diselenggarakan di satu tenda besar di Tavistock Square. Namun dalam sepuluh hari terakhir, acaranya berpindah tempat. Acara biasanya diawali dengan sambutan pembicara tamu, berbuka puasa dengan kurma dan air putih, salat Magrib dan kemudian diakhiri dengan makan malam.
Open Iftar terbuka untuk semua kalangan, baik Muslim maupun non-Muslim.
Nurani Susilo, warga Indonesia di London, hampir selalu hadir di acara ini. “Ini seperti forum untuk menguatkan persahabatan, silaturahim, dan juga mengenal komunitas lain di London,” kata Nurani, yang menjalankan organisasi amal Human Aid Initiative, bersama beberapa keluarga Indonesia di London, yang secara rutin ikut menyumbangkan makanan di acara Open Iftar. “Menu favorit tamu di sini adalah rendang, mi goreng, dan nasi putih,” ujar Nurani.
Sering kali pengunjung membludak jika ada sajian makanan Indonesia, seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Makanan Indonesia ludes yang membuat banyak tamu harus berbagi.
Ida Rosida, warga Indonesia yang datang bersama suami warga Inggris dan putrinya, mengatakan senang dan puas ikut acara buka puasa di Trafalgar Square. “Bangga rasanya ikut menjadi saksi sejarah, bahwa untuk pertama kalinya diselenggarakan buka puasa bersama di tempat ini,” kata Ida.
Sementara itu Aktivis Partai Berkarya di Inggris Chichi Gani mengatakan senang bisa mengikuti beberapa acara Open Iftar. Bagi Chichi, Open Iftar adalah salah satu cara terbaik untuk menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya.
Selain di Trafalgar Square, tempat-tempat ikonik di London yang dipakai untuk menggelar Open Iftar adalah di Stadion Wembley, Westminster Abbey, perpustakaan nasional British Library dan Kensington Memorial Park. (ZG)
“Luar biasa dan ada syiar Islam dalam acara open Iftar, kita bisa duduk bareng dengan orang yang tidak kita kenal. Hadir rasa persaudaraan antara muslim dan non muslim,” ujar Nizma Agustjik, philantropi Indonesia yang tinggal di Inggris kepada Antara London, Jumat yang ikut dalam acara buka puasa bersama.
Diakuinya suasasana ketegangan jadi lentur, Saya banyak medapatkan teman baru baik yang mualaf dan non muslim, ujar Nizma yang mempunyai proyek Gampong Aneuk Shaleh di Aceh.
Mayor of London, Sadiq Khan, dalam sambutannya mengatakan bahwa akhir-akhir ini banyak yang menggulirkan pandangan bahwa keberagaman adalah kelemahan. Padahal, keberagaman dan perbedaan adalah kekuatan. “Ada yang mencoba memecah belah komunitas, menyebarkan kebencian, mencoba mempertajam perbedaan di antara kita, sehingga kita saling curiga,” kata Khan.
Dikatakannya acara Open Iftar seperti berhasil membongkar mitos-mitos tersebut. Juga membongkar mitos negatif tentang Islam. Acara buka puasa bersama seperti ini harus diapresiasi,” kata Khan yang langsung disambut dengan tepuk tangan meriah.
Menurut Sadiq Khan,
persatuan adalah salah satu pesan inti dari semua agama. Allah berfirman dalam Alquran bahwa Allah menciptakan kita berbangsa dan bersuku-suku agar kita saling mengenal satu sama lain,” kata Khan. “Agama juga mengajarkan kita untuk memperlakukan orang lain dengan sebaik mungkin,” ujarnya.
Khan, merupakan Muslim pertama yang menjadi Mayor of London adalah anak sopir bus kota yang kemudian menjadi pengacara, anggota parlemen dan akirnya menjadi orang nomor satu di London ini mengatakan, perbedaan dan keberagaman harus ditoleransi. “Di London ini, perbedaan tak hanya ditoleransi, tapi juga dihormati dan dirayakan,” katanya.
Ia juga kembali menyoal berbagai pihak yang mempersepsikan Islam sebagai agama kekerasan. Padahal Islam tak seperti itu. “Kita menghargai pluralisme, kita cinta dengan tetangga kita, posisi kita sama. Makanya, saya senang dan bangga, acara Open Iftar ini dihadiri kalangan non-Muslim. Mereka ada yang berpuasa hari ini dan mereka akan berbuka puasa bersama kita,” ujar Khan.
Pendiri Open Iftar, Omar Salha, mengatakan bahwa acara ini berawal dari acara buka puasa bersama rekan-rekan nya di salah satu kampus di London, dengan sedikit makanan dan beberapa puluh orang yang hadir, sebagian besar mahasiswa. Tujuh tahun kemudian Open Iftar digelar di sejumlah kota di Inggris, bahkan juga di beberapa negara, termasuk di Amerika Serikat dan Turki.
Dikatakannya tujuan utama adalah menguatkan rasa kebersamaan di antara kita. Ini makin penting karena dalam beberapa waktu terakhir, banyak rerotika yang sengaja dimunculkan untuk memecah-belah komunitas,” kata Salha.
Open Iftar di Trafalgar Square merupakan bagian dari acara buka bersama yang biasanya diselenggarakan di satu tenda besar di Tavistock Square. Namun dalam sepuluh hari terakhir, acaranya berpindah tempat. Acara biasanya diawali dengan sambutan pembicara tamu, berbuka puasa dengan kurma dan air putih, salat Magrib dan kemudian diakhiri dengan makan malam.
Open Iftar terbuka untuk semua kalangan, baik Muslim maupun non-Muslim.
Nurani Susilo, warga Indonesia di London, hampir selalu hadir di acara ini. “Ini seperti forum untuk menguatkan persahabatan, silaturahim, dan juga mengenal komunitas lain di London,” kata Nurani, yang menjalankan organisasi amal Human Aid Initiative, bersama beberapa keluarga Indonesia di London, yang secara rutin ikut menyumbangkan makanan di acara Open Iftar. “Menu favorit tamu di sini adalah rendang, mi goreng, dan nasi putih,” ujar Nurani.
Sering kali pengunjung membludak jika ada sajian makanan Indonesia, seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Makanan Indonesia ludes yang membuat banyak tamu harus berbagi.
Ida Rosida, warga Indonesia yang datang bersama suami warga Inggris dan putrinya, mengatakan senang dan puas ikut acara buka puasa di Trafalgar Square. “Bangga rasanya ikut menjadi saksi sejarah, bahwa untuk pertama kalinya diselenggarakan buka puasa bersama di tempat ini,” kata Ida.
Sementara itu Aktivis Partai Berkarya di Inggris Chichi Gani mengatakan senang bisa mengikuti beberapa acara Open Iftar. Bagi Chichi, Open Iftar adalah salah satu cara terbaik untuk menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya.
Selain di Trafalgar Square, tempat-tempat ikonik di London yang dipakai untuk menggelar Open Iftar adalah di Stadion Wembley, Westminster Abbey, perpustakaan nasional British Library dan Kensington Memorial Park. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar