Cerita suka duka pekerja domestik ditampilkan di Yunani
News ID: 295918
London (ANTARA) - Masyarakat Indonesia di Yunani menampilkan seni peran dan seni tari pada pertunjukan pentas budaya Indonesia dengan tema “kreativitas para generasi millenials” yang diadakan di Athena Theater Yunani, pada akhir pekan.
Pensosbud KBRI Athena, Kristina Natalia kepada Antara London, Rabu menyebutkan pertunjukan yang ditampilkan perpaduan seni tradisional dan seni modern, mengambil cerita mengenai kehidupan sehari-hari para pekerja non-formal di rumah majikan yang disampaikan secara jenaka dengan diselingi tarian tradisional dan tarian modern.
Meskipun bukan artis maupun penari profesional, masyarakat Indonesia yang bekerja pada sektor non-formal tersebut berhasil memancing gelak tawa sekitar 250 penonton yang terdiri dari WNI maupun WNA yang hadir.
Dimitris Potiropoulos mengungkapkan kekagumannya atas tampilan dan kekompakan masyarakat Indonesia walaupun berasal dari suku dan agama yang beraneka ragam, menurutnya hal ini menjadi keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangsa lain.
Pertunjukan menampilkan berbagai tarian tradisional seperti tari tor-tor, tari Puspanjali, tari Merak, tari Gopala, tarian Gambiranom dan sebagainya. Disamping itu juga ditampilkan juga tarian modern seperti tarian Maumere, tarian kreasi lagu “syantik” Siti Badriah, “goyang nasi padang” Duo Anggrek, “penasaran” Rhoma Irama, “we are better together” yang ditampilkan oleh tiga anak-anak Indonesia serta berbagai lagu-lagu terkini baik dalam bahasa Indonesia, daerah maupun bahasa Inggris.
Pentas drama menceritakan mengenai kisah tiga orang WNI yang bekerja sebagai asisten rumah tangga yang terpaksa harus berjauhan dari keluarga dan harus bekerja untuk hidup di negeri orang.
Pada penutupan, lagu-lagu kebangsaan seperti “tanah airku”, “gebyar-gebyar”, “Indonesia Pusaka” dan berbagai lagu perjuangan berhasil mengungah rasa kebangsaan dan kerinduan akan tanah air tercinta khususnya masyarakat Indonesia yang telah tinggal selama puluhan tahun di Yunani.
Ajang pertunjukan budaya selain untuk mempromosikan mengenai budaya dan tarian Indonesia kepada masyararakat asing, juga menjadi momen berkumpulnya masyarakat Indonesia dari berbagai wilayah di Yunani serta sekaligus memperingati ulang tahun ke-22 Ikatan Kerukunan Keluarga Indonesia di Yunani (IKKIY) yang telah berdiri sejak 4 Mei 1997. IKKIY merupakan komunitas kumpulan masyarakat Indonesia di Yunani yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama di Indonesia. Hingga saat ini, berdasarkan data KBRI Athena, jumlah WNI di Yunani berjumlah 1298 orang yang tersebar di berbagai wilayah di Yunani, dengan sebaran terbesar berada di Athena dan Thessaloniki.
Pada umumnya masyarakat Indonesia tersebut tinggal bersama para majikan dengan mendapat hari libur hanya pada hari minggu.
Ketua Panitia Pelaksana kegiatan, Wilis Markoni Komang, menyebutkan melalui kegiatan ini, menjadi kesempatan kami untuk bersilaturahmi dengan sesama masyarakat Indonesia yang sulit dilakukan pada hari-hari biasa, juga sebagai pengingat agar kami selalu kompak meskipun hidup di perantauan .
Duta Besar RI untuk Yunani. Ferry Adamhar mengatakan meskipun dengan keterbatasan waktu, tenaga bahkan tanpa bayaran, kami dapat melihat kesungguhan masyarakat Indonesia untuk dapat menampilkan pertunjukan terbaik mengenai Indonesia.
“Dari sini dapat dinilai, meskipun tinggal jauh dari tanah air, nasionalisme masyarakat Indonesia di perantauan tidak perlu diragukan lagi”, demikian Adamhar. (ZG)
Pensosbud KBRI Athena, Kristina Natalia kepada Antara London, Rabu menyebutkan pertunjukan yang ditampilkan perpaduan seni tradisional dan seni modern, mengambil cerita mengenai kehidupan sehari-hari para pekerja non-formal di rumah majikan yang disampaikan secara jenaka dengan diselingi tarian tradisional dan tarian modern.
Meskipun bukan artis maupun penari profesional, masyarakat Indonesia yang bekerja pada sektor non-formal tersebut berhasil memancing gelak tawa sekitar 250 penonton yang terdiri dari WNI maupun WNA yang hadir.
Dimitris Potiropoulos mengungkapkan kekagumannya atas tampilan dan kekompakan masyarakat Indonesia walaupun berasal dari suku dan agama yang beraneka ragam, menurutnya hal ini menjadi keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangsa lain.
Pertunjukan menampilkan berbagai tarian tradisional seperti tari tor-tor, tari Puspanjali, tari Merak, tari Gopala, tarian Gambiranom dan sebagainya. Disamping itu juga ditampilkan juga tarian modern seperti tarian Maumere, tarian kreasi lagu “syantik” Siti Badriah, “goyang nasi padang” Duo Anggrek, “penasaran” Rhoma Irama, “we are better together” yang ditampilkan oleh tiga anak-anak Indonesia serta berbagai lagu-lagu terkini baik dalam bahasa Indonesia, daerah maupun bahasa Inggris.
Pentas drama menceritakan mengenai kisah tiga orang WNI yang bekerja sebagai asisten rumah tangga yang terpaksa harus berjauhan dari keluarga dan harus bekerja untuk hidup di negeri orang.
Pada penutupan, lagu-lagu kebangsaan seperti “tanah airku”, “gebyar-gebyar”, “Indonesia Pusaka” dan berbagai lagu perjuangan berhasil mengungah rasa kebangsaan dan kerinduan akan tanah air tercinta khususnya masyarakat Indonesia yang telah tinggal selama puluhan tahun di Yunani.
Ajang pertunjukan budaya selain untuk mempromosikan mengenai budaya dan tarian Indonesia kepada masyararakat asing, juga menjadi momen berkumpulnya masyarakat Indonesia dari berbagai wilayah di Yunani serta sekaligus memperingati ulang tahun ke-22 Ikatan Kerukunan Keluarga Indonesia di Yunani (IKKIY) yang telah berdiri sejak 4 Mei 1997. IKKIY merupakan komunitas kumpulan masyarakat Indonesia di Yunani yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama di Indonesia. Hingga saat ini, berdasarkan data KBRI Athena, jumlah WNI di Yunani berjumlah 1298 orang yang tersebar di berbagai wilayah di Yunani, dengan sebaran terbesar berada di Athena dan Thessaloniki.
Pada umumnya masyarakat Indonesia tersebut tinggal bersama para majikan dengan mendapat hari libur hanya pada hari minggu.
Ketua Panitia Pelaksana kegiatan, Wilis Markoni Komang, menyebutkan melalui kegiatan ini, menjadi kesempatan kami untuk bersilaturahmi dengan sesama masyarakat Indonesia yang sulit dilakukan pada hari-hari biasa, juga sebagai pengingat agar kami selalu kompak meskipun hidup di perantauan .
Duta Besar RI untuk Yunani. Ferry Adamhar mengatakan meskipun dengan keterbatasan waktu, tenaga bahkan tanpa bayaran, kami dapat melihat kesungguhan masyarakat Indonesia untuk dapat menampilkan pertunjukan terbaik mengenai Indonesia.
“Dari sini dapat dinilai, meskipun tinggal jauh dari tanah air, nasionalisme masyarakat Indonesia di perantauan tidak perlu diragukan lagi”, demikian Adamhar. (ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar